06. Kita

299 38 8
                                    

Ini bukan akhir tapi ini baru awal dari cerita kita yang di simpan rapi di kota Bandung. Percayalah aku selalu mengenang kamu di dalam kota Bandung.

****

"Eh nanti malam kita bakar-bakar aja mau ga?" tanya bunda kepada Ledis saat di dalam mobil menuju rumah Abim

"Boleh bun" Ledis menganggukkan kepalanya sambil tersenyum

"Nah kalau gitu kita beli bahan makanan buat nanti malam, kita ajak teman-teman Abim. Kamu juga boleh ajak temen kamu" ucap bunda lalu memutar rute perjalanan ke arah pasar.

Saat bersama bunda di dalam mobil, jujur saja aku masih memikirkan Abim. Aku takut kalau dia dan teman-temannya pergi untuk berantem lagi, karna masalah sekolah ini membuatku sangat mencemaskan keadaan Abim.

"Bunda" panggil Ledis sambil menatap bunda yang sedang menyetir mobil. "Abim nanti pulang kan?" tanya Ledis

"Iya atuh neng kan ada kamu di rumah pasti pulang dia"

Ledis menanggapi ucapan bunda dengan senyuman saja, melihat wajah Ledis seperti mengkhawatirkan Abim, bunda jadi penasaran apa yang membuat Ledis tak bisa meninggalkan Abim.

"Memangnya kenapa kamu seperti khawatir begitu cantik?" tanya bunda yang sedang fokus menyetir mobil

"Umm.." awalnya Ledis ragu untuk menceritakan tentang kejadian kemarin, tapi setelah ia pikirkan lagi mungkin saja ia bisa lebih jauh tau tentang Abim karna bertukar cerita dengan bunda Abim

"Jadi kemarin Abim berantem bun, terus wajah Abim lebam" ucap Ledis

"Sama siapa nak?" tanya bunda dengan santai

"Ledis ga kenal bun, tapi sepertinya anak motor. Awalnya anak motor itu ngejar Ledis terus Ledis ketemu sama Abim dan Abim bantuin Ledis dengan cara berantem tadi" Ledis menjelaskan tentang kejadian kemarin kepada bunda

Bunda hanya menganggukkan kepalanya sambil menyetir mobil sampai beberapa saat bunda berbicara kembali. "Kamu ga usah khawatir ya, Abim memang seperti itu anaknya" ucap bunda

"Bunda ga pernah melarang apa yang akan Abim lakukan, karna bunda selalu mengajarkan Abim untuk bertanggung jawab sama apa yang dia lakukan, makanya bunda tau Abim pasti bertanggung jawab dan menerima resiko dari perbuatannya" ucap bunda yang menjelaskan kepada Ledis tentang sifat Abim, Ledis hanya menyimak ucapan bunda sedari tadi

"Bukannya bunda ga sayang sama Abim, tapi Abim di didik sama ayahnya untuk menjadi laki-laki yang berani menghadapi musuh dengan caranya, termasuk caranya untuk melindungi perempuan yang dia sayang" sambung bunda

Ledis menganggukkan kepala, sekarang dia mengerti kenapa Abim tidak takut dirinya terluka. "Bunda ga pernah marah kalau Abim terluka karna berantem?" tanya Ledis sambil menatap bunda

Mendengar pertanyaan Ledis, bunda menghela nafas panjang. "Bunda mau marah juga kasian sama Abim, udah luka masa bunda marahin"

"Jadi bunda setuju kalau Abim berantem?" tanya Ledis

"Umm gini sayang, bukannya bunda setuju Abim berantem. Tapi pasti ada alasannya kenapa Abim berantem, jadi setiap Abim berantem bunda ga pernah marah karna Abim akan menjelaskan kepada bunda sebelum bunda bertanya kenapa, dan Abim juga siap menerima resiko dari dia berantem yaitu resikonya terluka" jelas bunda

"Jadi kamu ga perlu terlalu khawatir ya sayang, Abim sudah biasa seperti ini" ucap bunda sambil tersenyum menatap Ledis yang duduk di sampingnya. "Didikan ayahnya, karna ayahnya abdi negara" sambung bunda sambil tertawa pelan

"Iyaa bunda"

Sekarang aku mengerti tentang Abim kenapa dan mengapa dia bersama teman-temannya tidak takut untuk terluka sekaligus di bawa ke kantor polisi sebagai saksi. Sedikit banyak aku tau tentangnya membuatku ingin terus tau lebih banyak tentang Abim, aneh tapi aku sangat ingin tau semua tentangnya.

Aku Kamu Dan Bandung : Di kala itu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang