Jennie bersumpah pada dirinya sendiri,
untuk tidak lagi datang ke rumah Irene.
Jennie benar-benar menyesal, sekarang
dirinya justru terjebak di dalam rumah
Irene tanpa bisa pulang karena di luar
hujan deras.
Jennie benar-benar mengutuk hari ini.
Hari yang begitu sial, hari di mana ia
kehilangan ciuman pertamanya dan lebih
sialnya lagi, Lisa yang merenggutnya."Arrggg...!" Jennie mengerang frustasi.
Merutuki diri sendiri."Apa tidak ada cowok lain? Kenapa
harus Lisa ?"pikir Jennie tiba-tiba ponselnya berbunyi, mengalihkan perhatiannya. Jennie pun segera menjauh dari teman-temannya, mencari tempat sepi untuk menjawab telepon."Halo,' ucap Jennie ketika sambungan telepon diangkat.
Jennie menghela napas ketika suara tyuzu
terdengar, dia mencecarnya dengan
banyak pertanyaan karena sampai jam
delapan malam Jennie belum juga pulang."Di sini hujan, gue gak bisa pulang karena di jalan depan banjir. Jadi gue nunggu reda baru bisa pulang." Jennie mendengus, lalu menarik napas sebelum berkata,
"Gua bisa pulang sendiri, gak usah dijemput." Jennie langsung menutup
sambungan telepon secara sepihak, sebelum tyuzu kembali berbicara panjang
lebar. Jennie kembali ke ruangan tadi, ia
mengembuskan napas kasar saat melihat
Irene dan yang lainnya tak sadarkan diri.
Mereka tertidur di lantai dengan banyak
botol berserakan di sampingnya.
Hanya Lisa yang masih terjaga dan
cowok itu tengah menatap Jennie dengan
tatapannya yang dingin.Jennie memalingkan wajahnya, ia masih
kesal dengan Lisa karena menciumnya
tadi. Bahkan cowok itu juga tidak merasa
bersalah apalagi minta maaf. Sungguh
menyebalkan!Jennie menatap keluar jendela, hujan
sudah mulai reda. Tak ingin berlama-lama
di sini, Jennie mengambil tasnya lalu
melangkah menuju pintu. Baru saja ia
melangkah, Lisa lebih sudah mencegatnya."Mau ke mana lo?" Tanya Lisa Sedangkan Jennie mendengus, memutar bola matanya
malas."Bukan urusan lo." Suara terdengar ketus dari Jennie
"Tentu saja urusan gue, Irene nitipin lo
ke gue," kata Lisa , yang masih menghalangi Jennie yang ingin keluar."Gue bukan anak kecil, jadi minggir!"
tukas Jennie kembali.Lisa tetap bersikeras menahan Jennie
cOwok itu benar-benar keras kepala.
Perdebatan mereka tak berujung, hingga
suara Irene menginterupsi keduanya."Jen, lo mau ke mana?" tanya Irene
setengah sadar, cewek itu berjalan
sempoyongan mendekati Jennie."Gue mau pulang, ujannya juga udah
reda," jawab Jennie"Kenapa gak nginep aja, kamar gue
banyak kok yang kosong atau lo bisa tidur
sama dia kalau lo takut sendirian." Irene
menunjuk Lisa lalu menyengir gak jelas.
Lisa mendengus, memutar bola
matanya."Dasar sinting" gerutunya.
"Gak usah, lagian bokap gue pasti khawatir di rumah."
"Tapi di depan banjir, gue gak yakin ada
taksi yang mau masuk ke sini," ucap Irene,
sembari bergerak ke sana-sini.Jennie juga tahu soal itu, ia heran
perumahan elit tapi banjir. Membuatnya
terjebak tak bisa pulang, kecuali Jennie nekat menerjang banjir untuk sampai ke jalan raya."Gak papa, gue bisa jalan sampai depan."
"Lo yakin?" Irene meringis, memegangi
kepalanya."Arggg, kepala gue pusing." Irene mengerang, sebelum akhirnya ambruk tak sadarkan diri. Cewek itu benar-benar teler.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jennie Kim as NiNi
Teen FictionLuka masa kecilnya membentuk kepribadian Jennie menjadi tertutup dan dingin, Trauma akan kematian ibunya membuat Jennie membenci semua laki-laki termasuk ayahnya. Namun semua berubah ketika Jennie pindah ke sekolah barunya, ia bertemu dengan lelaki...