BAB 20 : PESTA PERTUNANGAN

52 9 18
                                    

DEKORASI bunga-bunga dengan kain serba krem dan putih sudah terhias begitu sempurna di seluruh penjuru ballroom hotel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DEKORASI bunga-bunga dengan kain serba krem dan putih sudah terhias begitu sempurna di seluruh penjuru ballroom hotel. Lampu-lampu gantung tampak berpendar dan menjuntai-juntai cantik. Meja-meja prasmanan telah dipenuhi oleh berbagai macam hidangan. Beberapa foto mesra prewedding juga terpajang di beberapa sisi ruangan. Bahkan, panggung untuk acara lamaran yang backdrop-nya tersemat nama 'Alaric & Izora' juga sudah sangat tertata dengan begitu estetik.

Para undangan berdatangan, mulai memenuhi ruang yang sebelumnya terasa lengang. Lagu Cant' Help Falling in Love milik Elvis Presley yang entah sudah booming sejak tahun kapan itu tengah dilantunkan oleh pemain electone di sudut dekat panggung lamaran. Sebenarnya, untuk ukuran acara pertunangan, pemandangan seperti ini terlalu mewah bagi Alaric. Lebih cocok sebagai acara pernikahan. Namun, berhubung Izora bilang kalau ia sudah memilih vendor lain untuk acara pernikahan nanti, jadinya Alaric menurut saja.

"Selamat, Pak!" Beni, salah satu pegawai store, datang mengulurkan tangan untuk memberikan salam. "Mbak Izora-nya mana?"

Alaric yang memang sedari tadi berdiri di dekat pintu masuk untuk menyambut para tamu mengedikkan dagu ke arah pintu samping. "Masih di dalam. Biasa. Cewek sukanya datang belakangan."

"Pak Alaric kalau pakai tuksedo krem begini, bukan kelihatan mau lamaran, tapi mau nikahan," kelakar Indi yang ternyata datang bersama Beni. Wanita bergaun biru muda selutut itu mengulurkan tangan dengan senyum berbinar. "Selamat, Pak. Pak Alaric kelihatan ganteng sore ini. Muka galak Bapak juga jadi tersamarkan. Coba saja Arabe--"

Belum sempat Indi menyelesaikan ucapan, Beni menyikut lengan rekannya, lantas tertawa sumbang. "Kalau begitu, kami masuk dulu, ya, Pak."

Setelah kedua orang itu berlalu, Alaric merogoh saku dalam jasnya. Ia mengeluarkan ponsel, lantas memeriksa pesan chat yang dikirimnya semalam.

Alaric

Besok, kamu datang ke acara saya, kan?

Bahkan, setelah hampir 24 jam berlalu, pesan itu sama sekali belum berbalas. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak!

Astaga. Ke mana, sih, perginya Arabella? Kenapa belum datang juga? batinnya gusar.

Semenjak kejadian pengakuan perasaan malam itu, Arabella benar-benar terlihat berbeda pada keesokan harinya. Alaric pikir, wanita itu akan tampak murung dan berusaha menghindarinya karena telah mengungkapkan isi hatinya seperti itu. Namun, yang terjadi adalah, ia justru tampil riang! Haha-hihi dengan karyawan lain. Bahkan, waktu itu Alaric sempat mendengar Indi bertanya, "Kamu lagi happy? Perasaan, senyum-senyum melulu dari tadi."

Tahu Arabella jawab apa?

"Aku saaaaangat baik-baik aja. Segalanya sekarang sudah terasa saaaaangat baik buat aku, Ndi. Bahkan, tadi pagi, pas ada mobil lewat terus nyipratin becekan air ke arahku, aku juga rasanya saaaangat baik-baik aja. Sekalian aja genangan air itu aku buat main-main. Kali aja bisa time slip kayak di drakor-drakor."

AMORVENCY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang