Bayangan cowok tadi terus mengusik pikiran Jennie . Seberusaha apa pun ia mengeluarkan bayangan itu dari otaknya, tetap saja bayangan itu terus berseliweran. Menari-nari tanpa permisi di dalam pikirannya. Mata elang, hidung mancung, rahang tegas dan bibir tipis, kombinasi yang sempurna. Tak heran jika cowok itu
terlihat tampan dan mempesona. Sayangnya dia berwajah dingin dan menyeramkan."Bodoh! Rutuk Jennie, apa yang salah dengan otakku ? Kenapa bisa-bisanya aku
terkesima dengan cowok aneh itu". Jennie
menepis semua pemikirannya tentang cowok bernama lisa, seniornya kelas XII.Sepanjang pelajaran berlangsung, Jennie
tidak bisa fokus karena Irene terus
mendumel. Mengomentari apa pun yang diucapkan guru pelajaran. Hingga bell pulang berbunyi."Lo mau ikut?" ajak Irene yang sudah
selesai mengemasi barang-barangnya, ya
karena dia memang hanya mengeluarkan
satu buku saja."Ke mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya dari papan tulis. Jennie masih menyelesaikan catatannya.
"Basecamp."
"Basecamp?"
Itu artinya Jennie akan bertemu lagi dengan Lisa. Oh, tidak terimakasih. Jennie
tidak akan bertindak bodoh untuk kedua
kalinya.
"Gak deh. Gue belum selesai nyatet.""Gue tungguin." Irene bersikeras mengajak Jennie.
"Tapi--"
"Ayolah, lo bakal punya banyak teman di sana. Gue juga punya banyak koneksi,
termasuk para senior."jelas Irene, Jennie menoleh, mengernyitkan dahinya."Koneksi?" Tanya Jennie Irene mengangguk.
"Yups, rentan tali pertemanan gue luas. Lo gak bakal nyesel ikut gue, lo bakal rasain sensasi yang berbeda. Hidup lo gak bakal monoton deh." Jelas Irene meyakinkan Jennie
"Pertemanan?" Gumam Jennie Bahkan seumur hidup Jennie tidak punya teman, ia terlalu dingin dan menutup diri dari pergaulan, jennie tidak suka berhubungan dengan siapa pun, baginya itu hanya akan menimbulkan masalah, Dan mungkin ini untuk pertama kalinya, Jennie memiliki teman. Tapi apa iya Jennie harus menerima ajakan Irene? Belum sempat
Jennie memberi jawaban, suara seseorang
sudah lebih dulu memanggilnya."Jennie ." Jennie refleks menoleh saat
mendengar namanya di panggil.Jennie menghela napasnya ketika melihat
Tyuzu berdiri di depan pintu kelas, melambaikan tangannya dan tersenyum
lebar pada Jennie."Kamu kenal dia?" Pertanyaan Irene
mengalihkan perhatian Jennie."Bukannya dia anak kelas sebelah?
"Em." Jennie membereskan buku-bukunya,
memasukkannya ke tas."Siapa? Temen? Saudara? Atau Jennie memutar bola matanya, jengah dengan sikap Irene yang berlebihan dan Dia terlalu kepo.
"Gue pulang dulu, mungkin lain kali gue
bisa ikut. Bye." Jennie bangkit dan berjalan
menuju pintu."Mama udah nunggu di depan," ucap
Tyuzu saat Jennie keluar dari kelas.Jennie tak menggubrisnya, ia berjalan lebih dulu. Namun tyuzu berusaha mensejajarkan langkahnya. Keduanya
berjalan beriringan sampai depan.Sementara Irene menghampiri teman-temannya yang tengah berkumpul di parkiran.
"Itu bukannya temen lo?" tanya seulgi
saat Irene datang.Irene berbalik, matanya tertuju pada sosok Jennie yang sedang masuk ke mobil Mercedes-Benz berwarna hitam.
"lya." Irene duduk di dekat rose, merebut
botol air milik rose."Kyaaasss!! Kebiasaan" geruntuk rose, Irene terkekeh tanpa merasa bersalah.
"Gue haus..!! bibir gue kering ngoceh mulu
tadi di kelas." Rose memutar bola matanya, malas menanggapi, la kembali sibuk memainkan ponselnya."Mereka sodaraan?" tanya wendy Irene menoleh.
"Siapa?" Tanya Irene pada Wendy
"Temen lo sama tyuzu anak kelas X IPA 1. Bukannya dia pindahan dari Bandung, jadi gak mungkin dong mereka temenan" jelas Wendy.
"Mungkin?" Irene tampak tidak peduli.
"Tapi kalo mereka temenan boleh juga
tuh lo deketin, bukannya lo ngincer tyuzu?"
celetuk jisoo"Tapi lebih cakep dia si dari pada tyuzu,"
balas wendy."Gimana dong?"
"Kalo gitu lo pacarin dua-duanya," timpal
Seulgi, lalu mereka pun tertawa terbahak-bahak Entah apa yang lucu."Cabut yuk.!!!' seru lisa lalu la turun dari kap
mobil."Ayookkk..!!!" sahut hambim dan yang lainnya.
Mereka pun masuk ke mobil sport masing-masing, sebagian mengendarai
motor sport juga.Jennie duduk bersender ke jendela matanya menatap keluar mobil,Sementara pikirannya berkelana ke mana-mana Masih teringat jelas di pikiranya, bagaimana Lisa menatapnya dari parkiran. Entah kenapa Jennie tidak suka ditatap cowok itu.
Tatapannya seolah menelanjangi Jennie, Auranya begitu mencekam. Tapi kenapa cowok itu menatapnya seperti itu? Apa Jennie berbuat salah? Bahkan mereka
tidak saling mengenal dan baru bertemu
tadi."Jennie ." Jennie tersentak ketika mendengar mama tirinya memanggil.
"Ya?" Jennie menoleh ke depan.
"Kamu ngelamun? Mama dari tadi ngajak kamu ngobrol loh" ucap tyuzu yang duduk di bangku depan.
"Ah, maaf" gumam Jennie .
"Gak apa-apa Kamu pasti capek.!!, hari pertama sekolah, Apa sekolah kamu
menyenangkan?""lya."
"Baguslah, kalau kamu capek kamu boleh tidur. Nanti mama bangunin ketika sudah sampai." Jennie mengangguk, dan ia memilih memejamkan mata dan sepanjang
perjalanan hanya terdengar suara tyuzu
yang bercerita kegiatannya di sekolah.Seandainya mama masih hidup, mungkin Jennie akan melakukan hal yang sama. Menceritakan semua kegiatannya, berbagi banyak hal dengan sang mama.Jennie benci keadaanya saat ini la merasa sendirian, kesepian dan hampa. Meski
mama tirinya begitu baik, Jennie tak bisa
menghapus rasa bencinya pada wanita
itu. Karena dia penyebab kematian mamanya.***
Jennie terbangun tengah malam, suara
petir terdengar menyambar saling bersahutan Kilatannya menembus masuk
kaca jendela. Tubuh jennie gemetar sambil
memeluk lututnya serta bersembunyi dibalik selimut."Mama, Nini takut cicit Jennie. Diluar mansions sedang hujan deras, guntur makin terdengar lantang menggelegar dan tiba-tiba terjadi pemadaman listrik.
"Mama," lirih Jennie semakin ketakutan ia Berharap sang mama akan datang Walau pun itu jelas mustahil.
Jennie berusaha menguatkan dirinya agar
tetap kuat, menepis rasa takut yang terus
mengusiknya tak terdengar teriakan
kencang, diikuti suara tangis histeris
Suaranya berasal dari kamar tyuzu.Tak berselang lama terdengar suara langkah kaki, Jennie berjalan ke arah pintu
mengintip keluar. Terlihat mama tirinya
dan sang papanya berjalan tergesa-gesa
menuju kamar tyuzu."Ayo Pa, tyuzu pasti ketakutan," ucap
Tiffany terdengar panik."lya Ma." Kim Soohyun mengikuti langkah
istrinya, terburu-buru ke kamar tyuzu saat
suara tangisan tyuzu semakin terdengar
kencang.Jennie terduduk lemas di balik pintu, tanpa
sadar air matanya jatuh membasahi pipi.
Rasa iri menelusup ke dalam hatinya."Nini juga takut pa' lirihnya.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Jennie Kim as NiNi
Teen FictionLuka masa kecilnya membentuk kepribadian Jennie menjadi tertutup dan dingin, Trauma akan kematian ibunya membuat Jennie membenci semua laki-laki termasuk ayahnya. Namun semua berubah ketika Jennie pindah ke sekolah barunya, ia bertemu dengan lelaki...