BAB 17 : SELAMAT TINGGAL, AMORVENCY!

50 12 10
                                    


JANTUNG Arabella berdegup kencang ketika netranya menangkap sosok Alaric yang hendak turun dari lantai dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANTUNG Arabella berdegup kencang ketika netranya menangkap sosok Alaric yang hendak turun dari lantai dua. Rasanya tiba-tiba ia panas-dingin, mengingat apa yang telah terjadi semalam. Meski terkejut, hal itu membuatnya terus senyum-senyum tidak jelas dari tadi pagi. Hatinya bak tengah berada di taman bunga. Merekah. Sangat cerah.

Lagi, dadanya berdentum-dentum tatkala pria itu mulai melangkah menuruni anak tangga satu per satu. Kemeja denim dengan celana jeans biru yang ia kenakan sungguh membuat penampilannya kali ini tampak memukau. Apalagi, rambutnya juga ditata ke atas dengan gel, hingga menampilkan jidatnya yang lebar. Kalau kata circle K-Popers: jidat paripurnamu mengalihkan duniaku.

Tapi, tidak. Ia tidak boleh bersikap terlalu kentara. Alaric pasti akan berpikir yang tidak-tidak jika mendapati ekspresi Arabella kacau begini. Bisa-bisa, pria itu akan menggodanya seharian. Mungkin saja, ia akan berkata bahwa ciumannya semalam ternyata mengandung Amorvency juga. Pasalnya, Arabella memang tampak sedang kena pelet sekarang.

Arabella berdeham seraya merapikan meja kasir. Sebenarnya, Indi yang bertugas sebagai kasir hari ini, tetapi lagi-lagi wanita itu minta tukar shift. Akhirnya, di sinilah Arabella sekarang. Di balik meja kasir sambil berusaha mengendalikan detak jantungnya. Di tempat kasir yang 'gampang terlihat' dari sisi store mana pun.

Benar. Ia harus bisa mengontrol ekspresinya. Jika Alaric tiba-tiba mendatanginya seperti biasa, ia harus bisa bersikap biasa juga, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Betul. Harus begitu.

Pintu kaca berayun membuka. Arabella baru saja hendak memberikan salam sambutan selamat datang ketika wanita bergaun midi kuning bunga-bunga menyeruak masuk seraya berseru riang, "Al!"

Itu ... Izora.

Mendadak, perasaan Arabella langsung dihinggapi ketidaksukaan. Mau apa orang itu kemari?

Wanita yang mengenakan high heels oranye menyala dengan hak setinggi harapan orang tua itu berlari menuju loteng dengan antusias. Gesekan antara heels-nya dengan lantai terdengar begitu memekakkan telinga. Alaric yang masih separuh jalan menoleh ke arah suara cempreng nan melengking itu. Lalu, ia ... tersenyum?

Izora tampak langsung menggelayut manja di lengan Alaric ketika mereka sudah tidak berjarak lagi, seolah tidak peduli banyak pegawai store yang menyaksikannya. Kemudian, mereka berdua bersama-sama menuruni tangga, masih dengan posisi saling lengket bak perangko dengan amplop.

Namun, Alaric tampak tidak terganggu sama sekali. Ia juga tidak mencoba mencuri-curi pandang ke arah Arabella untuk meminta pengertian seperti sebelumnya. Tidak. Pria itu bahkan sama sekali belum menjatuhkan pandangan ke arahnya, padahal wanita itu kini sedang berada di tempat yang begitu mudah dilihat.

Alaric justru menyambut kedatangan Izora dengan sikap yang hangat.

Seakan menyadari sesuatu, Arabella mendelik.

AMORVENCY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang