Chapter 8.

366 43 4
                                    

''Kau baik baik saja?'' tentu tidak bodoh! Kemarin kakak mu menyakiti ku!
aku mengangguk pelan, aku tak banyak bicara sejak kejadian kemarin. Dad sempat membawa ku ke rumah sakit dan saat aku siuman ia bertanya mengapa aku berteriak sangat histeris, dan dengan konyol nya aku menjawab ''kecoa itu memasuki bra ku''
aku sempat ingin tertawa mendengar alasan yang kulontarkan, begitu pula Dad, ia menatap ku dengan tatapan serius? Ku kira kau cutting Diana, astaga bagaimana aku bisa memiliki anak sekonyol diri mu? Sepertinya kualitas sperma ku menurun saat itu sehingga menghasilkan embryo bodoh nan konyol seperti mu
yah walau akhirnya dengan sendirinya aku terhibur dengan tatapan itu dan juga alasan konyol ku. Sejenak aku melupakan tentang Gemma, apa ia selamat? Yang benar saja.. maksudku, itu hebat, um yah hebat. Bagaimana bisa ia menyelamatkan diri dari bom yang di pasang Zayn saat itu di rumah mereka?


'Ttapi Zayn, bagaimana jika keluarga Harry tahu?'' rengek ku tanpa henti, tangan ku terus memegangi botol kecil ini, Zayn diam tidak merespon. Ia terus mengemudikan mobil nya, hingga akhirnya ia sampai ke toko penyeludupan barang terlarang

''KAU GILA!?'' pekik ku saat Zayn memarkirkan mobil nya di belakang toko, Zayn masih diam dan menatap ku dingin, setelah melepas sabuk nya, Zayn mencium bibir ku kilat dan keluar, aku masih membeku, astaga aku merasa kotor sekarang

''Dengan ini aku membantu mu agar keluarga Styles tidak tahu'' apapun akan kulakukan untuk mengembalikan Harry kepelukan ku, termasuk yang satu ini ''maafkan aku Des, maafkan aku..'' gumam ku, lalu akhirnya aku memutuskan untuk turun dan mengekor di belakang Zayn

Kami di sambut dengan pria baruh baya, tubuh nya gemuk namun terlihat garang dengan tattoo ditubuh nya ''Zaynie!''

''Paul, aku butuh bomb'' tunggu dia bilang apa? Dengan cepat aku melempar tatapan 'kau bercanda hah?' pada Zayn, namun ia hanya tersenyum cabul ke arah ku, ingin rasanya aku memuntahkan semua isi perut ku melihat senyum nya itu ''bomb?'' Tanya pria bernama Paul ini, Zayn mengangguk kecil, lalu Paul tersenyum kecil dan berbalik mungkin akan mengambil bomb ''omong-omong siapa jalang ini?'' sialan! Terlalu fokus dengan senjata yang di pajang Paul di toko nya membuat ku tak sadar bahwa paul belum lah berbalik, ia justru menatap ku dengan tatapan kotor ''dia jalang ku'' tangan Zayn langsung membentang tepat di dada ku, ya aku sempat kaget, namun aku sudah biasa dengan ini..tapi aku bukan jalang

Paul terkekeh dan akhirnya berbalik, tangan Zayn masih setia di depan dada ku, ia menatap ku dengan tatapan tulus kali ini, tapi tetap saja seorang Zayn Malik tidak akan memiliki sifat tulus di dalam diri nya, tidak akan.
Paul kembali dengan bomb nya, bomb hijau ini berbentuk kotak, tak ada kabel merah ataupun hijau yang menghiasi nya, tidak seperti bomb yang sering kulihat, dan hanya ada saut tombol disana juga layar kecil, kurasa layar itu menunjukan detik nantinya ''untuk mengaktifkan nya, tekan saja tombol ini'' tunjuk Paul pada tombol hitam di tengah tengah badan kotak bomb ini ''lalu kau tekan remote ini untuk meledak kan nya, keren bukan? Jadi kau bisa meledakkan nya kapan saja tanpa harus menunggu atau meng-setting waktu nya'' jelas Paul sembari memberikan remote kecil pada Zayn, aku hanya diam, berdoa kepada tuhan agar setelah ini ia mengampuni dosa-dosa ku ''bagus juga, berapa?''

''23.500$'' rahang ku serasa jatuh kebawah, gila saja mahal sekali!!
Zayn mengeluarkan banyak uang dari dompet nya itu, ia membayar nya cash? Astaga tahu begini mungkin aku akan mencopet Zayn dari pada aku harus datang kerumah nya baik-baik dan berakhir seperti ini ''kau masih sama seperti dulu bung!'' papar Paul girang ketika menerima lembaran uang Zayn

''Omong-omong siapa target mu?''

''Keluarga Styles''

''Apa?! Kau gila? Des seorang polisi! Kau bisa bayangkan bagaimana jika polisi menemukan bukti bahwa kau lah yang membunuh nya?'' ada nada khawatir di setiap kata yang Paul lontarkan, fake.
ia khawatir kehilangan pelanggan mahal nya, aku yakin itu

''Hey kau lupa? aku akan ahli dalam memalsukan diri''

''Ah ya, bagaimana aku bisa lupa?'' lalu Paul terkekeh

Oh, jadi setiap kejahatan yang Zayn lakukan, ia selalu memalsukan diri nya? Seperti menuduh orang lain? Astaga jika aku adalah malaikat, entah berapa banyak buku yang kutulis untuk menulis setiap dosa nya, rasa-rasa nya seperti setiap deru nafas nya adalah dosa, dan jika aku adalah malaikat, aku mungkin akan bingung bagaimana memasukan bajingan ini ke neraka, neraka limbo saja tidaklah cukup untuk keparat besar seperti nya

Akhrinya Zayn dan aku meninggalkan Paul, dengan senyum yang mengembang Paul menghitung jumlah uang yang di berikan Zayn, ya sbeelum aku pergi aku sempat melihat nya, sudah kuduga ia hanya khawatir kehilangan uang Zayn jika Zayn di tangkap nanti


''Pho? Pho! Kok bengong sih?'' Tanya Harry, astaga kejadian kejadian kelam itu seakan akan enggan menghilang dari fikiran ku, sudah banyak cara yang ku lakukan untuk menghapus nya, namun tetap saja
''maaf Harry, ada apa?'' Tanya ku

''Kau tahu? Aku mengemudikan mobil ini selama 15 menit, aku terus berkeliling kota menentukan kemana kita pergi''

''Mengapa kau tak bertanya pada ku?''

''Bodoh, aku sudah melontarkan pertanyaan pada mu sebanyak 35 kali, Phoenix'' ujar nya sarkastik, sialan ini karena ingatan itu! ingatan itu sekan terus berputar di otak ku setiap kali aku merenung, mungkin aku harus mengurangi kegiatan merenung

''Kau bengong lagi''

''Oke—oke maafkan aku, kita pergi ke supermarket, persediaan pembalut ku habis''

''Aye-aye captain!''


***

Supermarket kali ini terlihat lebih padat dari sebelum nya, antrian di setiap kasir membuat ku ingin mencuri satu pack pembalut ini, sungguh membosankan
akhirnya aku memutuskan untuk berkeliling supermarket bersama Harry, itung-itung menunggu antrian

''Pho aku bosan'' protes Harry, aku hanya memutar bola mata menganggapi rengekan nya itu, akhirnya aku melihat ada café mini di dekat ''kita kesana''

Harry menyeruput kopi dingin nya, aneh memang ia malah memesan kopi dingin padahal suhu di sini juga cukup dingin ''Phoenix''
aku mendongkak untuk memberi jawaban ''hm?''

''Sebenarnya apa yang sering kau lamunkan?''

''Ketika aku..membunuh sebuah keluarga'' bagaimana bisa aku mengatakannya?!

''Keluarga? Wow.. siapa? Maksudku, keluarga siapa?'' S T Y L E S

''Kau tidak perlu tahu'' jawab ku ketus, Harry menghela nafas berat dan menatap ku tajam

''Tentu saja aku harus tahu, siapa tau jika aku kesal dengan seseorang aku bisa membantai keluarga nya juga'' deg.. terdengar kejam, sangat. Jika Harry tahu semua nya, apa ia akan membantai ku dan Dad? Hei, siapa yang tahu? Teman bisa saja menjadi musuh terbesar mu. Walau aku sendiri tidak yakin hubungan apa yang aku dan Harry jalankan, entah teman,sahabat,keluarga, mantan? Ergh..
tidak, aku tidak akan membiarkan Harry mengetahui nya, aku belum mau mati..

''Terdengar kejam, darimana kau belajar bahasa kejam seperti itu?''

''Bukan nya kau yang mengajari ku? Untuk menjadi kejam?'' sialan, aku lagi yang salah

''Ya Harry, tapi kau tau harus maksud kata kejam ku tadi itu apa'' Harry diam, mungkin ia mengerti sekarang.
selang beberapa detik kami memilih untuk diam, akhirnya ekor mata ku menangkap bahwa kassa 1 sudah kosong, dengan sigap aku menarik Harry untuk membuntuti ku ke kassa

''Tolong bawakan pembalut ku ya, aku harus mengambil susu. Kau, pergi ke sana dan bayar, aku akan menyusul'' perintah ku, lalu Harry mengangguk dan menuju kassa.

Udara dingin dari AC mulai menyusup masuk ke pori-pori ku, dengan cekatan aku mengambil sekotak susu putih berukuran 1L, kurasa ini cukup untuk persedian 2 minggu kedepan, mengingat aku juga tidak terlalu sering minum susu.
mata ku langsung menangkap seorang gadis berambut pirang namun sedikit kecoklatan dengan baju yang sedikit kotor, wajah nya juga sedikit hitam seperti di lumuri arang yang sudah di haluskan, siapa dia? Mengapa security memperbolehkan nya masuk? Tampang nya seperti gelandangan yang hendak mencuri—ugh well tidak seperti gelandangan juga, lebih seperti.. entahlah sulit di katakan juga
aku pun berniat mendekati nya dan menyeret nya ke security, namun mengapa tersentak nya aku ketika tahu siapa yang hendak aku seret ke hadapan security itu

Gemma?

Dengan cekatan aku mengambil langkah mundur, menjauh dan memalingkan muka. Berharap ia tidak melihat ku, sialan. Apa Gemma mati suri? Apa ia sudah menjadi zombie? Fikiran ku terus menampilkan banyak pertanyaan tentang Gemma yang tiba tiba muncul di London, ba—bagaimana bisa? Ia ke London dengan penampilan seperti itu?
aku masih bersembunyi, bodoh nya aku hanya membalikan tubuh ku kearah lemari pendingin berisi sayuran, dan Gemma tepat di belakang ku
ku rasakan keringat dingin mulai mengalir di kening ku, mungkin karena aku dekat dengan lemari pendingin jadi keringat ku menjadi dingin? Ah masa bodoh dengan itu
apa Gemma masih di belakang?

''Hei'' Oh tidak, tidak, tidak!

''A-apa kau tahu dimana aku bisa menemukan air?'' suara nya parau sekali, persis seperti orang yang tidak minum selama 1 bulan

''Ti—tidak Ge—aku tidak tahu!'' sialan, kenapa aku jadi gelagapan seperti ini? Semoga ia tidak curiga ya tuhan

''Kau berbohong'' saat itu juga rasanya tubuh ku kehilangan tulang nya, langkah Gemma mulai mendekat, semakin dekat

''Ini dia air nya'' Gemma—tepat—disamping—ku
sudah tersusun rapih di otak ku rencana yang akan kulakukan setelah ini, lari

''Si—'' belum sempat Gemma melihat mu—mungkin­­­­—atau menyelesaikan perkataan nya, aku pun berlari, mungkin beberapa orang akan mengira ku gila, namun Gemma tidak boleh mengetahui bahwa aku—Diana­—ada di London, bersama adik satu-satunya yang sudah aku hilangkan ingatan nya.
aku sempat mendengar suara nya memanggil ku dengan sebutan ''hei!!'' ''terimakasih!'' ''hei kenapa kamu lari?!'' ''siapa nama mu?!'' astaga ia kepo sekali. Tunggu, dia bilang terimakasih? Terimakasih Karena sudah membunuh keluarga nya? Baiklah. Sama-sama.

Akhirnya aku tiba di kassa 1, tampak Harry membawa keresek medium yang kuyakini isi nya adalah pembalut ku, ia sedang melihat-lihat kacamata, oh ya ia kan fanatic kacamata.
dengan cepat aku menarik Harry untuk keluar, takut Gemma mengejar ku, seperti nya tidak—semoga tidak

''H-hei Phoenix kenapa?'' Tanya Harry di tengah-tengah aktivitas penyeretan Harry keluar, aku enggan menjawab nya, jantung ku masih belum normal saat ini

Aku bertemu Gemma di London
Gemma masih hidup
Gemma ada di satu tempat di mana ada adik nya disana

Sungguh itu sangat sangat menggangu fikiran ku saat ini, aku tidak bisa berfikir jernih. Berkali-kali Harry mencubit lengan ku, dan melontarkan rengekan untuk berhenti menyeret nya seperti anjing, namun aku tidak merasakan sakit nya di cubit dengan si gimbal ini, dan aku juga tidak bisa mendengar rengekan nya, satu yang terus memenuhi fikiran ku, cepat atau lambat semua itu akan terjadi
tidak,tidak. aku akan melindungi Harry bagaimana pun juga, gila saja aku sudah melakukan segala nya untuk nya dan sekarang aku membiarkan Gemma untuk bertemu Harry dan mengajak nya ke kembali ke Texas dan menceritakan semua kebobrokan ku, lalu Harry membeci ku selama nya dan ia berencana membantai aku dan Dad, sama seperti aku membantai keluarga nya dengan Zayn kala itu, tidak.. tidak!

Ya aku mencintai Niall, namun entah aku tidak bisa melepaskan Harry
ya aku membenci nya karena dulu tidak mau mengangkat atau pun membalas pesan ku untuk menyelamatkan ku dari Zayn
ya aku membenci nya karena ia tidak memberi ku kesempatan untuk menjelaskan semua nya, jangan kan menjelaskan untuk memberi kesempatan menjadi kekasih yang baik saja ia tidak memberi itu pada ku
aku tahu wanita seperti ku memang layak di benci, namun layak nya seorang pelacur kelas tinggi, jika ia hendak bertobat, tuhan akan menerima tobat nya. Mengapa juga makhluk ciptaan-Nya tidak memaafkan? Toh ia juga sama sama bajingan nya.

''PHOENIX!'' sentak Harry yang menyadarkan ku, ternyata aku sudah di mobil, sungguh..aku benar benar tidak sadar bahwa aku sudah di mobil, kapan aku sampai disini? Sedari tadi pengelihatan ku hanya menampilkan ruangan seperti kamar yang berdebu, dan aku sedang berbicara sendiri, jika Harry tidak menyadarkan ku mungkin aku akan terus terjebak pada-Nya

''Harry, maafkan aku'' Harry menatap ku keras, lalu ia menatap tangan nya yang memerah, oh astaga...

''Harr...ka—''

''kau ini kenapa?!''

''Harry!''

sebut saja aku si cengeng

''Pho.. argh sulit sekali sih menyebut nama mu? Baiklah, mulai sekarang aku akan memanggil mu Anna'' apa? Aku melirik ke arah nya, menatap nya lekat lekat

''Anna, aku tidak bermaksud menyetak mu tadi..tapi..tapi kau harus tau kau menyakiti lengan ku!'' si bodoh Harry ini benar benar membuat ku gemas, katanya ia tidak bermaksud menyentak, tapi ternyata ia menyentak juga

aku masih diam, enggan melihat nya,membahas nya,ataupun apa lah itu. aku terus fokus pada mata ku yang tak kunjung mengering, sialan mascara ku pasti luntur

''Anne, maafkan aku...lihat aku'' anne?
Harry membawa tangannya ke dagu ku dan menarik nya lembut agar aku bisa menatap nya, baiklah kali ini aku memandangi warna hijau yang begitu aku sukai dari sekian jenis warna hijau di dunia ini, bibir nya menekan garis keras hampir saja aku hilang control melihat nya

''it's Anne, Harry'' gumam ku, Harry terkekeh menampilkan dimples di pipi nya. Ya tuhan, gadis mana yang mau kehilangan malaikat seperti ini? Percaya pada ku, menatap nya saja hati mu akan meleleh seperti keju quick melt kraft. Menatapnya semakin membuat ku berfikir keras bagaimana caranya melindungi dia dari orang orang yang hendak memisahkan ku dengan nya


A/N:

Double update:3 

vomments?:'3

Bad Diana [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang