30. Ketemu

135 9 2
                                    

Seorang dokter keluar dari dalam ruangan, membuat Satria dan Alvin segera menghampirinya.

“Hasil CT scan akan keluar beberapa hari ke depan.” Ia menghentikan sejenak ucapannya. “Dan pasien sudah boleh pulang,” lanjut Dokter itu.

“Baik, Dok. Terima kasih,” ucap Satria. Pria yang memakai jas putih itu hanya mengangguk sebagai respon, tak lama kemudian pamit pergi meninggalkan keduanya.

“Vin, bisa tolong jaga Zea sebentar? Gue mau urus administrasi,” pinta Satria pada sahabatnya untuk menjaga Zea.

“Bisa, lo urus administrasi aja dulu sana, jangan khawatirkan Adek lo,” jawab Alvin membuat Satria lega mendengarnya. Setelah itu, Satria pun pergi untuk mengurus administrasi.

🖤

Alvin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan yang mulai sepi lantaran sudah malam. Seorang cewek yang sejak tadi sudah sadarkan diri, kini memulai pembicaraan kepada cowok yang berada di sampingnya.

“Maaf, aku merepotkan kalian,” ujar Zea merasa tak enak hati sudah merepotkan dua cowok itu.

Satria menoleh ke samping, tepat di mana Zea berada. “Lo gak buat kita repot. Ya kali, ngeliat lo pingsan gue diemin.”

“Aku pingsan cuma karena kecapean aja, Bang,” ujar Zea seketika membuat Satria saling bertatapan di balik kaca mobil.

Sebelum hasil CT scan keluar, Satria tak akan memberi tahu Zea terlebih dahulu. “Besok jangan sekolah dulu, izin aja,” titah Satria, mengingat bagaimana adeknya yang selalu masuk sekolah meski dalam keadaan kurang vit.

“Gak bisa, besok ujian, jadi harus masuk,” tolak Zea. “lagian kalau Mama tau yang ada marah,” lanjutnya.

“Biar nanti gue yang bicara sama Mama, pokoknya lo besok jangan sekolah.”

🖤

Udara pagi masih begitu segar, menyelusup lembut ke dalam kulit yang tak terlapisi kain. Seorang cewek menghentikan langkahnya tatkala mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.

“Ze,” panggilnya lagi tatkala sudah berada di hadapan orang itu.

Hari ini Zea memaksakan diri masuk sekolah meski badannya kurang sehat, padahal Satria sudah melarangnya.

“Iya?” sahutnya menatap cowok yang kini tepat berada di depan.

“Lo ke mana aja semalam, gue telepon-telepon gak akti?” Jevan sangat khawatir dengan cewek di hadapannya ini. Ia takut terjadi sesuatu kepadanya.

“Aku baik-baik aja.” Zea menjawab dengan singkat diiringi senyuman tipis.

“Tapi kenapa ponsel lo gak aktif?” tanyanya lagi merangkul kedua bahu cewek itu, tetapi dengan cepat Zea menepisnya.

“Tolong untuk kali ini aja, bisa jaga jarak? Kita udah gak ada hubungan apa-apa, Jev,” pinta Zea dengan nada pelan.

Mendengar itu membuat Jevan menggeleng dengan cepat. “Gak bisa. Gue gak bisa jaga jarak dari lo,” bantah Jevan. Ia tak mau jika harus renggang dari orang yang dicintainya.

“Udah ya, bentar lagi ujian di mulai. Kamu jangan lupa belajar untuk ujian berikutnya.” Setelah mengatakan itu, Zea langsung saja masuk ke dalam ruangan. Jevan tak bisa mengejar, karena ruang ujian dirinya dan Zea berbeda.

🖤

“Mau ke mana lo?” Pertanyaan itu sontak membuat Zea menghentikan langkahnya. Dilihat dua orang cowok sedang duduk di sofa.

“Mau ke toko, ada keperluan yang harus aku beli,” sahut ia menjawab dengan jujur.

Mendengar itu membuat Satria seketika beranjak berdiri. “Ayo gue antar.” Ah, Zea bingung dengan sikap abangnya akhir-akhir ini.

“Gak usah, aku sendiri aja,” tolak Zea tak mau merepotkan, lagipula ini hanya ke toko, ia bisa sendiri.

“Ini udah malam, bahaya kalau sendiri,” ujarnya tak terbantahkan. “Lo mau ikut gak?” lanjut Satria bertanya pada Alvin yang masih setia bersama laptopnya.

“Ikut, sekalian gue mau beli cemilan,” ujar Alvin beranjak dari tempat duduknya. Mendengar itu Satria hanya merespon dengan anggukan kecil. Setelah semuanya sudah siap, mereka pun pergi bersama.

🖤

Satria iseng melihat-lihat barang di dalam toko yang ia kunjungi saat ini, lantaran mengikuti adeknya yang sedang memilih keperluan untuk dibeli. Sedangkan Alvin, cowok itu berada di minimarket, membeli cemilan.

“Bang, mending beli cat air atau pensil warna, ya?” tanya Zea menghentikan sejenak langkahnya, untuk meminta pendapat.

“Yaelah, beli dua-duanya aja biar gak pusing milih,” usul Satria langsung saja mengambil dua barang itu dari tangan Zea, dan langsung memasukkan ke keranjang belanja.

Namun, saat itu tanpa sengaja Satria melihat seorang cowok dan cewek yang sangat familiar baginya. “Bentar, itu kayaknya Jevan? Kok dia sama mantannya?” tanya Satria sambil berjalan menghampiri Jevan yang kini berada tak jauh darinya.

Zea kelabakan. Bagaimana ini? Ia takut mereka malah jadi bertengkar. Mau tak mau ia pun harus mengikuti abangnya yang kini sudah berada di hadapan Jevan.

“Jadi begini kelakuan lo, di belakang Adek gue?”

Batas Akhir•

Maaf dikit dulu🙏

Minggu, 9 Juni 2024
01.55







My Boyfriend Is A Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang