bab 01

2.1K 100 0
                                    

Kabut pekat menyelimuti, hawa dingin menyergap. Pandangan Jennie mengabur,
tapi ia masih bisa melihat bayangan dua
orang yang sangat dicintainya.

"Mama,' panggil Jennie. "Oma."' Mata berkaca-kaca, ia menerjang kabut menghambur ke arah dua orang itu.Tapi yang terjadi hanya angin yang berhasil Jennie dekap.Jennie mengedarkan
pandangannya ke segala arah, mencari sosok keduanya yang tiba-tiba menghilang.

"Mama, Oma!" teriak Jennie , suaranya
bergema di tengah malam. "Jangan
tinggalin Jennie sendiri,Jennie takut" cicitnya.Jennie berputar, matanya teruS mengedar mencari-cari sosok mama dan omanya. Tapi sepertinya sia-sia, mereka
menghilang.Jennie terduduk lemas, meratapi kesendiriannya.

"Mama, Jennie takut. Oma jangan pergi. Kenapa kalian tega tinggalin Jennie
sendirian. Jennie menutupi wajahnya,
tangisnya pecah.

"Jennie ." Suara merdu itu menginterupsi
Jennie

Jennie menghentikan tangisannya, kepalanya mendongak mencari arah suara
yang memanggilnya.

"Nini Sayang."
"Mama, Oma,' gumam Jennie saat melihat
sosok dua perempuan mengenakan gaun
putih, berdiri tak jauh darinya.

"Mama, Oma." Jennie beranjak berdiri, matanya berbinar.

"Maafin mama sama Oma ya Sayang. Kami harus pergi," ucap wanita muda itu.

"Mama mau ke mana?" Jennie berjalan
mendekat. "Mama gak boleh pergi. Mama
gak boleh tinggalin nini sendiri.

Mama.!! Belum sempat Jennie menggapai keduanya, bayangan itu tiba-tiba menghilang digantikan asap putih.

"Mama ....

"JANGAN PERGI!!" teriak Jennie , matanya
terbuka lebar dengan keringat bercucuran
di dahi. Jennie mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, ia berada di kamarnya. Lagi-lagi Jennie mengalami mimpi buruk.

Sudah seminggu semenjak ematian oma, wanita yang mengasuh Jennie sejak kecil. Rasa kehilangan membuat Jennie selalu diliputi kesedihan, hingga mimpi-mimpi buruk itu datang setiap malam, membuat Jennie gelisah dalam tidurnya.Jennie berjalan menuruni tangga, langkahnya terhenti saat ia tiba di ruang makan.

"Kamu sudah bangun?" sapa seorang
wanita yang sedang menyiapkan sarapan.

"Duduklah, mama sudah buatkan sarapan." Jennie mengabaikannya, ia melanjutkan langkahnya menuju dapur. Mengambil segelas air dingin.

"Pagi," seru seorang gadis, wajahnya
tampak ceria.

"Pagi, Jennie' sapa gadis itu. Lagi-lagi Jennie mengabaikannya, ia hanya melirik sekilas gadis itu. Gadis yang seumuran dengannya. Jennie hendak kembali ke kamarnya, namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika seseorang berjalan ke arahnya.

"Duduklah, ada yang mau papa obrolin
sama kamu." Pria itu tersenyum tipis pada
Jennie. Jennie tak menyahut, tapi ia menurut untuk duduk. Mulutnya masih bungkam ketika ia duduk berhadapan dengan pria itu yang ternyata Kim Soohyun, papanya.

"Papa sudah urus kepindahan kamu,
jadi hari ini kamu kemasi semua barang-
barang kamu--"

"Jennie gak bakal pergi" sela Jennie
memotong ucapan papanya.

"Jennie , papa gak mungkin biarin kamu
sendirian di sini--."

"Udah biasa sendiri." Lagi-lagi Jennie
menyela ucapan papanya.

"Jennie , please. Kali ini saja jangan bantah papa. Ini amanat oma dan juga kewajiban papa buat ngerawat kamu." Jennie mendengus. la menatap papanya dengan datar.

"Papa tetep bakal maksa aku kan?"

"Ya."

"Kalau gitu terserah Papa." Jennie berdiri
dan pergi meninggalkan ruang makan.
Sepanjang perjalanan dari Daegu Jennie
sama sekali tak bersuara, ia memilih
memejamkan matanya saat papanya
mengajak bicara. Hingga akhirnya mereka
tiba di Seoul, di perumahan elit yang
berada di kawasan perkotaan.Jennie turun dari mobil, menatap rumah mewah yang ada di depannya. Rumah yang mungkin akan jadi neraka baginya.

Jennie Kim as NiNi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang