23. Pelukan

302 22 5
                                    

“Jevan?!”

“Selva?!”

Keduanya terkejut saat melihat satu sama lain. Selva tak percaya jika saudara tirinya, ialah Jevan. Raut wajah cewek itu semakin keruh.

“Loh, kalian saling kenal?” tanya Lea ikut terkejut.

“Kita satu kelas, Tan,” jawab Jevan dengan raut wajah keruh juga. Dunia memang sempit, tetapi kenapa harus Selva yang harus menjadi saudari tirinya.

“Wah, bagus dong ... kalau gitu kalian pasti akrab kan di sekolah, jadi kita gak perlu khawatir ya Kak, soal anak-anak,” sela Sarah dengan raut wajah berbinar berbicara pada Lea. Wanita itu senang karena merasa tak perlu mengkhawatirkan hubungan anak-anaknya yang takut tak akur.

Akrab bagaimana, orang gue sama Jevan gak akur,” batin Selva menggerutu.

Namun, di detik itu juga Jevan beranjak berdiri dari tempat duduknya, membuat Sarah bertanya-tanya.

“Kamu mau ke mana?” Sarah ikut beranjak dari tempat duduknya, membuat Lea dan suaminya memperhatikan dengan lekat.

“Jevan ada urusan, Ma,” jawabnya memasang raut wajah keruh.

Sarah berbisik pada telinga putranya. “Bisa kan, tunda urusan kamu? Kita lagi acara keluarga!” Dari ucapannya, Sarah terdengar kesal.

Namun, cowok itu tak mendengarkan, ia tetap pergi meninggalkan mereka, membuat Sarah semakin kesal, terlihat dari raut wajahnya.

“Maaf, Jevan anaknya keras kepala, susah dibilangin.” Sarah merasa tak enak pada suaminya dan Lea.

“Gapapa, Sayang ... anak-anak emang suka gitu,” sahut Radin, suaminya. Pria itu melirik pada istri pertama, membuat Lea tersenyum singkat.

“Iya, bener banget apa kata Mas Radin, jangan dipikirkan. Biarkan Jevan melakukan maunya sendiri,” timpal Lea dengan hangat.

Selva yang sejak tadi hanya mendengarkan dibuat muak. Ia tak bisa lama-lama di sini. Jujur saja cewek itu sangat kesal, apalagi setelah mengetahui saudara tirinya ialah Jevan.

Selva berdiri, membuat ketiganya menatap secara bersamaan. “Kamu mau ke mana, Nak?” tanya Radin penasaran.

“Selva males di sini!” jawabnya ketus, lalu pergi begitu saja tanpa pamitan.

Lea ingin berbicara, tetapi Sarah terlebih dahulu bersuara. “Udah biarkan saja, mungkin Selva mau ketemu Jevan,” ujar Sarah membuat Lea menuruti.

“Iya, biarkan anak-anak menjadi saling akrab,” timpal Radin pada Lea, lalu merangkul bahu wanita itu.

🖤

Cewek itu meminta Jevan untuk ketemu, membicarakan masalah tadi. Jujur ia sangat tak menyangka Jevan menjadi Adek tirinya. Kini keduanya sedang berada di cafe, dekat rumah Zea.

“Kenapa harus lo, sih?!” Selva menatap Jevan penuh dengan amarah. Mata cewek itu menatap nyalang.

“Lo tau? Gara-gara nyokap lo, nyokap gue hampir saja mengakhiri hidupnya. Hidupnya hancur, dan keluarga gue juga ikut berantakan! Gue benci banget sama nyokap lo, yang udah merebut bokap gue!” Selva mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini ia pendam.

Jujur saja sampai detik ini, cewek itu masih tak bisa menerima kehadiran ibunya Jevan, meski hubungan di antara keluarga keduanya sudah membaik. Selva masih membenci Sarah.

Jevan yang sejak tadi diam, ia mulai bersuara. Cowok itu menatap Selva tajam. “Nyokap gue gak sepenuhnya salah! Salahkan juga bokap lo, yang gak bisa cukup dengan satu wanita!” Meski ibunya seperti itu, Jevan tak terima jika ada yang mengatainya.

Jevan berdiri, beranjak dari duduknya. “Di sini yang menderita, bukan cuma lo!” ujar Jevan dengan dingin, kemudian ia pergi begitu saja, tanpa mendengarkan Selva yang akan kembali berbicara.

Cewek itu mengepalkan tangannya, menahan emosi yang tak sempat tersalurkan.

🖤

Yang pertama kali ia lihat, ialah sambutan senyuman manis padanya. Wajah berbinar memancarkan aura positif, membuat siapa saja yang melihatnya terasa damai.

Cowok itu langsung saja memeluk erat pacarnya, menaruh dagu pada ceruk leher, membuat cewek itu perlahan mengelus lembut punggung lebar Sang pacar.

“Kenapa? Gak biasanya kayak gini?” Ia merasa ada yang aneh pada cowok yang tengah dipeluknya saat ini. Apalagi tiba-tiba saja Jevan meminta bertemu di taman.

Merasa energinya sudah kembali terisi, Jevan perlahan melepas pelukannya dengan Zea. Tatapan cowok itu memancarkan luka yang mendalam, membuat Zea tak tega melihatnya.

Keduanya duduk di atas rumput hijau. “Ceritakan aja semuanya, pasti aku dengerin kok,” ujar Zea dengan raut wajah sendu.

Jevan menghela nafas dalam. “Ternyata gue dan Selva saudara tiri,” celetuk Jevan seketika membuat Zea terkejut bukan main.

“Selva yang ada di kelas kita?” tanya Zea meyakinkan, Jevan menjawab dengan anggukan.

Cowok itu kembali memulai pembicaraannya, menceritakan semua permasalahan yang sedang ia alami saat ini, karena hanya Zea lah satu-satunya saat ini yang bisa dipercaya.

Zea yang mendengar semuanya, dibuat syok. Jadi selama ini cowok itu tak baik-baik saja. keluarganya dan keluarga Jevan sama saja, yang membedakan hanyalah masalahnya.

Hari ini Zea mengetahui alasan kenapa cowok di hadapannya yang selalu berbuat onar, yang tak bisa mengendalikan emosinya, Zea mengetahuinya sekarang. Andai saja Zea tau sejak awal, ia ingin selalu ada untuknya.

“Kalau mau nangis, nangis aja ... jangan dipendam,” ujar Zea dengan tangan yang terus mengelus lembut kepala Jevan, memberikan ketenangan.

Di detik itu juga Jevan kembali memeluk Zea erat. “Makasih, udah selalu ada untuk gue.”

🖤

Mentari kini mulai bersembunyi, di balik laut tenang. Cahayanya masih terlihat, memancarkan keindahan alam yang rupawan. Dua insan tengah duduk di tepi pantai, menatap lurus ke depan. Melihat senja yang hampir saja hilang.

Setelah dari taman, keduanya pergi ke pantai.
Pantai menjadi tempat favorit mereka berdua. Entah kenapa, mereka merasa pantai memberikan ketenangan, dan menyejukkan pikiran.

Jevan melirik ke samping, menatap Zea begitu lekat. Dia sangat indah, sampai tak bisa diutarakan lewat kata-kata. Baginya, Zea sangat sempurna.

“Ze, nanti kalau kita nikah, prewed-nya di pantai ya?” Perkataan Jevan seketika membuat Zea menoleh.

“Dasar kamu ini, lulus sekolah aja belum, udah mikirin nikah.” Zea dibuat tersenyum mendengar perkataan Jevan.

“Biarin, nikah muda aja gak sih, kita?” Di detik itu juga Jevan menjaili Zea dengan air, membuat cewek di hadapannya balas menjaili.

Jevan kabur, ia berlarian di tepi pantai. Zea yang tak mau kalah, ia pun mengejarnya. Kini mereka berdua bermain air, di bawah langit yang hampir saja gelap.

🖤Batas Akhir🖤

Minggu, 25 Febuari 2024
11.22

S

eru kayaknya kalau bikin cerita Jevan dan Zea versi udah nikahnya.


My Boyfriend Is A Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang