-Phoenix's POV-
Sangat menyebalkan! Terkadang aku tak habis fikir dengan cara kerja otak Harry, sebenar nya apa yang ia inginkan? Oke, aku akui memang sangat sulit bagi ku menerima keadaan dimana aku harus berhadapan dengan Harry yang sedang marah pada ku, dan yang semakin membuat ku sulit menerima keadaan di tambah jengkel adalah, Harry marah pada ku tanpa alasan yang pasti.
Tanpa nya, bagaiamana aku bisa melancarkan semua rencana ku? Sejauh ini, Harry lah yang mengantar ku ke tempat-tempat tertentu dan membantu ku dalam beberapa hal yang dibutuhkan untuk membunuh seseorang, bayangkan jika ia pergi begitu saja? Siapa yang akan membantu ku? Memang, akulah yang meng-upgrade Harry menjadi seperti ini, tapi aku meng-upgrade tingkat ke bajingan nya itu hanya sampai level 5, next level? Teman baru Harry lah yang membuat nya semakin parah. Well aku tidak keberatan akan itu, karena teman-teman baru nya membantu nya dalam hal bela diri—terkadang dan kadang teman baru nya itu mengajarkan beberapa trik menembak dan membunuh cepat, itulah sebab mengapa aku membiarkan nya.
Aku merasa aman di dekat Harry, sama nyaman nya seperti 1 tahun lalu..
Merasa jengkel, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke luar dan mencari udara segar, pilihan pakaian untuk malam ini hanyalah kaos putih, legging tipis, juga jaket merah kotak kotak pemberian Harry
dengan wajah yang di tekuk, aku melewati Dad yang masih setia dengan acara berita tv nya itu
''Kau mau kemana?'' Tanya nya
''Membeli minuman, kau mau menitip?''
''Ya, kopi dingin seperti biasa'' Aku mengangguk singkat sebelum akhirnya membuka pintu dan mengambil penny-board ku lalu pergi.
Ternyata berjalan memakai penny-board cukup melelahkan, akhirnya aku berjalan agak lambat dari sebelum nya, untung saja supermarket 24 jam sudah di depan mata
Supermarket terlihat sepi, hanya ada 3 orang di dalam nya, akhirnya aku masuk setelah menyimpan penny-board ku ke sembarang tempat, dingin nya AC kembali menyambut pori pori kaki ku yang hanya di baluti legging tipis, tanpa membalas senyuman cabul sang penjaga kasir, aku pun langsung bergegas pergi tempat minuman dingin, ah aku jadi ingat saat aku menyuruh Harry membawa pembalut ku saat itu, aku masih berfikir, apa yang penjaga kasir katakan saat Harry mengeluarkan pembalut ku, gadis dalam batin ku mengacungkan papan bertuliskan 'LOL' sambil tertawa terbahak bahak membayangkan ekspresi Harry saat di lontarkan pertanyaan-pertanyaan oleh beberapa orang yang melihat nya, aku terkekeh sendiri mengingat nya.
''Hey...'' Aku pun menoleh ke sumber suara, disamping ku. Dan betapa kaget nya aku ketika tahu siapa yang baru saja menyapa ku
''Hey, Niall.'' Aku hanya tersenyum hambar ke arah nya, ugh entahlah rasanya unmood sekali untuk melihat Niall, aku hanya merasa Niall lah yang membuat Harry marah pada ku tapi.. tidak, aku sendiri tidak tahu apa alasannya, ayolah Diana, lupakan masalah mu sekarang lihat pabrik senyuman mu sudah ada di depan mata, tersenyum lah!
''Kita bertemu lagi'' Sial, jangan terbawa suasana Diana! Jangan!
Sekali lagi aku tersenyum tipis ke arah pria berambut blonde ini, melihat reaksi ku ia hanya tertawa renyah, akhirnya aku pun kembali pada aktivitas ku, memilih minuman segar.
''Omong-omong, dimana teman mu?''
''Dia ada di rumah nya, mungkin?'' Niall hanya membulatkan mulut nya menjadi 'O'
Entah setan apa yang merasuki ku, aku pun pergi meninggalkan Niall, gadis dalam batin ku menatap ku tajam dan mengacungkan papan bertuliskan 'WHAT THE HELL ARE YA' DOIN?!'
ya, aku bisa merasakan bahwa hati kecil ku menyuruh ku untuk berbalik dan menghabiskan waktu bersama Niall namun entahlah tubuh ku tidak bisa berbalik lagi
Setelah membayar, aku pun melesat keluar dan duduk di bangku depan supermarket ini, tadinya aku mau membeli sebungkus rokok, namun sial nya ada Niall disana.
''Hey'' dia lagi
Entah mengapa aku malas menanggapi nya sekarang, padahal dulu kesempatan seperti ini selalu aku tunggu-tunggu tapi mengapa sekarang aku mengacuhkan nya? gadis dalam batin ku hanya menghela nafas panjang dan kembali ke tempat tidur nya. Aku kembali meneguk minuman soda ini, omong-omong soal soda, aku jadi ingat saat aku dan Harry minum soda setelah aku memata-matai Niall dan Melissa, oh how I miss that curly boy
''Mana teman mu?'' Tanya nya
''Dia, entahlah..''
''Ada apa? Kau bisa bercerita pada ku jika kau mau, kau tahu itu?'' tidak. Astaga, benarkah? Aku melirik Niall sekilas, ia hanya menatap jalanan yang mulai di sinari oleh beberapa lampu jalanan tanpa menyadari bahwa aku sedang melirik nya sekarang, hidung merah nya adalah salah satu favorit ku setelah mata hijau Harry.
''Tidak, aku tidak tahu itu'' jawab ku datar, padahal tadi aku hampir luluh akan nya
Niall terkekeh singkat, deretan gigi putih nya mulai terlihat oleh ekor mata ku
''Ya ya, aku tahu you don't talk to strangers'' Harry.. kembali membuang muka, aku hanya menghiraukan perkataan nya yang sedikit mengingatkan ku pada Harry, kini hanya hening yang membentang di antara kami. Aku merasa bahwa kali ini bukan Niall lah yang menarik di pandangan ku sekarang, melainkan seseorang berambut curly yang sedang berjalan dengan langkah gontai sambil menendang kaleng soda bekas di seberang jalan, tanpa menunggu Niall menyadari lelaki itu dan mengakatan 'Itu teman mu kan?' aku langsung berteriak menyeruakkan nama nya ''HARRY!''
Harry menoleh ke sumber suara yang ku buat, dari jauh saja aku bisa melihat ia menatap ku ke arah ku keras, Niall tersentak dengan suara ku langsung memfokuskan mata nya pada seseorang di seberang jalan. Tanpa tunggu lama lagi, aku segera bangkit dan berlari ke arah Harry
''Harry!'' Plak
Tamparan mulus mendarat di pipi pencetak dimples nya itu,Harry hanya memegangi pipi nya kesakitan dan meringis, lalu memberikan tatapan ''KAU INI KENAPA?!''
Niall hanya diam mematung memandangi aku dan Harry yang sedang saling tatap keras ini
''He—hey guys!'' Niall menyela jarak di antara kami
''Lebih baik, besok kita bermain golf saja, bagaimana?''
''Serius Niall? Kau mengajak badebah ini bermain golf? Jangan, jika kau tidak mau malu'' aku sengaja memancing emosi Harry dengan berkata kasar seperti tadi, tujuan nya agar Harry meluap kan semua amarah nya sampai habis
''Hey Phoenix, jangan remehkan aku''
''Aha? Memang kau bisa? Setau ku permainan mu hanya lah jalanng-jalang di pinggir jalan itu!'' Harry hampir menampar ku karena geram, Niall langsung menahan tangan Harry. ''LEPASKAN AKU!'' Harry menepis tangan Niall dengan kasar, Niall pun sadar akan tindakan salah nya langsung mengangkat kedua tangan nya seperti pejahat tertangkap ''Oke, aku hanya tidak ingin kau kasar pada wanita''
''Bukan urusan mu! Dan kau, Phoenix. Aku akan terima tawaran Niall dan akan membuktikan pada mu bahwa permainan sampah ini tidak lah ada apa-apa nya bagi ku. Catat itu di memo ponsel mu'' dengan itu Harry memutar tumit nya dan pergi meninggalkan aku dan Niall yang kini terbaluti oleh keheningan malam.
Sial semua ini semakin rumit, aku makin tidak mengerti ada apa dengan Harry dan masalah apa yang ia sembunyikan dari ku.
''Ka—kau, aku bisa menjemput mu besok jika kau dan Harry masih tidak baik seperti ini''
''Ya, tentu saja. Terimakasih''
Yang terpenting adalah, aku ingin segera menghabisi amarah Harry. Dan membuat nya kembali normalHAI MAAF LAMA BANGET UPDATE, SEMPET MOGOK IDE WKWK
maafkan beberapa hari ini mungkin bakal terus late update soalnya lagi sibuk wkwk :'
q harap qalian masih mau ngevote ya:'3
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Diana [H.S]
FanfictionHe said 'Let's get out of this town' i said 'I know places we can hide.' - Copyright 2015 © by hoodjan All Right Reserved