Small Fight, Rain And Hurt Yourself

299 30 9
                                    

Jika mempunyai kesalahan typo dan bahasa, maafkan saya. Happy reading. Hope you guys enjoy this story ! Don't forget to comment, vote and share. Thank you.

Flavio berdiri di balkoni kamarnya, melihat petir menyambar di langit sekaligus hujan dan angin dingin yang berhembus membuat tubuh nya sedikit kedinginan, tapi tidak masalah, dia tidak terlalu peduli dengan keadaan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flavio berdiri di balkoni kamarnya, melihat petir menyambar di langit sekaligus hujan dan angin dingin yang berhembus membuat tubuh nya sedikit kedinginan, tapi tidak masalah, dia tidak terlalu peduli dengan keadaan ini.

Semuanya gelap, langit gelap, petir terus saja menyambar, keadaan kamar nya pun gelita, tidak ada penerangan satu pun.

Entah kenapa dia benci dengan kegelapan tapi dia juga sangat menyukainya. Flavio takut petir tapi dia juga tidak ingin berpaling dari kilatan cahaya tersebut, aneh bukan ? Dia memang seperti itu, sejak kecil lagi.

Dalam keadaan seperti ini biasanya orang-orang akan meringkuk ketakutan di bawah selimut kerana suasana seperti ini sangat menakutkan. Tapi tidak dengan Flavio, dia suka suasana seperti ini, rasanya damai walau hanya diam saja tanpa ekpresi.

Palingan sesekali Flavio akan tersenyum tipis kerana fikirannya sendiri atau kerana melihat hal-hal menurutnya lucu, padahal tidak ada yang lucu sama sekali, ya, mana ada kejadian lucu saat badai begini, menyeramkan yang ada.

Tubuh kecil dengan balutan kemeja putih kebesaran itu hanya menikmati dinginnya malam ini. Sudah pukul 11 malam, tapi dia tidak peduli, lebih baik dia seperti ini sampai pagi hari daripada harus tidur dan bermimpi buruk, dia lebih nyaman seperti ini.

Baju kemeja tipis yang dia pakai bahkan sudah mulai basah, tapi dia masih belum peduli, gumpalan awan hitam di atas sana jauh lebih menarik menurutnya, bahkan disaat petir itu menyambar dan menghasilkan suara yang sangat menakutkan, dia hanya diam tak berpindah tempat, dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini sedari kehidupannya memburuk.

Suara pintu balkoni yang tadi memang dia buka sedikit, menjadi terbuka lebar dengan tergesa-gesa, dia masih belum peduli kerana dia tahu itu siapa, dia hanya diam, menikmati dinihari malam yang dipenuhi oleh badai petir.

" Awak gila atau sudah tak waras ?! Awak tidak tahu kalau sekarang sedang hujan badai dan petir ? Ayo masuk ! " marah Gillbert, berusaha menarik Flavio tapi Flavio hanya diam tidak berkutik.

" Apa peduli mu ? " singkat sekali Flavio bicara. Flavio masih menatap ke depan, bahkan sebahagian kemeja kebesaran yang dia pakai sudah basah kerana air hujan.

" Masuk saya bilang. Awak gila, ya ? Lihat lah pakaian awak, dan kenapa awak boleh terluka ? Ia berdarah ! Kenapa awak tidak membersihkannya ?! Apakah awak ingin mati kehabisan darah ha ?! Kalau ingin mati, melompat sahaja ! " geramnya membuat Flavio memandangnya dengan tatapan mata yang sulit untuk diartikan.

" Apa peduli mu ?! Dan kenapa kau malah ke sini ? Apakah kau ke sini untuk menyeksa aku ?! " ucap Flavio yang membuat Gillbert menjadi kesal.

" Berhenti lah bicara yang bukan-bukan, Flavio. Sekarang masuk ! Awak berbicara menyimpang, awak pasti sedang demam " Gillbert pun membuang pandangannya sembarangan arah, yang penting bukan kepada Flavio.

LOVE , FETISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang