28. Problem

149 9 5
                                    

"A-aku gapapa kok, kalau kamu kembali lagi sama Alexa."

Deg!

Kedua mata Jevan membulat sempurna. Apa-apaan ini, kenapa Zea berbicara seperti itu.

"Lo ngomong apa, sih? Gak usah ngawur, gue gak mau!" kesalnya sedikit menaikan nada ucapan.

"Tapi gimana dengan keinginan Alexa yang gak tercapai, sedangkan kondisi dia aja seperti itu?" Entahlah, Zea kasian pada Alexa mendengar penyakit yang dialaminya saat ini, tetapi hatinya juga sakit kalau seandainya Jevan benar-benar kembali lagi menjalin hubungan dengan cewek itu.

"Soal perasaan gak bisa dipaksakan, Ze. Lagian keinginan dia aneh-aneh aja! Pokoknya gue gak akan pernah mau." Jevan menatap cewek di hadapannya. Meyakinkan bahwa ia tidak akan pernah mau kembali lagi pada Alexa, dan meninggalkan Zea.

"Tapi, Jev-"

"Udah, gak usah bahas itu. Gue antar lo pulang," ajaknya memotong ucapan Zea seraya menggenggam tangannya.

"Kamu duluan aja, aku mau kerjakan tugas dulu di sini." Mendengar jawaban itu membuat Jevan tak tega.

"Gue temenin sampai selesai, kita pulang bareng."

💗

Setelah pulang sekolah, keduanya terlebih dahulu pergi bermain untuk mencari udara segar, setelah penatnya seharian belajar.

"Mau makan gak?" tanya Jevan sedikit meninggikan suaranya, takut tak terdengar.

"Boleh," sahut Zea.

"Mau makan apa?" Motor terus melaju degan kecepatan sedang, membuat kendaraan lain menyalipnya dengan kecepatan tinggi.

"Aku mau makan sate." Tak seperti biasanya yang suka bilang terserah, kini Zea menjawab dengan pasti.

"Okay." Mendengar itu membuat Jevan menambah kecepatan motornya, menuju penjual sate yang biasa ia beli.

Selang lima belas menit kemudian, mereka berdua sudah sampai di tempat penjual sate. Kini Jevan dan Zea sedang menunggu pesanan yang baru saja dipesan.

Namun, di saat itu tiba-tiba saja ponsel Jevan berdering, menandakan telepon masuk. Ia segera melihatnya, ternyata itu dari ibunya Alexa.

"Kenapa gak diangkat?" tanya Zea yang duduk di kursi berhadapan dengan Jevan.

"Gak penting." Ia menjawab dengan singkat.

"Siapa tau penting, emang siapa, Jev?" Jujur Zea penasaran, pasalnya raut wajah cowok itu berubah drastis setelah telepon masuk.

"Bukan siapa-siapa," jawab Jevan dengan raut wajah yang tak bisa disembunyikan.

"Kayak ada yang disembunyikan sama kamu?" Selidik Zea, merasa ada yang janggal. "Coba aku liat."

Belum sempat Zea melihat ponsel Jevan, kini cowok itu terlebih dahulu memberitahu. "Barusan yang telepon ibunya Alexa."

"Kenapa gak kamu angkat?" tanya Zea kembali meminta penjelasan.

"Gak penting, Ze." Jevan memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket.

"Siapa tau penting-"

Drtt!

Bunyi telepon kembali masuk ke ponsel Jevan, membuat cowok itu berdecak kesal.

My Boyfriend Is A Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang