Chapter 18.

139 23 3
                                    

Niall pergi begitu saja, dan bodoh nya lagi, aku sendiri tidak bisa menahan nya dengan pertanyaan ku yang lain nya ketika ia mengatakan kekasih.

Kali ini, aku kembali sendiri di dalam ruangan yang membosankan, tidak ada Harry ataupun Niall. Melipat kedua tangan ku di dada, aku terus merutuki Melissa, di dalam otakku saat ini hanyalah bagaimana cara nya agar Niall kembali menghabiskan waktu nya dengan ku walau hanya beberapa saat, jika Melissa kembali itu artinya aku kembali pada saat-saat dimana harus memata-matai mereka—ralat, Niall yang sedang di peras oleh jalang tersebut, sialan karena aku tak kunjung sembuh dari luka-luka ini, fuck

''Diana?'' dad?

''Da-dad?'' aku terkejut melihat kehadiran dad yang tiba-tiba saja muncul, beberapa hari sebelumnya aku belum melihat nya di sekitaran, bahkan saat aku sadar yang aku lihat adalah Harry bukan dad

''Diana, kau sudah sadar?''

''As you see'' jawab ku ketus, jujur saja sampai sekarang aku masih merasa jengkel dengan nya, hampir saja semuanya terbongkar. Ya aku tidak bisa menyalahkan nya juga sih karena selama ini aku merahasiakan semua juga dari nya, mungkin saat ini aku hanya bisa bercerita tentang kebohongan pada nya jika ia meminta ku menjelaskan nya

''Kau sudah membaik?''

''Ya, sudah. Dimana Harry? Apa kau melihat nya?''

''Aku melihat nya sedang merokok di luar'' merokok?

Aku terdiam sejenak, membayangkan Harry menghisap batang kecil itu dan menghebuskan asap-asap ke udara dengan bulatan yang sempurna, shit aku tidak bisa membayangkan bagaimana bibir nya akan terasa lebih manis setelah merokok

''Well..'' aku membenarkan posisi duduk ku, kali ini lebih tegap lalu menatap dad intens ''Kemana saja kau?''

''Harry melarang ku untuk bertemu dengan mu, ia melarangku—benar benar melarang ku. Jadi ia hanya memberi ku informasi seputar diri mu, dan baru hari ini lah ia mengizinkan ku untuk bertemu dengan mu'' Oh..

''Diana,'' sambung nya tak lama ia menghentikan cerita nya, ''Hm?''

''Phoenix? A—apa maksudnya?''

''Dad.. a—aku, aku hanya memalsukan nama asli ku dari beberapa teman ku'' dusta ku, andai dosa itu berbau, mungkin aku sudah sangat bau sekarang ''A—aku rasa Diana itu nama yang terlalu..terlalu kuno'' dad mengangguk singkat, seperti yang firasat ku katakan, ia bahkan tidak peduli sama sekali, meminta maaf saja tidak. namun entah mengapa aku begitu menyaangi nya walau hubungan kita sudah tidaklah akur lagi.

''Got it, maafkan aku karena membuat mu malu di depan Harry'' well.. ia meminta maaf juga

''Ku harap kau cepat sembuh, Pho''

''Terimakasih dad, aku menyayangi mu''

***

''Kurasa, ini waktu yang tepat untuk Ny. Daraque untuk pulang'' papar pria berjas putih yang kalau tidak salah nama nya adalah Jones

''Terimakasih Dr. Jones, telah membantu putri ku'' ujar dad setelah nya, Harry sibuk membereskan beberapa baju ku yang aku sendiri tidak ingat kapan aku memakai nya. lalu dad dan Mr. Jones sedikit berbincang-bincang sebelum akhirnya berpamitan untuk keluar

''Dimana si Horan itu?'' sembur Harry tiba-tiba, shit mendengar nama nya membuat ku mengingat saat-saat Niall menemaniku dan saat ia meninggalkan ku demi menjemput si Melissa itu, mungkin jika saat itu Melissa tidak menelfon mungkin ia masih disini, menjenguk ku dan membantu ku membereskan barang

''Ia sedang sibuk''

''Sibuk? Sibuk dengan kekasih nya?''

''Tutup mulut mu Harry!'' Harry tertawa puas mendengar nya, biar kutebak, ku rasa ia sudah tau apa yang terjadi dengan ku, ah masa bodo bagaimana pun aku tidak akan menyerah

''Seharusnya kau sadar ia hanya mempermainkan mu''

''No, He's not''


***

­Another Side..

Gadis berambut panjang itu tampak gusar berjalan menyusuri jalan setapak, oh ia tak ingin hari pertama nya bekerja telat, itu akan sangat memalukan. Pikir nya.

''Morning..'' greet nya membuat pria berjanggut putih lebat itu menoleh dan membalas greet Gemma

''Gems..'' Pria bernama Jackie itu bangkit dari kursi putar nya dan menghampiri Gemma dengan senyuman ''Just like your Dad, Des'' Gemma tersenyum miris, mata nya mendadak panas mendengar nama itu, Des dan Styles. Lambat laun mata Gemma pun meleleh bak lilin yang leleh di makan api, air mata nya tak tertahan kan mengingat keluarga nya yang hancur karena terrorist. Sampai saat ini, Gemma masih sama, dengan satu tujuan. Membalaskan dendam nya dan mencari siapa pelaku nya. itulah tujuan nya datang ke London, bergabung dengan FBI dan mencari pelaku itu sampai dapat, ke ujung dunia sekali pun

''Apa aku telat?'' Tanya nya di sela isakan kecil nya, Jackie tersenyum panjang dan menepuk bahu gadis itu ''Tidak, kau lebih pagi 10 menit. Just like Des'' Gemma terkekeh kecil. Lalu Jackie menggiring nya ke meja, Gemma duduk dengan anggun nya dan membuka syal yang sedari tadi ia gunakan untuk menghangatkan leher nya dari cuaca yang kuran bersahabat di London

''Ini seragam mu, kau bisa bekerja dari sekarang. Anthony akan membantu mu berpatroli di sektitaran sel'' terang Jackie, Gemma mengangguk dan mengambil satu set seragam polisi berwarna biru dongker itu, jika bukan karena ayahnya dulu seorang polisi, mungkin Gemma tidak akan bekerja disini dengan mudah, dan jika saja Jackie bukan lah rekan dekat ayahnya, mungkin saat ini Gemma hanya menangisi keluarga nya yang sudah tidak tersisa di dalam kamar lalu ia menjadi gila dan tewas mengenaskan di pojok kamar, mengerikan

Beberapa menit sudah Gemma berganti pakaian, saat ini ia dan Anthony—Rekan baru nya—akan berkeliling sel, tujuan nya adalah agar Gemma tahu jalan menuju sel juga beberapa titik rahasia yang sangat di jaga oleh beberapa polisi, karena titik tersebut selalu di gunakan oleh para tahanan untuk kabur, itulah tujuan Anthony. Namun beda hal nya dengan Gemma, tujuannya adalah mencari wajah Zayn yang ia yakini lelaki bejad itulah yang menge-bom rumah nya. Hati Gemma mulai berdebar melihat wajah tahanan yang terlihat cukup atau mungkin sangat garang, tatapan mereka seperti meremehkan ''Penjaga kita yang baru adalah seorang wanita, mudah saja bagi kita bung!''

''Oh ya, aku lupa memberi tahu mu. Besok  akan ada hukuman mati untuk salah satu tahanan, dan tebak apa berita bagus nya...'' Kata Anthony memecah keheningan, Gemma menoleh dengan kilat, ekspresi nya mengeskpresikan pertanyaan apa? ''Kau yang akan menembak tahanan itu!'' cih? Berita bagus macam apa itu? pikir Gemma, ia tidak paham mengapa saat ini Anthony begitu antusias menyampaikan berita itu, menurut Gemma itu adalah hal yang cukup keji, lalu dimana berita bagus nya?

Rupanya ekspresi bingung Gemma dapat terbaca oleh Anthony, Anthony menepuk jidat nya tanda ia lupa akan sesuatu ''Setiap polisi akan di berikan kehormatan untuk melakukan penembakan saat hukuman mati, menurut warga setempat penembakan mati pada salah satu tahanan adalah hal yang dapat memuaskan mereka. Dan, tidak semua polisi dapat kesempatan ini, hanya yang terbaik juga lulus dalam tes penembakan jarak jauh'' Gemma melongo, setau nya, ini adalah kali pertama nya ia menginjakan kaki ke dalam kantor polisi sampai ke bagian sel, juga ini adalah kali pertamanya Gemma mendengar teori seperti itu, Gemma belum pernah melakukan tes penembakan jarak jauh, juga ini adalah hari pertamanya menjadi polisi, bagaimana bisa?

''Ini karena ayah mu'' Bisik Anthony cepat lalu berlalu melanjutkan perjalanannnya yang sempat terhenti

Akhirnya Gemma kembali mengekor di belakang Anthony

''Dan inilah, tahanan yang akan kau tembak!'' Seru Anthony antusias

''jika aku menjadi sang tahanan dan mendengar suara Anthony mungkin aku akan---ZAYN!?'' Rasanya rahangnya jatuh ke lantai saat itu juga, kata-kata dalam hati nya terhenti begitu saja melihat seseorang di balik sel, Zayn. Rambut putih, juga tattoo yang sama.

''ZAYN!?''

''Gem—mma?''

***

-Phoenix's POV-

''HAERRRY'' Aku berteriak menyeruakkan nama pria berambut curly itu, langkah kaki Harry mulai terdengar, terdengar tergesa-gesa menaiki tangga ''I'M COMMMMMIN!'' dan..

BRAK

''
Harry pelan-pelan! Nanti sup ku tumpah!''

''Aye-Aye!''

Dad akhirnya memutuskan untuk pindah, kami pindah ke daerah perumahan kali ini. Dad bilang, ia ingin memulai hidup baru, dan aku hanya mengiyakan saja karena sebenarnya hidup ku belum akan berubah

''Ini dia, sup ayam pesanan mu'' Harry duduk di tepian kasur dengan sup yang simpan di pangkuan nya
bau ayam dari sup ini hampir membuat ku meneteskan air liur ku sendiri, fuck aku begitu lapar

''Mau aku suapi?''

''No'' aku langsung menyambar sup yang ada dipangkuan Harry dan menyantap nya lahap, sial ini enak sekali.

''Omong-omong Pho, kau harus lihat ini'' Harry mengambil ponsel yang simpan di dalam saku celana nya, lalu mengarahkan layar ponsel nya ke arah ku


Fuck

Aku tersedak membaca artikel yang ditunjukan oleh Harry, ''Niall dan Melissa kini berlibur ke Texas?''
Harry mengangguk sebagai jawaban, sial
Harry diam, menonton ekspresi bingung ku. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Niall dan Melissa tidak di London, lalu bagaimana caranya agar aku bisa memata-matai mereka?

''Harry''

''Ya?''

''Kemas barang mu, kita ke Texas''



A/N: DOUBLE UPDATE YEAY! 



Bad Diana [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang