"Makasih udah anterin aku, Pan," ucap Zea memberikan helm yang dipakai pada cowok di hadapannya.
"Iya, sama-sama," jawab Pandu.
"Mau mampir dulu?" tanya Zea menawarkan.
"Enggak, ini gue mau langsung ke minimarket, Bunda nitip soalnya," tolak Pandu.
"Ya udah, kalau gitu aku masuk ke dalam," izin Zea yang langsung mendapat anggukan dari Pandu.
Cewek itu pun masuk ke dalam rumahnya, sedangkan Pandu pergi pulang. Sebelumnya ia akan mampir terlebih dahulu ke minimarket.
Saat pertama kali masuk ke dalam rumah, Zea mendengar kebisingan di ruang tamu. Hingga tiba di ruangan itu, ia melihat sekumpulan cowok yang sangat dikenali. Siapa lagi kalau bukan Jevan dan kedua temannya, Bang Satria bersama satu temannya juga. Seketika suasana hening tatkala mereka menyadari kedatangan Zea.
"Apa sih, tiba-tiba pada ngeliatin! Berasa kayak seleb aja," gerutu Zea dalam hatinya. Ia terus saja berjalan melewati anak-anak cowok itu, menaiki anak tangga.
"Tumben gak saling sapa, kalian marahan?" celetuk Satria bertanya pada Jevan.
Jevan terdiam sejenak. Tak cepat menjawab. "Iya, gue ada salah sama Zea." Jevan menjawab di menit kemudian. Seketika Satria menatapnya tajam.
"Salah apaan lo?" Selidik Satria pada Jevan.
Suasana berubah menjadi mencekam. Alvin-sahabat Satria sudah siap menahan cowok itu, takut terjadi sesuatu. Vigo dan Ilham pun ikut waspada.
"Gue batalin janji, dan malah jalan sama mantan gue," celetuk Jevan seketika Satria beranjak berdiri dengan raut wajah marah.
"Sabar Sat," ujar Alvin mencoba menenangkan.
"Gue bukan orang penyabar!" Satria melirik Alvin yang ada di sampingnya.
"Maaf Bang, gue tau ... gue salah," maaf Jevan. "Gue ngelakuin ini karena alasan juga," lanjutnya berucap.
"Gue gak terima alasan! Lo udah bikin Zea marah!" kesal Satria.
"Gue ngelakuin ini karena terpaksa," ujar Jevan lagi.
"Terpaksa atau emang suka?" sela Ilham seketika langsung mendapat tatapan tajam dari Jevan.
"Temen lo aja gak belain," sahut Satria.
"Please Bang, kasih gue kesempatan untuk menjelaskan," mohon Jevan dengan wajah memelas. Namun, Satria malah memalingkan wajahnya dari Jevan.
"Gak! Sana putus aja lo sama Zea," usul Satria seketika membuat Jevan memohon dengan sangat.
"Gue gak mau putus, Bang," bantah Jevan. Mendengar itu membuat Satria terdiam. Memikirkan keputusan yang akan ia ambil.
"Oke ... tapi kalau sekali lagi lo bikin Adek gue kayak gini lagi, jangan harap lo bisa liat meski batang hidungnya doang!" ancam Satria terdengar sangat seram di telinga Jevan.
"Thanks, Bang." Jevan ingin memeluk Satria atas ucapan terima kasih, tetapi dengan sigap Satria menendangnya yang membuat ia tersungkur ke sofa.
"Gak usah peluk-peluk, geli anj," umpat Satria.
Namun, Jevan malah menyengir. "Sorry, abisnya seneng." Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Nanti gue jelasin ya, Bang. Sekarang mau jelasin dulu ke Zea, boleh kan gue susulin ke kamarnya?" tanya Jevan meminta izin.
Satria selangkah mendekati cowok itu. Ia menatap Jevan dengan tatapan menyelidiki. "Awas aja kalau lo macem-macem!" ucap Satria membuat Jevan senang.
"Enggak akan Bang," ujar Jevan. "Makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is A Bad Boy
Teen FictionAku gak menyangka sampai saat ini, harus berpacaran dengan preman sekolah. Itu benar-benar diluar dugaanku. Namun, karena permainan truth or dare yang dia bilang. Dia harus memacariku. Awalnya aku menolak, karena tidak mau berpacaran dengan preman...