KETIKA bayangan Alaric yang baru saja merampas kunci motor dari genggaman menghilang di belokan koridor hotel, Paris melayangkan senyum sembari menghela napas lega. Pria bersetelan cokelat muda rapi itu menyandarkan tubuh pada dinding di dekatnya, lantas menengadah, menatap langit-langit.
Melihat Alaric kabur dari acara pertunangannya sendiri, itu berarti rencananya berhasil. Setidaknya, kini Paris tahu bahwa bosnya juga benar-benar menyukai Arabella meski efek ramuannya sudah hilang.
Nuna ..., batin Paris. Berbahagialah.
***
Lima tahun yang lalu.
Seorang laki-laki berseragam putih abu-abu mengayunkan pintu kaca minimarket hingga terbuka. Suara seorang wanita segera menyambutnya dengan sapaan, "Selamat datang! Selamat belanja!"
Awalnya, laki-laki itu tidak begitu menanggapi. Ia langsung berlalu menuju cooler untuk mencari minuman dingin. Udara di luar benar-benar sedang gerah-gerahnya. Setelah mengambil sekaleng minuman bersoda, ia menuju rak snack. Sesaat ia bingung harus mengambil yang mana. Akhirnya, setelah bergelut dengan pikiran, ia memilih keripik kentang pedas dan kacang kulit.
Laki-laki yang mencangklong ransel hitam itu menuju kasir sembari membawa tiga barang yang dibelinya. Namun, belum sampai di meja kasir, langkahnya terhenti. Pandangannya tertuju pada wanita muda yang kini sedang fokus mencatat—atau menghitung—stok rokok yang berada di backwall—rak belakang kasir.
Rambut panjang wanita itu diikat satu ke atas hingga menampilkan lekuk tengkuknya yang indah. Beberapa anak rambut tampak mencuat-cuat, tetapi tetap kelihatan estetik. Meski hanya terlihat dari samping, garis mata, hidung, bibir, bahkan rahangnya kelihatan begitu cantik.
Mendadak, jantung laki-laki usia 18 tahun itu seolah berhenti berdetak. Segala suara-suara bising dari kendaraan yang berlalu-lalang di luar toko, ataupun lagu Korea yang sedang diputar melalui speaker, tiba-tiba terdengar hening, seperti suara televisi yang di-mute.
Tidak perlu diragukan lagi.
Ia jatuh cinta. Pada pandangan pertama.
"Sudah, Kak?" Lambaian tangan serta panggilan dari wanita muda itu seakan mengembalikan kesadarannya. Kini, keadaan kembali bising.
Laki-laki itu, dengan sangat gugupnya, melanjutkan ke meja kasir yang hanya tinggal beberapa langkah. Bahkan, tangannya terasa tremor ketika meletakkan barang-barang belanjaan.
"Sekalian tambah pulsanya, Kak?"
Laki-laki itu menggeleng. Mendadak, ia merasa ingin cepat-cepat menghilang saat itu juga, takut degup jantungnya yang berdentum-dentum terdengar hingga ke luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORVENCY (TERBIT)
RomanceNaskah Terbaik 🥇 Genre Romance Event 'Tantangan Menulis Rasi Batch 2' bersama @semestarasi *** Berawal dari ketidaksengajaan Alaric Damian meminum secangkir teh yang sudah tercampur dengan ramuan cinta bernama Amorvency di kedai pinggir jalan, ia...