Langkah seorang cowok terhenti tatkala sampai di tempat tujuan. Ia duduk di kursi memandangi lekat cewek yang tengah tertidur di bangku kelas.
“Ini anak tidurnya sembarangan banget. Semalam pasti gadang lagi karena belajar,” gerutu Jevan berbicara pada dirinya sendiri. Sedangkan siswa-siswi lainnya tengah berada di luar kelas karena sekarang jam istirahat.
Jevan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Zea. Namun, tak sengaja ia menyentuh pipinya, yang membuat cowok itu terkejut saat kembali mengecek suhu tubuh Zea.
“Lo panas banget Ze,” ujar Jevan membuat Zea tebangun dari tidurnya dengan raut wajah pucat.
“Jevan? Kapan kamu ada di sini?” tanya Zea menyandarkan punggungnya ke penyangga kursi.
“Tubuh lo panas banget, lo sakit kan? Kenapa gak ke UKS sih?” Bukannya menjawab, Jevan malah melontarkan beberapa pertanyaan pada Zea.
“Cuma pusing dikit, nanti juga sembuh,” jawab Zea.
“Dikit gimana? Itu lo panas banget.” Jevan terlihat sangat khawatir. “Ayo, kita ke UKS,” ajak cowok itu.
“Gak usah, aku di sini kelas aja. Bentar lagi bel masuk,” tolak Jevan.
“Lo udah sakit aja masih mikirin belajar. Lo gak denger apa kata bokap lo kemarin?” kesal Jevan beranjak dari duduknya, berniat untuk memaksa Zea istirahat di UKS.
Namun, di saat itu datang Selva bersama dua teman ceweknya. “Ze, lo dipanggil guru tuh,” ujar Selva membuat Zea mengangguk lemas.
“Iya, makasih,” jawab Zea.
“Lo mau ke mana?” tanya Jevan yang melihat cewek itu hendak pergi.
“Temui guru.” Zea menjawab.
“Biarin aja, lo juga lagi sakit.” Jevan terlihat sangat kesal. Ia khawatir pada pacarnya.
“Aku udah mendingan,” jawab Zea sambil pergi meninggalkan Jevan untuk menemui guru. Sedangkan Selva dan dua teman ceweknya sudah pergi terlebih dahulu.
“Langsung balik lagi ke sini Ze,” pinta Jevan yang langsung mendapat anggukan kecil dari Zea.
Zea terus melangkah menulusuri lorong sekolah menuju ruang guru. Namun, saat hendak belok ke kiri tiba-tiba saja ia ditarik dari belakang dengan sangat kuat yang membuatnya sama sekali tak bisa melawan.
“Selva?” panggil Zea lirih tatkala mengetahui siapa yang menariknya.
Namun, cewek itu tak menjawab. Ia malah memberikan isyarat pada kedua teman ceweknya. Di detik itu juga Zea di dorong ke dalam toilet, lalu Selva menguncinya dari luar.
“Sel, buka!” pinya Zea sambil menggedor-gedor pintu toilet.
“Ini balasan karena lo udah berani-beraninya deketin Pandu!” kesal Selva lalu pergi bersama kedua teman ceweknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is A Bad Boy
Teen FictionAku gak menyangka sampai saat ini, harus berpacaran dengan preman sekolah. Itu benar-benar diluar dugaanku. Namun, karena permainan truth or dare yang dia bilang. Dia harus memacariku. Awalnya aku menolak, karena tidak mau berpacaran dengan preman...