bab 13

626 75 0
                                    

Tyuzu pulang dengan wajah tertunduk,
menyembunyikan matanya yang sembab
karena berjam-jam ia habiskan untuk
menangis di UKS.

"Kok udah pulang?" tanya Tiffany yang
baru saja keluar dari dapur, ia melirik ke
jam dinding yang baru menunjukkan pukul
13. 00. Biasanya sekolah dibubarkan
pukul 14. 00, Tiffany jadi merasa curiga,
ditambah Jennie juga tidak ikutan pulang
bersamanya.

"Jennie mana?" Tyuzu masih memilih diam, meremas jemarinya. Mendengar nama jennie  disebutkan, hatinya kembali sesak, sakit luar biasa ketika mengingat kejadian tadi di kantin. Saat dengan lantangnya Jennie  bilang jika dirinya anak pelakor. Tyuzu tahu Jennie tidak pernah bisa menerimanya, apa pengorbanannya untuk bisa dekat dengan Jennie masih kurang?

Tyuzu menurunkan egonya, terus berusaha
mendekat meski berkali-kali ditolak. Tapi
apa sekarang? Jennie justru menjatuhkannya di depan semua anak, mempermalukan dirinya secara terang-terangan.Apa semua yang terjadi salah dirinya?Berkali-kali tyuzu memikirkan itu dan hasilnya nihil. Otaknya tak mampu
bekerja, bahkan untuk mengingat kejadian
sepuluh tahun lalu saja kepalanya langsung sakit.

"Tyuzu, kok diem aja? Kamu sakit?" Tiffany berjalan mendekat, tapi tyuzu refleks
mundur. Jelas saja Tiffany semakin curiga,
tidak seperti biasanya tyuzu seperti ini.

"Ada apa Nak? Cerita sama Mama? Apa
ini soal tadi--

"Apa aku anak haram?" sergah tyuzu, memotong ucapan mamanya. Tyuzu  mengangkat wajahnya, matanya kembali
berkaca-kaca menahan genangam air
mata yang bertumpuk di kelopak mata.

"Jawab! Apa aku anak haram?!" Tiffany tercekat, ia terkejut ketika tyuzu berani berbicara selantang itu padanya. Tubuhnya menegang, hal yang selalu Tiffany takutkan saat akhirnya tyuzu akan bertanya seperti itu.

"Apa karena itu dulu papa gak ada saat tyuzu lahir? Apa karena tyuzu anak haram?" Tangis tyuzu pecah, ia berlari menabrak bahu mamanya. Tyuzu menaiki tangga menuju kamarnya, ia juga membanting pintu kamar hingga menimbulkan suara dentuman keras.

Tiffany terduduk lesu di lantai, pandangannya masih kosong. Ingatannya
kembali berputar pada kejadian malam
kemarin, di mana mereka bertiga berada
di studio salah satu stasiun televisi.

"Jadi dia putri tunggal Kim Soohyun yang
akan mewarisi kim Group."

Tiffany sudah akan membuka mulutnya untuk mengklarifikasi, bahwa anak mereka bukan hanya tyuzu tapi suara pembawa acara menginterupsi. Mengurungkan niatnya karena sesi wawancara langsung ditutup oleh pembawa acara.

Selepas acara wawancara berakhir, Tiffany
bergegas menuju ruangan para staf. la
ingin mengklarifikasi ucapan pembawa
acara agar bisa meralatnya, tentu saja
Tiffany memikirkan perasaan Jennie jika dia melihat bagaimana.

"Permisi." Tiffany membuka pintu dan
masuk setelah meminta izin.
"Permisi, krystal jung." Tiffany menghampiri pembawa acara tadi yang sedang duduk di sofa, kebetulan hanya ada perempuan itu di
dalam.

"Ya, ada apa?" Krystal menolehkan kepalanya ke Tiffany yang berdiri di
depannya yang terhalang oleh meja.

"Begini, saya mau minta tolong untuk
scene terakhir mohon diedit ya Mba' pinta

Tiffany Krystal mengernyit, menatap Tiffany dengan ekspresi bingung.

"'Scene yang mana ya?"

"Yang bagian pernyataan Mba krystal
mengenai putri kami tyuzu sebenarnya--"

"Maaf, tapi saya gak ada wewenang
untuk untuk itu. Lagi pula acaranya
juga disiarka secara live," sela krystal dengan ekspresinya berubah menjadi dingin.

Jennie Kim as NiNi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang