25. Masalah Kecil

180 10 0
                                    

Pandu mendongak, memberanikan diri menatap Zea. “Sejujurnya ... G–gue suka sama lo sejak pertama kali, gue ngeliat lo.”

Deg!

Zea terbelalak mendengarnya. Hah?! Apa iya tak salah dengar apa yang diucapkan oleh Pandu?

Cowok itu kembali bersuara. “Gue gak bermaksud apa-apa, Ze. Gue hanya sekedar mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendam. Gak berharap perasaan untuk dibalas, karena gue tau lo sama Jevan sama-sama saling menyukai.”

Zea terdiam, bingung harus menjawab apa. Cowok itu pun, ikut terdiam. Namun, tak lama kemudian ia kembali bersuara.

Pandu tersenyum singkat. “Pada akhirnya gue lega bisa mengungkapkan perasaan gue sama lo, meski tak terbalaskan.”

Mata Zea menatap Pandu dengan teduh. “Sebelumnya makasih, aku hargai perasaan kamu, tapi maaf aku gak bisa membalasnya. Kamu tau sendiri kan, alasannya apa.” Zea menundukkan kepalanya, ia merasa tak enak hati.

“Gak masalah, Zea. Gue paham kok, maksud lo,” sela Pandu, membuat cewek itu kembali menatapnya.

“Udah gak usah dipikirin, ayo kita lanjut ke kelas, Pak Rama udah nungguin,” ujar Pandu mengajak. Cowok itu pun melangkah pergi terlebih dahulu. Namun, langkahnya terhenti disaat Zea kembali berbicara.

“Pandu,” panggil Zea lirih. Ia melangkah mendekati Pandu.

“Iya?” sahutnya.

Dengan berat, Zea mencoba memberanikan diri berbicara. “Sesekali kamu harus melihat ke belakang, kasih kesempatan pada orang yang sangat menyukai kamu,” ujar Zea. Pandu tau maksud perkataan cewek di hadapannya. Yang dimaksud ialah pasti Selva.

Suasana menjadi hening, membuat Zea kembali bersuara. “Eh, ayo kita segera ke kelas, Pak Rama pasti nunggu,” ajak Zea mengalihkan topik pembicaraan. Kemudian Pandu mengangguk, membuat mereka beedua tak lama melanjutkan perjalanannya.

🍓

Pernak-pernik aksesoris terpampang di dinding tembok toko. Sepasang kekasih tengah memilih gelang untuk mereka beli.

“Mau pilih warna hitam atau biru?” tanya Zea memperlihatkan kedua gelangnya pada Jevan.

“Hitam aja,” putus Jevan memilih warna hitam.

“Aku juga suka yang hitam, fiks kita beli ini?” Pertanyaan Zea langsung mendapat anggukan kecil dari Jevan.

“Iya, Sayang.” Cowok itu menghentikan sejenak ucapannya. “Tunggu di sini, gue bayar dulu ke kasir,” lanjutnya. Zea hanya mengangguk sebagai jawaban.

Saat Jevan hendak pergi, tiba-tiba saja ia bertemu dengan Alexa dan Raditya, membuat cowok itu menghentikan pergerakannya. Jevan menatap tajam mereka berdua, sedangkan Zea mulai gelisah takut mereka berdua berantem.

Zea melangkah, berdiri di samping Jevan. Namun, belum sempat mereka berbicara, Alexa dan Raditya terlebih dahulu sudah pergi. Hal ini sontak membuat Jevan dan Zea kebingungan—tak biasanya mereka berdua seperti itu.

“Ayo, ikut gue ke kasir,” ajak Jevan takut terjadi apa-apa terhadap perempuannya.

🍓

Sejak sebulan yang lalu, setelah Pandu menyatakan perasaannya, kini cowok itu seperti menjaga jarak pada Zea. Pandu hanya berbicara seperlunya saja. Namun, Selva tetap suka mengganggu.

My Boyfriend Is A Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang