"Gak! Kurang ajar lo godain pacar gue!" teriak seseorang dari arah belakang, berhasil membuat Zea, Jay, dan Valdy mengalihkan pandangannya.
Jevan menghampiri mereka dengan langkah gusar. Cowok itu kini berdiri tepat di depan Zea. "Lo gak diapa-apakan kan, sama mereka?" tanyanya memastikan. Ia khawatir karena Jay bukan cowok yang baik.
"Gak kok, kamu tenang ya," ujar Zea memegang tangan cowok itu.
Jevan mengalihkan pandangannya, menatap Jay dengan tatapan tajam. "Lo apa-apaan godain pacar gue?!" kesal Jevan siap untuk menghajar.
"Oh, jadi lo cowoknya?" Jay menarik sudut bibirnya. "Mau-mau aja Zea sama cowok kayak lo!" Ucapan Jay seketika membuat emosi Jevan memuncak.
"Udah ayo pergi, jangan diladenin," pinta Zea memasang raut wajah cemas. Ia mencoba menenangkan.
"Gak bisa Ze, dia kurang ajar banget!" Jevan tak terima Jay berkata seperti itu. Ingin sekali ia meninju mulutnya.
"Biarin, ayo pergi dari sini." Zea menarik tangan cowok itu, tak lama Jevan menuruti. Jay tersenyum devil melihat kepergian mereka berdua.
"Lo ke sini mau ngapain?" tanya Jevan melirik Zea yang berada di sampingnya.
"Aku mau nagih uang kas mereka berdua," jawab Zea membalas tatapan Jevan.
"Dia bayar?" tanya Jevan lagi yang langsung mendapat gelengan dari Zea. Mendengar itu seketika membuat Jevan kembali menghampiri Jay dengan langkah gusar. Zea panik, ia pun mengikuti pacarnya.
"Bayar uang kas!" sentak Jevan pada Jay. Keduanya sudah saling berhadapan. Tangan Jevan siang untuk meninju cowok di hadapannya.
"Kalau gue gak mau?" Jay menarik sudut bibirnya, seketika di detik itu juga Jevan meninju, membuat Jay limbung ke belakang.
"Udah Jev." Zea berlari menghampiri, berniat untuk melerai. "Ayo pergi," ajaknya pada Jevan, tetapi cowok itu tak mau.
Valdy memegangi Jay. "Bayar aja biar urusannya cepat Clear, lo gak tau aja Jevan kayak gimana orangnya," bisik Valdy, ia takut ini akan menjadi masalah besar. Jevan bisa saja di depan pacarnya seakan-akan masalah clear, tapi tak tau di belakang nanti bagaimana.
Jay mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan bercak darah. "Berapa nominal yang harus gue lunasi?" tanya Jay akhirnya menuruti Valdy.
"Empat ratus ribu, dan Valdy dua ratus ribu," sahut Zea menghela nafas dalam.
Kemudian Jay mengeluarkan enam lembar uang berwarna merah dari dalam dompetnya, lalu memberikannya pada Zea. "Makasih," ucap Zea.
Setelah memberikan uang pada Zea, keduanya pun berlalu pergi dengan raut wajah keruh.
"Lain kali kalau ada apa-apa bilang sama gue," ujar Jevan menatap Zea lekat.
"Iya, makasih udah bantuin," sahut Zea dengan senyuman.
•••💗•••
Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi. Zea dan Jevan berjalan menuju tempat parkir. Langkah keduanya terhenti tatkala Zea melihat mobil yang tak asing baginya sudah terparkir.
Zea menghampiri mobil itu, membuat Jevan mengikuti. "Hai, Kak." Ia melambaikan tangannya pada Gabriel yang sejak tadi sudah menunggu Zea berdiri di dekat mobil.
"Mau berangkat sekarang, Non?" tanya Gabriel yang langsung mendapat anggukan dari Zea.
"Lo mau berangkat sama dia?" tanya Jevan meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is A Bad Boy
Novela JuvenilAku gak menyangka sampai saat ini, harus berpacaran dengan preman sekolah. Itu benar-benar diluar dugaanku. Namun, karena permainan truth or dare yang dia bilang. Dia harus memacariku. Awalnya aku menolak, karena tidak mau berpacaran dengan preman...