Winter Sadness ( II )

232 27 6
                                    

Jika mempunyai kesalahan typo dan bahasa, maafkan saya. Happy reading. Hope you guys enjoy this story ! Don't forget to comment, vote and share. Thank you.

Gumpalan-gumpalan kapas kecil berwarna putih semakin banyak jatuh dari dada langit yang berwarna gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gumpalan-gumpalan kapas kecil berwarna putih semakin banyak jatuh dari dada langit yang berwarna gelap. Salji yang kelihatan lembut dan berkilauan apabila diterpa lampu-lampu neon kelihatan sungguh mempesonakan. Kedinginan semakin mencengkam bersama angin yang menderu kencang.

Suasana hening diantara mereka. Hanya esak tangis sahaja yang menyelimuti mereka berdua. Lidah masing-masing kelu, tidak tahu mahu membicarakan apa. Sekepulan wap berwarna putih keluar dari bibir apabila bibir itu terbuka, hanya mahu menghirup nafas yang tersekat-sekat semasa menangis.

Jejaka tampan itu menutup mukanya menggunakan telapak tangan, menyembunyikan air mata yang mengalir deras di kedua pipinya. Nafasnya tersendat-sendat bersama dada yang berombak ganas. Bahu tegap tersebut terenjut-enjut, rapuh, menahan tangisan yang semakin berkembang. Manakala tangannya yang bebas, memegang lembut lengan si manis yang masih setia memeluknya, memberikan kehangatan di tengah-tengah gerimis salji.

Pemuda manis itu menggelengkan kepalanya, kuat. Tubuh tinggi itu semakin dipeluk dengan erat. Wajahnya memerah hangat kerana terlalu banyak menangis. Saliva ditelan beberapa kali tetapi kerongkong tetap merasa kering, kehausan. Suara tangisannya mulai serak. Bibir merah bak delima, mulai memucat dan kering, mengelupas akibat kedinginan yang terlalu mencengkam.

Angin menderu kencang menerpa ke arah pasangan tersebut. Helaian rambut hitam beralun lembut di udara dan melilit halus antara satu sama lain. Pakaian yang nipis tidak memberikan kesan kepada mereka.

" Hun... Don't leave me, hisk.. please.. I need you.. hisk " ucap Flavio dengan sayu. Nafas dilepaskan dengan lemah bersama dada yang terasa sesak.

Gillbert memegang tangan kecil itu lalu dia menolak perlahan tangan tersebut. Perlahan-lahan, dia berpaling, menghadap Flavio dengan tatapan redup dan dingin tetapi bersahabat.

" Ini untuk kebaikan kita, sayang.. Maafkan saya " bisik Gillbert, halus. Tangannya menaik, menyelitkan rambut hitam Flavio di belakang telinga supaya dia dapat melihat wajah manis itu dengan jelas untuk kali terakhir.

" Apakah tiada jalan lain ? " tanya Flavio, mendongak, menatap mata hitam langit malam yang redup itu, menyejukkan hatinya.

Senyuman nipis muncul di bibir kissable yang berwarna putih kebiruan. Bibir yang kering dan sedikit mengelupas itu melekat di kelopak mata basah pemuda manis yang membengkak kemerahan kerana terlalu banyak mengeluarkan air mata.

" Apakah awak mempunyai jalan lain untuk menyembuhkan kita berdua selain berpisah ? " Gillbert kembali bertanya sambil menjauhkan bibirnya dari kelopak mata tersebut. Dia dapat merasakan secebis rasa asin yang melekat di bibirnya tetapi dia hanya mengabaikan sahaja.

Flavio menunduk dengan dalam. Kedua tangan memintal-mintal hujung baju yang dipakainya saat itu. Bibir termuncung ke hadapan dan perlahan-perlahan, dia menggelengkan kepalanya.

LOVE , FETISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang