24. Sedih Menghampiri

102 15 0
                                    

Aku benar-benar berharap kalau kejadian yang aku alami ini hanyalah mimpi buruk yang tak akan pernah terjadi, ini sungguh sangat menyakitkan.

****

Baju seragam yang awalnya berwarna putih kini sudah tak putih lagi, darah Abim yang berlumuran di seragamku membuatku terus menangis selama di perjalanan. Ada penyesalan di dalam diriku, dan terlintas di pikiranku kenapa aku tidak bisa melakukan apa-apa saat Abim di serang.

"Ledis!" panggil Nora saat tiba di rumah sakit

Nora langsung mendekati Ledis dan memeluk tubuh Ledis, ia mengerti perasaan Ledis saat ini pasti sangat hancur. Tak habis pikir Dito bisa melakukan hal sekejam itu kepada temannya.

"Gimana keadaan Abim?" tanya Ciko yang datang berbarengan bersama Nora dan teman-teman lainnya

Abram menggelengkan kepala, wajah Abram sangat kusut. "Masih di urus dokter di dalam" balas Abram pelan

"Gua udah ngabarin bunda" ucap Saka membuat semuanya menoleh ke arahnya

"Dito anjing" umpat Ciko kesal sambil memukul tembok rumah sakit dan menempelkan keningnya ke dinding

Keadaan sekarang sangat menyedihkan, wajah-wajah panik, sedih dan khawatir sedang menunggu kabar lanjut tentang Abim. Ledis tak berhenti menangis, sedangkan teman-temannya berusaha untuk menahan amarahnya kepada Dito.

"Harusnya gua suruh Abim pake motor gua tadi" ucap Saka pelan dengan lamunan, ia merasa bersalah karna telah lama membiarkan Ledis dan Abim mendorong motor

Mendengar Saka mengucapkan kalimat itu, Abram menepuk pelan pundak Saka. "Ini bukan salah lo Sak" ucap Abram lalu duduk di samping Saka

"Yang harusnya di salahin itu Dito bangsat" sahut Ciko yang masih sangat kesal, ia tak terima temannya di bikin sakit seperti ini.

"Udah Cik, sabar" Abram berusaha menenangkan semua teman-temannya walaupun dirinya sendiri belum tentu bisa tenang dengan keadaan sekarang.

"Sabar gimana anjing, Abim di keroyok bangsat. HARUSNYA KITA BALAS ANJING!!" amarah Ciko semakin menggebu-gebu

"Turunin nada bicara lo Cik, ini rumah sakit" tegur Abram

"Kita fokus ke Abim dulu, urusan balas nanti kita rapat" lanjut ucapan Abram yang di dengar oleh semua teman-temannya

Beberapa saat hening menghampiri suasana mereka, sampai akhirnya bunda dan keluarga Abim tiba di rumah sakit.

"Bunda..." panggil Ledis sambil menangis melihat keberadaan bunda, Ledis berdiri lalu memeluk tubuh bunda.

Bunda pun dengan cepat menerima pelukan Ledis, bunda mengerti Ledis pasti sangat terpukul dengan keadaan ini. Terlebih lagi bunda melihat seragam Ledis penuh dengan darah.

"Bunda... Abim bunda.." ucap Ledis di sela-sela tangisnya di dalam dekapan bunda

"Iyaa sayang, Abim gapapa nak" bunda mengelus kepala Ledis dan menciumnya

Bunda memenangkan Ledis sampai ia berhenti menangis, mata Ledis sudah sangat sembab karna terus menangis. Melihat kondisi Ledis sekarang membuat bunda khawatir kalau Ledis akan sakit.

Aku Kamu Dan Bandung : Di kala itu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang