bab: 19

675 75 4
                                    

Dua jam berlalu, Kim Soohyun hanya duduk
memandangi Jennie yang tengah tertidur
pulas. la sama sekali tak bergerak ataupun membuka mulutnya. Entah apa yang ada di pikiran Kim Soohyun  saat ini. Mungkinkah dia menyesal?
Namun raut wajahnya yang datar sama
sekali tak menunjukkan rasa bersalah
sedikitpun. Bahkan bibirnya terus terkunci
rapat, sama sekali tak ada kata yang
meluncur dari mulutnya.

Kim Soohyun beranjak dari duduknya, menatap sekilas Jennie. Lalu berbalik, melangkah keluar dari ruangan itu.
Ketika pintu tertutup, Jennie perlahan
membuka matanya. Menolehkan kepalanya ke arah pintu, memandangi pintu yang sudah tertutup rapat. Lalu
mendongakkan kepalanya ke atas,
menatap langit-langit ruang rawatnya.
Jennie perlahan membuka mata, kala
merasakan usapan lembut di kepala.

"Papa!" Sontak Jennie lseketika bangun saat melihat sosok papanya duduk di samping tempat tidurnya.

Flashback on

"Papa pulang kapan?" Jennie memeluk erat leher papanya.

"Barusan,' jawab Kim Soohyun, mengusap
lembut punggung Jennie.

"Papa kenapa jarang pulang?" Jennie  melepas pelukannya, menatap wajah
lelah papanya.

"Semalam nini nungguin Papa. Tapi Papa gak pulang." Jennie mengerucutkan bibirnya, sudah satu minggu ini papanya tidak pulang ke rumah. Setiap malam Jennie menunggu, hingga akhirnya ia ketiduran dan saat terbangun papanya tetap belum juga pulang.

"Maafin papa, ya. Papa sibuk kerja, biar
bisa beliin nini buku dongeng... taraaa.
Kim Soohyun menunjukkan buku dongeng
Frozen yang sejak tadi ia sembunyikan
di balik punggunya.

"Wahhh, Froccen" seru nini, matanya
berbinar saat menerima buku pemberian
Kim Soohyun.

"Makacih, Pa."'

"lya." Kim Soohyun tersenyum lebar, mengusap lembut pipi Jennie.

"Sekarang nini bobok lagi ya."
Jennie mengangguk.

"Tapi Papa bacain dongeng dulu." Jennie menyodorkan buku dongeng ke papanya. Lalu merebahkan diri, ia terlihat antusias ketika papanya mulai bercerita. Hingga akhirnya matanya mulai terpejam.

Flashback end

Jennie tersenyum miris ketika teringat
masa kecilnya, ia menyeka air mata
yang membasahi pipi. Menghela napas
yang terasa begitu berat, dadanya sesak
setiap kali kenangan itu muncul dalam
pikirannya.

"Jennie kangen pa,' gumamnya.
Tanpa Jennie sadari, ada Tiffany yang berdiri di depan pintu. Awalnya ia hendak
masuk, namun urung saat melihat Jennie
menangis. Dada Tiffany terasa nyeri, rasa
bersalah terus menggerogoti hatinya.
Tangisan Jennie bagaikan hujaman pisau
yang menusuk-nusuk dadanya, Tiffany
mengusap air matanya, ia tak tahan lagi.

Tiffany bergegas pergi menemui Kim Soohyun. Kim Soohyun yang sedang duduk di bangku taman, menoleh saat mendengarkan suara langkah kaki. la menatap Tiffany yang berjalan tergesa-gesa ke arahnya.

"Ada apa?" tanya Kim Soohyun saat Tiffany
berhenti di hadapannya.

"Mau sampai kapan kamu perlakuin
Jennie kaya gini, Mas?" Tiffany meluapkan
amarah yang selama ini ia pendam
sendiri.
"Aku tahu kamu membenci mama Jennie, karena kematiannya membuat kamu diusir oleh mama kamu sendiri. Tapi bukan berarti kamu harus melampiaskannya pada
Jennie!

"Ingat Mas, dulu kamu selalu pengen bisa ketemu Jennie Kamu sendiri yang bilang pengen rawat Jennie. Tapi setelah kamu dapatkan kesempatan itu, kenapa kamu malah buat Jennie terluka Mas. Kenapa?" Tiffany menangis, tubuhnya merosot ke atas rerumputan. Tangannya memukul-mukul paha Kim Soohyun melampiaskan emosi yang menggebu-gebu.

Jennie Kim as NiNi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang