Dengan cepat Niall mengayunkan tongkat nya hingga membawa bola putih itu ke lubang berjarak 5 meter dari tempat nya berdiri, mata biru nya menyipit berusaha memastikan bahwa pukulan nya tidak lah meleset. Harry hanya menatap dingin sambil melipat kedua tangan nya di dada seakan-akan aksi memukau Niall dalam mengayunkan tongkat bukan lah hal yang menarik. Mulut ku tak berhenti menampilkan deretan gigi ketika melihat bola putih itu masuk ke lubang nya dengan mulus
''Begitu caranya, Harry'' ujar Niall singkat menepuk pundak Harry dengan akrab diikuti dengan senyuman manis nya, Harry menatap nya keras seakan-akan memberikan peringatan jangan sentuh aku lagi
''Harry, ini giliran mu'' tak mau Harry berkata kasar pada Niall, akhirnya aku mulai angkat bicara. Harry menatap ku cepat
''Tidak.'' sudah kuduga itulah jawaban dari nya. bodoh! benar-benar bodoh!
''Kenapa?''
''Aku terlalu pandai untuk melempar bola sialan ini dengan tongkat'' huh? Aku tak salah dengar? Sejurus kemudian Niall tertawa kecil, lalu menatap Harry intens
''Kalau begitu buktikan agar aku bisa berguru dengan mu'' Harry membelalakan mata nya, yas kutau dia tertampar oleh kata-kata Niall, entahlah saat ini aku enggan membela Harry, aku setuju dengan Niall.
''Aku tidak menerima murid seperti mu'' Harry melangkahkan kaki nya agar bisa menghilangkan jarak di antara nya juga lelaki blonde di depan ku ini, memijat pelipis ku pelan, yang ada di fikiran ku adalah pergi. Aku mulai merasa malas dengan tingkah kanak-kanak Harry. Sial siapa yang mengupgrade level 6 dalam otak nya? ya, aku memang menghilangkan ingatannya dan mengupgrade nya sampai level 5, namun aku masih menyimpan sopan santun di dalam nya.
''Phoenix!'' Suara serak Harry menyeruakkan nama ku ketika aku sadar bahwa aku setengah jalan. Mengabaikannya, aku pun terus berjalan tanpa menengok sama sekali. Hari ini mood ku begitu hancur, sialan
Tiba-tiba saja kurasakan tangan kekar menarik tangan kecil ku, dengan cepat aku pun memutar badan dan melihat siapa yang menarik dan menahan langkah ku
''Phoenix kumohon...''
''Lepaskan! Lebih baik aku pergi!''
''Baiklah aku akan memainkannya!'' berhasil.
***
Ayunan tongkat Harry bisa ku akui cukup cantik sama seperti Niall namun nihil, bola putih itu ternyata meleset dari tempat nya. Harry mendengus kesal dan tak segan-segan melempar tongkat golf Niall ke udara membuat kami yang berada disana pergi menjauh menghindari benturan tongkat itu
''Kau gila!'' pekik ku saat tongkat Niall mendarat di tanah hijau. Gila, tongkat itu pasti mahal dan jika tergores Niall akan mengamuk! Persetan dengan Harry
''Jangan salah kan aku! Lelaki pirang ini mengontrol tongkat nya agar bisa mempermalukan aku di depan mu!'' pekik nya tak kalah level oktav dari ku. Aku menautkan kedua alis ku ''Apa maksudmu?! Berhenti lah bersifat kekanak-kanakakkan Harry!''
''Kau! Berhenti mengejar pria yang selama ini tidak mencintai mu sama sekali, Phoenix!''
deg
Aku bisa melihat Niall yang sempat terdiam di tempat setelah mengambil tongkat nya, tentunya setelah mendengar perkataan konyol Harry. Aku menganga. Jesus.
''Be—berhenti mengatakan omong kosong Harry!''
''Kau! Berhenti mengejar Niam yang sudah mempunyai kekasih!''
''AKU TIDAK MENCINTAI NIALL!'' tidak..aku mencintai nya
''Benarkah? Lalu apa tujuan mu mengikuti kegiatan bodoh ini?''
''Apa salah nya!?''
''Karena aku tahu kau hanya ingin berada di dekat nya dan mengabaikan aku'' demi tuhan ingin sekali aku menampar pria ikal di depan ku ini dan mereset ulang otak nya. sejak kejadian kemarin pagi Harry mendadak berubah drastis pada ku yang sendiri tidak tahu apa penyebab nya.
''Apa yang kau bicarakan Styles?!'' kali ini aku benar-benar berteriak di hadapan nya, tak peduli Niall, juga Mark—supir yang mengantar kami kesini—menonton perdebatan sengit kami
''Berhentilah bermuka dua, jalang''
BUK
Aku terdiam. Ketika melihat kepalan tangan Niall mendarat begitu saja di pipi Harry hingga Harry tersungkur. Aku tahu, pasti itu sangat keras. Aku diam, tidak tahu harus berbuat apa. Menolong nya? aku sudah terlanjur kesal dengan nya, membela Niall? Aku tidak mau kehilangan Harry nanti nya
''Dengar Harry, aku memang tidak mengenal kalian berdua secara dekat. Namun aku tidak terima jika kau memanggil teman wanita mu ini Jalang, dimana sopan san—''
BUK
Belum sempat Niall menyelesaikan perkataan nya, Harry membalas nya dengan kepalan tangan nya. sial ini tidak akan berakhir. Mark berusaha melerai namun nihil Harry justru ikut menyerang nya melalui pukulan perut. Aku berjalan mundur beberapa langkah. Melihat Harry dan Niall yang saling pukul satu sama lain mengingatkan aku pada Zayn yang saat itu sempat di hajar habis-habis an oleh Harry saat Zayn mencoba menganggu ku. Setiap pukulan yang Harry berikan benar-benar persis dengan pukulan yang ia berikan pada Zayn 2 tahun silam. Ini aneh karena aku masih mengingat semua gerakan gesit nya itu
''HARRY!'' gadis dalam batin ku memberi dorongan untuk memberhentikan aksi saling tinju mereka berdua, dengan cepat Harry melepas tangan yang ia gunakan untuk menahan bahu Niall ketika aku menarik perut nya dari arah belakang. Niall yang sudah babak belur hanya menatap kami datar, sambil mengelap darah yang mengalir di sudut bibir nya
''SUDAH KUBILANG KAN? KAU MENCINTAI NYA!''
''KAU TOLOL HARRY! TENTU SAJA AKU MELERAI KALIAN BERDUA! AKU TIDAK MAU MASUK PENJARA KARENA MEMBIARKAN MU MEMBUNUH ATLET TERKAYA DI DUNIA SAAT INI!''
''UNTUK APA KAU TAKUT MASUK PENJARA KARENA KAU MEMBIARKAN AKU MEMBUNUH NYA HAH?''
Aku diam.
Harry benar-benar ingin menyudutkan ku. Dimana Harry yang selalu lembut pada ku? Dimana Harry yang ku kenal? Aku terdiam menatap nya dalam-dalam sampai akhirnya pandangan ku teralih kan ketika Niall berjalan mendekat ke arah kami
''Sepertinya aku harus pergi. Jangan khawatir, Mark akan mengantar kalian. Dan Harry, berhenti memanggil teman mu jalang, aku tidak suka itu''
Senyum ku sedikit berkedut mendengar kata-kata terakhir yang meluncur bebas dari mulut nya itu, Harry masih menatap nya keras, seperti tatapan merehmekan. Menampar diri ku kebawah, aku berusaha menyembunyikan semburat sialan yang pasti sudah muncul di pipi ku. Samar-samar aku mendengar langkah kaki Niall menjauh juga mata ku sempat menangkap kaki nya yang dilindungi oleh sepatu putih itu
''Aku bisa membuat mu tersenyum lebih dari ini''
apa?
***
''Maafkan aku'' ujar Harry tiba-tiba memecahkan hening di antara kami, aku hanya mengabaikan nya dan melipat kedua tangan ku di dada
''Maafkan aku Pho'' aku masih mengabaikan nya
''KUBILANG MAAFKAN AKU!'' senyum ku berkedut melihat kekesalan Harry saat ini, gila di saat seperti ini aku masih berfikir ini lucu? Namun kurasa ya, melihat ekspresi kekesalan Harry saat ini adalah tontonan yang lucu
''Pho telinga mu masih berfungsi kan?''
''Ya, dan kau tidak perlu banyak bertanya karena nanti kuping ku akan berdarah jika terus mendengar suara tolol mu'' aku pun berjalan menjauh—berjalan lebih cepat dari Harry. Dari bayangan ini bisa ku lihat Harry tidak mengejar ku, kedua tangan yang ia selipkan di saku bisa ku tangkap dari bayangan nya.
''Kau tahu, aku suka bokong mu''
''Berhenti bersikap polos disaat kau dalam masalah, bajingan''
Harry terdiam seketika, ku rasa ia baru bisa menyadari kesalahan nya sekarang. hell bisa kau bayangkan jika Niall melapor kan ini ke polisi? Apa yang akan terjadi? Harry akan di kenai hukuman! Belum lagi para fans Niall yang sudah pasti akan menyerbu Harry nanti nya.
''Maafkan aku''
''Katakan itu pada Niall, bajingan''
''Kenapa harus Niall?''
''Karna kau memukul nya juga melempar tongkat golf nya ke udara, bajingan''
''Berhenti memanggil ku bajingan!'' Harry menarik tangan ku dan menenggelamkan kepala ku di dada bidang nya, aku bisa merasakan basah dari keringat yang mengalir di dada nya juga detak jantung yang tidak normal. Detak jantung dimana detak ini kurasakan saat aku bersama Niall
Harry membalut kepala ku dengan kedua tangan nya, aku hanya terdiam di dalam pelukan nya tanpa membalas pelukan hangat nya ini, panas nya sinar mentari membuat ku merasa semakin panas dalam pelukan nya namun aku tidak mau melepaskan pelukan ini, entahlah kenapa.
''Kau tahu betapa hancur nya aku ketika kau memanggil ku bajingan hah?'' tunggu, apa Harry menangis? Oh shit. Kumohon, jangan lagi..
''Aku punya alasan untuk itu semua Pho'' suara isak tangis Harry makin terdengar kali ini, ingin rasa nya aku memeluk nya erat dan berkata 'Darling everything's alright' pelukan Harry semakin erat saat ku dengar ia meyeka lendir di hidung nya itu
''Maafkan aku, sudah kubilang kan?'' kata nya lagi, aku berusaha mendongkak untuk melihat wajah berair nya itu, namun sulit. Harry menurunkan balutan tangan nya ke pinggang ku, memudahkan ku untuk mendongkakkan kepala. Harry benar-benar menangis.
Wajah nya memerah, hidung nya memerah senada dengan wajah berair nya saaat ini, mata nya terpejam membiarkan cairan bening itu meluncur deras di wajah nya, bibir nya menekan garis keras
''Aku tidak punya keluarga Pho, aku juga tidak punya teman yang bisa aku percaya. Keluarga ku entah kemana, kau tahu itu kan? Aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini. Hanya kau, hanya kau. Jangan panggil aku bajingan ketika aku berusaha melindungi mu, jangan panggil aku bajingan ketika aku berusaha untuk tidak kehilangan dirimu. Jangan panggil aku bajingan, jangan Phoenix jangan..'' tangisan Harry menjadi, persis seperti gadis muda yang tiba-tiba teringat sang mantan kekasih. Shit..
DOUBLE UPDATE TAPI PENDEQ PENDEQ WQWQWQ
walau pendek budayakan vomments yhaa. x

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Diana [H.S]
FanfictionHe said 'Let's get out of this town' i said 'I know places we can hide.' - Copyright 2015 © by hoodjan All Right Reserved