bab 16

602 63 3
                                    

Jennie duduk di kursi tunggu, ia terus
merapalkan doa. Sedari tadi Jennie gusar
menunggu Lisa yang tengah ditangani
oleh Dokter. Bahkan jantungnya masih
berdegup kencang, merasakan gejolak
luar biasa akibat melihat kecelakaan
yang menimpa Lisa di depan matanya langsung.

"Berengsek!!"

Jennie terkesiap, ketika suara lantang
terdengar bersamaan dengan suara lain
yang memekakkan telingan, Jennie menoleh, memperhatikan seorang cowok yang baru saja datang. Cowok itu terus mengumpat dan memaki, kakinya tak bisa diam. Dia menendang apa pun yang ada di
sekitarnya termasuk tempat sampah yang
baru saja ia tendang.

"Rain berhenti!" bentakan Bogum
mampu menghentikan Rain seketika, Cowok bernama Rain itu berjongkok di dekat dinding. Memegangi kepalanya,
terlihat jelas jika amarahnya belum
sepenuhnya mereda. Rain hanya
berusaha mengontrolnya agar tidak lagi
meledak-ledak.

"Gimana Lisa?" tanya Rain, deru napasnya kembali normal tak lagi menggebu-gebu seperti tadi.

"Masih di dalem," jawab Bogum

"Ini semua gara-gara dia?" Rain melirik
sinis Jennie, Jennie yang tak tahu apa-apa jelas terkejut, ia juga bingung kenapa jadi dirinya yang disalahkan. Ada apa sebenarnya?

"Re!" tegur Bogum

"Kalau dia gak datang sama si
berengsek, Lisa gak bakal sampai kaya
gini!" Rain terus berbicara, mengabaikan
peringatan park bogum.

"Lo sendiri tadi lihat kan Lisa  hampir sampai garis finish. Tapi semua jadi kacau gara-gara dia!" jelas  Rain menunjuk jennie secara terang-terangan.

Apa? Jennie mengerjapkan mata berulang
kali,  Yang didengarnya barusan itu benar?
Jadi Lisa seperti ini gara-gara dirinya?
Jennie menundukkan kepala, merutuki dirinya sendiri.

"Jadi lo kecewa karena Lisa kalah bukan khawatir sama keadaan Lisa?"

Suara seseorang yang baru saja datang
menginterupsi semua orang yang ada di
sana. Rain melirik sinis kedatangan
cowok yang baru saja berbicara itu. Di
belakangnya diikuti oleh ketiga temannya
yang masih satu kelompok dengannya.

"Gas, udah. Jangan memperparah,"
ucap park bogum berusaha membuat keadaan agar tetap kondusif.

"Harusnya yang udahan itu temen lo.
Biar dia gak banyak bacot, beraninya
nyalahin cewek." Seulgi mendecih saat
melewati Rain.

"Apa lo bilang?" Rain yang tak terima
dengan ucapan Seulgi, lantas berdiri.

"Lo budeg ya?" cibir Seulgi, sama sekali
tak takut dengan tatapan tajam Rain
yang mengintimidasi.

"Bangsat ... lepas!" Rain berontak
ketika bagum menahan kedua lengannya
agar Rain  tidak bisa memukul Seulgi.
Seulgi mendengus, ia juga tidak
mood untuk meladeni Rain, Keduanya
memang tak pernah akur. Seulgi pun
melangkah mendekati Jennie yang masih
menunduk.

"Lo gak papa?" tanya Seulgi  Jennie mendongak, menatap Seulgi yang berdiri di depannya. Kemudian Jennie menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ya, ampun Jennie, Akhirnya gue nemuin
lo." Suara jisoo mengalihkan atensi jennie

"Lo gak papa kan?" tanya jisoo Lagi-lagi
Jennie hanya menggelengkan kepalanya.
Bibirnya masih terasa kelu untuk mulai
berbicara.

"Nih, pakai jaket gue Lo pasti kedinginan.!!." Hambim melepas jaketnya, lalu memberikannya ke Jennie, Awalnya Jennie mau menolak, tapi hambim memaksanya. Jadi mau tidak mau jennie
akhirnya memakai jaket hambim. Cuaca
malam ini memang dingin dan jennie masih mengenakan baju rumah sakit yang
lumayan tipis.
Tak berselang lama, pintu ruangan Dokter terbuka dan Lisa keluar setelah
selesai diperiksa,  Lukanya tak terlalu serius, kakinya hanya terkilir ditambah
luka di bagian pelipis yang sudah diperban oleh Dokter.

Jennie Kim as NiNi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang