Chapter 16.

227 28 9
                                    

A/N: finally! xoxo

sorry madly deeply  for late update. 

udah lama ga nulis lagi, jadi kalo aga beda atau gimana maafkan. :) x




-Harry's POV-


''Phoenix, jika kau tidak menghabiskan makan mu bagaimana kau mau sembuh?'' omel ku saat Phoenix terus mengunci mulut nya rapat-rapat

''Tidak! kau berjanji pada ku akan membawa Niall kesini'' Gadis keras kepala!

''Ya! Aku memang berjanji, tapi tidak kah kau dengar tadi? Ia sibuk!''

''Aku tidak mau tahu'' sial.

''Pho, kau tahu jika kau terus begini bagaimana kau mau sembuh hah? Kau bilang kau mau segera keluar dari tempat terkutuk ini dan menonton Niall bermain golf?'' suara ku melemah, Phoenix masih dalam posisi melipat kedua tangan nya di dada tanpa melihat ke arah ku sama sekali ''Jika kau tidak makan, bagaimana kau mau sembuh?'' Phoenix mendesah panjang sebelum akhirnya menoleh ke arah ku memberi tatapan 'Baiklah bajingan'

''Oke! Mana makanan itu? berjanjilah setelah ini kau akan mengajak Niall kesini, aku ingin ia menjenguk ku'' senyum ku memudar mendengar permintaan Phoenix

''Akan ku usahakan''


***

Jam menunjukan pukul 5 sore, Phoenix masih bertahan dengan posisi nya—mulut penuh dengan sereal sebenarnya dokter menyarankan Phoenix untuk memakan sesuatu yang lebih lembek atau berair namun apa daya wanita ini begitu keras kepala.

Kembali menyandarkan leher di tangan sofa, aku mendengus kesal melihat pesan singkat yang mulai muncul di layar ponsel ku, aku berharap hari ini adalah Phoerry day's.

from: Fuckin blonde ew.

Aku diluar, tolong buka pintu nya Harry


Dengan malas aku pun bangkit

''Mau kemana?'' Tanya Phoenix ketika aku melewati nya ''Membukakan pintu untuk putri kodok'' Phoenix memutar bola mata nya sebelum akhirnya ia sedikit tersenyum. Neill datang dengan setelan kuno nya, yakni kaos putih juga celana jeans ketat, senyum nya mengembang melihat Phoenix yang sedang terduduk di kasur nya cih, apa pria ini senang dengan keadaan Phoenix sekarang?

''Hei!'' sapa Phoenix antusias, yang di sapa pun dengan sigap membalas nya dengan senyuman yang menurut kedua nya indah ''Hei! Bagaimana keadaan mu Pho?''

''Aku baik, jauh lebih baik dari sebelum nya''

''Oh bagus,'' Niall pun duduk di sebelah Phoenix, aku hanya melipat kedua tangan ku sambil menonton kedua insan yang sedang di mabuk asmara seperti ini, well ku rasa hanya Phoenix.

''Harry, maaf aku hampir lupa ada kau'' sialan ''Bagaimana keadaan mu?''

''Jauh lebih buruk setelah ada kau disini''

''Harry'' suara itu menjinakan setan yang ada dalam diri ku dalam seketika, aku memutar bola mata ku lalu mendengus kesal, akhirnya aku lebih memilih keluar mencari udara segar karena aura di dalam ruangan ini semakin panas.

Dengan langkah gusar, aku pun keluar tanpa menjawab pertanyaan Phoenix walau sebenarnya aku ingin sekali menjawab nya.

Langkah k uterus berlanjut hingga membawa ku keluar dari rumah sakit ini, udara malam mulai menusuk setiap pori-pori kulit ku, padahal ini masih jam 5 sore namun keadaan langit yang gelap ini sangat mendukung untuk ku sebut malam hari.

Aku terus melangkahkan kaki ku hingga tanpa sadar aku berhenti tepat di sebuah rumah kecil, entah apa yang membuat ku berjalan sejauh ini dan tiba disini, rasanya ada yang mengotrol diri ku namun aku tidak mengelak ataupun mengambil alih diriku. Rasa penasaran kembali menggelayuti ku ketika aku mendengar suara tangisan di dalam nya, suara itu kembali menjadi di tambah dengan jeritan-jeritan yang menurut ku cukup mengerikan.

Batin ku terus menampilkan banyak pertanyaan di dalam nya, jika aku masuk dan menolong seseorang di dalam sana dan polisi melihat ku, aku pasti akan di sangka tersangka. Tapi jika aku tidak masuk, sama saja aku menjadi tersangka secara pribadi karena tidak menolong seseorang di dalam sana yang terdengar seperti meminta tolong. Hingga akhirnya tanpa fikir panjang aku langsung mendobrak pintu ketika suara itu menyeruakkan kata tolong.

Rasa ngeri sudah membaluti ku sekarang, mulut ku tak bisa berhenti menganga melihat seorang gadis seumuran Phoenix yang sedang memegangi perut nya, sial darah segar mengalir dari pangkalan paha nya!

''Tolong aku! Kau! Kumohon! Argh!'' Aku pun berlari kearah gadis itu dan dengan segera aku membopong badan nya, cukup berat namun aku bisa mengangkat nya.

Gadis it uterus meronta kesakitan sedangkan darah di kaki nya terus mengalir sampai-sampai membasahi tangan ku, hangat mungkin itu yang kurasakan setiap darah nya menembus kain baju ku dan bersentuhan langsung dengan kulit ku. Gadis yang tidak ku ketahui nama nya ini mencakar pundak ku yang ia gunakan sebagai pegangan, keringat mulai membasahi seluruh wajah nya sampai leher, mata nya terpejam menahan kesakitan, teriakan nya terus memekik telinga ku namun aku tidak bisa membentak nya atau menyuruh nya untuk diam, rasa nya sangatlah salah jika aku harus menyuruh nya diam

''SIAPA NAMA MU?!'' Tanya ku gusar di tengah larian kecil ku

''Ch—CHLOE!'' katanya, sebelum akhirnya ia kembali berteriak. Tangan ku rasanya begitu basah, sangat basah. Aku pun berlari lebih cepat agar cepat sampai, untung saja jarak dari rumah kecil itu dan rumah sakit tidak terlalu jauh.

Ketika sampai, aku langsung berteriak memanggil dokter juga suster di sekitar untuk membawa nya ke ruang bersalin. Dokter juga beberapa suster lain nya pun berbondong-bondong datang menghampiri ku, aku pun langsung menaruh tubuh basah Chloe di kasur biru ini, ia masih saja menjerit kesakitan. Entah apa yang terjadi, namun aku merasakan panic yang begitu luar biasa ketika bayangan Chloe menghilang dari pandangan ku, darah merah nya terutama. Baju ku merah ku berubah warna menjadi hitam karena banyak nya darah yang bercampur di kain ku. Darah. Cairan merah itu bisa membuat ku bergidik ngeri seketika, satu hal yang tak bisa kubayangkan adalah, bagaimana jika itu terjadi pada kakak ku sendiri?

***

''Mr?'' Dokter berjubah hijau itu pun muncul tiba-tiba dan itu cukup mengangetkan ku, aku pun bangkit dari duduk ku

''Harry—Harry Styles''

''Siapa nama gadis itu?''

''Chloe, Chloe. Aku tidak tahu siapa nama panjang nya''

''Baiklah, dimana ia tinggal?''

''Di rumah kecil, tepat nya di sebelah rumah sakit ini''

''Bisa kau hubungi keluarga nya?''

''Tidak, aku menemukan nya terbaring lemah di lantai rumah nya. kurasa ia di buang oleh orang tidak bertanggung jawab'' Dokter di hadapan ku cukup tercengang dengan penjelasan singkat ku, ia membeku dalam beberapa saat sebelum akhirnya memulai pertanyaan selanjut nya

''Ka—kau baik sekali, jika saja kau tidak menolong nya dengan segera dan membawa nya kesini, kupastikan ia sudah meninggal'' Kini giliran ku yang tercengang dengan penjelasan dari dokter di hadapan ku, speechless. Entah apakah aku harus menangis haru karena tindakan heroic ku atau aku harus diam dan berkata ''Ya, gadis itu harus membayar ku karena jasa ku''. Oh tidak, aku tidak akan seperti itu, ya ku akui aku memang bajingan namun aku masih memiliki kelembutan di dalam nya. tidak, aku harus menemui gadis itu dan menghubungi keluarga nya untuk menjemput nya

''Bolehkah aku masuk?''

''Ya, tentu. Namun jangan terlalu lama''

''Oke,''

Aku pun membuka pintu putih ini, nampak lah Chloe dengan wajah pucat nya. rambut pirang nya terlihat begitu berminyak, persis seperti orang yang tidak terawat. Aku pun melangkah kan kaki ku, mendekat ke arah secara perlahan, aku takut membangunkannya dari tidur nya.

''Terimakasih'' Aku pun terhenti karena kaget, tiba-tiba saja Chloe berterimakasih saat aku hendak menarik kursi di sebelah tempat tidur nya, persis seperti seorang pencuri yang tertangkap basah

''Apa?''

''Terimakasih, Harry''

Aku pun duduk di sebelah Chloe, ia masih terpejam. Keringat masih setia mengalir di dahi nya

''Ya, sama-sama. Bagaimana keadaan mu?''

''Aku jauh lebih baik setelah kau menolong ku dan Richard''

''Richard?''

''Ya, dia adalah anak ku dan Shawn''

''Swan?'' Ia membuka mata nya perlahan dan menatap ku dengan tatapan malas

''It's Shawn. Shawn Mendes''

''Apa dia yang membuat mu seperti ini?''

''Tidak juga, aku seperti ini karena kecelakaan'' Aku pun merasa terdorong untuk tahu lebih banyak tentang gadis berambut pirang bernama Chloe ini

''Boleh kau ceritakan kejadian yang sebeneranya? Itupun jika kau tidak keberatan''

''Apa kau tidak mau meminta tebusan seperti uang karena telah menolong ku?'' Gadis ini bertanya seakan-akan meremehkan ku, seperti nya dimatanya aku hanyalah pemuda jalanan yang kebetulan menolong nya.

''Nope, ku minta kau menceritakan kisah mu. Ku anggap itu tebusan nya'' Gadis itu terkekeh, lalu ia pun berusaha duduk

''Bodoh! kau masih lemah, lebih baik kau berbaring saja''

''Tak apa bodoh! aku cukup kuat untuk ini!'' Aku pun angkat tangan karena gadis ini cukup keras kepala, sama seperti Phoenix

''Jadi....'' Ia menyadarkan lamunan sesaat ku, akhirnya aku pun kembali menatap nya intens—berusaha fokus—''Aku hamil karena aku mabuk berat dengan Shawn dan kita Make Out. Cukup konyol jika aku menceritakannya secara detail, kau akan tertawa'' gadis itu tertawa pada diri nya sendiri, padahal apa nya yang lucu? Ekspresi ku masih datar, menunggu cerita selanjut na

''Kami Make Out di kamar mandi'' Aku terbelalak kaget mendengar nya, seperti ingin tertawa karena secara tidak langsung aku membayangkan bagaimana cara nya mereka melakukan itu di tempat yang menurut ku sempit juga tidaklah nyaman? Namun aku mengunci diri ku untuk tidak tertawa, karna jika aku tertawa ku yakin gadis ini tidak akan melanjutkan cerita nya

''Aku begitu hilang kendali, Shawn juga begitu. Shawn pria yang baik, sangat baik. Saat itu adalah kali pertama nya ia ke klub malam, beda dengan ku. Yang sudah berpengalaman dengan dunia malam''

''Berpengalaman? Jadi maksud mu, kau sering melakukan itu?'' Chloe langsung menatap ku tajam nan intens

''Tidak bodoh! maksudnya, aku sering mabuk-mabuk an. Berbeda dengan Shawn, yang baru pertama kali meminum minuman alkohol'' Awalnya aku berniat ingin mencibir nya karena ia memiliki kekasih yang begitu culun, dalam artian.. hell serius? Kau belum pernah mabuk di saat kau tahu usia mu sudah menginjak 19+?

''Aku tahu apa yang kau fikirkan..'' deg, aku pun membuang jauh-jauh pemikiran tentang Shawn, kurasah Chloe bisa membaca fikiran ku ''Shawn berbeda dengan lelaki lain nya, ia begitu polos. Aku menyesal mengajak nya ke klub malam itu. tidak, aku tidak menyesal karena telah hamil juga melahirkan secara premature seperti tadi, toh ia juga memohon pada ku agar aku bersedia di tanggung jawabi oleh nya. Hanya saja, aku menyesal karena telah merubah nya menjadi lelaki yang.. ah kau tahu maksud ku''

''Kau beru pertama kali nya mengajak nya kesana bukan?''

''Ya, selama 7 bulan lama nya ia terus mendampingi ku, tidak pernah meninggalkan ku. Kau tau Harry, betapa menyesal nya aku mengingat bahwa Shawn telat mengikari janji nya pada ibu nya demi aku?''

''Janji apa?''

''Ia berjanji pada ibu nya bahwa ia tidak akan pernah minum ataupun Make Out sebelum ia menikah, saat itu aku begitu nafsu untuk pergi ke klub bersama nya, ia terus menolak saat itu namun aku terus memaksa hingga akhirnya ia menuruti ku, tanpa fikir panjang aku langsung menyeret nya ke kerumunan para jalang dan memesankan Vodka untuk nya sebanyak 2 gelas'' Gila.

''Inti nya, ia ketagihan. Mungkin efek alcohol? Lalu kami sama sama di suguhi pandangan yang membuat kami berinsiatif untuk melakukan nya, karena kondisi tempat yang tidak memungkinkan sedangkan kami sudah begitu ingin, kami memilih kamar mandi untuk dijadikan tempat pelepasan kami. Konyol eh?'' Aku hanya mengangguk singkat

''Keesokan hari nya, aku muntah-muntah. Biasa lah, seperti normalnya orang hamil pada hari pertama. Aku tidak panic saat itu karena aku tahu aku sudah pasti hamil, aku mengabari Shawn dengan menelfon nya. dengan datar nya aku berkata ''Aku hamil, dan ini anak mu. Apa kau mau meninggalkan ku karena aku sudah membuat mu menghamili ku? Atau bagaimana? Jika ya, kau harus tau aku sama sekali tidak keberatan'' saat itu Shawn langsung memutuskan sambungan telefon nya, ku kira ia akan meninggalkan ku, ternyata tidak....'' kemudian hening sesaat ''Ia mendatangi ku dengan wajah panic nya dan langsung menanyakan keberadaan ku pada ibu ku, lalu akhirnya semua keluarga ku tahu akan kehamilan ku, jujur saat itu aku juga takut, aku takut ibu ku akan mengusir ku atau apa, ternyata tidak. ia justru sama panic nya dengan Shawn. Aku ingat saat itu ia berkata...'' aku terus fokus pada bibir nya, tidak, aku tidak bermaksud akan mencium nya melainkan tidak ingin melewatkan setiap kata dari bibir nya

''Tutup mulut mu bodoh, dokter memanggil mu''

''Apa? Oh shit.''

''Tuan, waktu mu habis''

''Oke! Baiklah! Chloe, kau berhutang cerita pada ku''

''Hahaha, ya ya'' Aku pun pergi meninggalkan Chloe dengan langkah kesal, sial aku baru saja menikmati dongeng menyedihkan Chloe, sial waktu begitu cepat berakhir.

Phoenix..

Secara otomatis langkah ku kupercepat ketika terbesit di fikiran ku nama Phoenix, gadis berambut brunette yang aku sayangi. Sial terlalu asik mendengarkan cerita Chloe, aku melupakan Phoenix! Ah tidak, apa yang sedang mereka lakukan sekarang ini?!

Sesuatu dalam batin ku enggan menenangkan diri nya sendiri, ia terus menyibukkan diri nya dengan berjalan mondar-mandir ke setiap sudut ruangan, takut seuatu terjadi. Aku terus berjalan lurus, sialan kenapa rasa nya jauh sekali? Ku lirik sekilas jam di tangan ku, jam 11 malam.

Aku pun langsung berlari, secepat yang aku bisa.
Akhirnya..

Clek

''Phoe..nix''

Sialan kau Niall.

Bad Diana [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang