happy reading!
Setelah Khadafy tidak masuk selama seminggu dengan alasan sakit, Senja tak habis-habisnya merasa gelisah. Selama itu pula, dia merenungkan kesalahpahaman yang terjadi antara Khadafy dan kedua orangtuanya.
Ini semua bukanlah kesalahan Khadafy, lagipula Khadafy lah yang melindunginya, membuatnya merasa aman dan nyaman, bukan Bram. Kedua orangtuanya seharusnya tahu jikalau Bram lah yang membuat Senja tidak nyaman selama ini.
Hari ini, Senja memutuskan untuk memberanikan diri. Saat bel kelas berakhir berbunyi, dia mendatangi Khadafy yang sedang duduk sendirian di pojok kelas. Khadafy, dengan wajah pucat dan terlihat lelah, melihat Senja yang mendekat dengan langkah ragu-ragu.
"Khadafy, aku... aku mau bicara soal kejadian minggu kemarin," ucap Senja dengan suara pelan namun tegas.
Khadafy terkejut melihat Senja yang begitu cemas, biasanya gadis itu terlihat acuh tak acuh dengan hal hal disekitarnya.
"Ya, aku tahu, pasti kedua orangtua kamu salah paham soal itu, kalau beliau nyuruh aku minta maaf dihadapan mereka, aku siap kok!" ucap Khadafy dengan tegas, melupakan tubuhnya yang sedikit lemas karena memiliki banyak kegiatan random akhir akhir ini.
Senja menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara, "Aku ingin kamu datang ke rumah sore ini. Bicara sama orangtuaku di rumah. Jelaskan semuanya, biar mereka mengerti. Aku tahu kamu ngga salah, Dafy."
Mata Khadafy melembut mendengar permintaan itu, hatinya terasa begitu hangat, suara Senja yang meminta dengan tulus membuat kupu-kupu beterbangan di perutnya.
Khadafy akhirnya mengangguk, "Baik, aku akan datang."
Mata Senja berbinar, kala melihat Khadafy menenteng tasnya, membungkuk sambil tersenyum seolah mengucapkan sampai jumpa kepada Senja. Cowok itu meninggalkan Senja yang hanya diam di kelas, karena Khadafy tahu Senja pasti akan pulang bersama Bram.
Sore harinya, dengan perasaan campur aduk, Khadafy berdiri di depan gerbang rumah Senja. Dia sudah mengirimkan pesan kepada Senja bahwa dirinya sudah sampai. Dengan berbekal setelan formal kemeja hitam dan celana kain hitam pula, Khadafy ingin memberikan kesan yang baik.
Tak lama kemudian, Senja membuka pintu rumahnya, menatap Khadafy dari kejauhan sembari tersenyum menenangkan. "Ayo, masuk aja! Mereka udah menunggu di ruang tamu."
Di ruang tamu, orangtua Senja duduk dengan wajah serius, apalagi saat Khadafy memasuki rumah mereka. Khadafy merasa jantungnya berdetak lebih cepat, namun dia tahu ini adalah kesempatan untuk menjernihkan semuanya.
"Om, Tante, saya datang kesini dengan maksud meminta maaf dan menjelaskan yang sebenarnya atas kejadian kemarin," Khadafy memulai dengan suara tenang. Senja yang duduk tak jauh darinya di sofa itu hanya bisa harap-harap cemas dengan respon kedua orangtuanya.
"Selama ini saya tidak bermaksud mengganggu waktu belajar Senja, waktu itu saya mengajaknya menonton sebuah film dengan tema seni yang bersangkutan dengan matkul kita, jadi sekalian belajar." Terang Khadafy.
Orangtua Senja saling berpandangan. Ayah Senja menghela nafas, terlihat seperti merasa bersalah, namun Ibu Senja kemudian tersenyum tipis memandang Khadafy dengan tatapan teduhnya.
"Kami juga meminta maaf karena berburuk sangka, kamu tahu betapa khawatirnya kami terhadap anak semata wayang kami. Karena kami juga baru mengenal kamu, kami belum bisa sepenuhnya mempercayakan Senja dengan kamu, Khadafy." Jelas Ibu Senja dengan suara lembut yang membuat perasaan Khadafy perlahan melunak, tidak menegangkan seperti tadi.
"Saya tahu, tapi saya juga berjanji pada diri saya sendiri, bahwa saya akan menjaga Senja." Balas Khadafy yang membuat Senja menatapnya berbinar, entahlah dirinya merasa begitu aman saat Khadafy ada di sisinya. Dan kini melihat betapa dewasanya Khadafy saat berbicara dengan orangtuanya, membuat Senja yakin, Khadafy adalah sebuah pilihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Senja [ END ]
Teen Fiction"Apa yang membuatmu merasa nyaman?" "Entahlah, mungkin ... sebuah kebebasan, dan kenyamanan yang menghangatkan," "Kalau begitu, bolehkah aku memberi sebuah kebebasan dan kenyamanan buat kamu?" Khadafy selalu terpesona oleh Senja, keindahan yang meng...