PART 24

58 22 66
                                    

Terlalu banyak berekspektasi tinggi sama manusia, tidak sadar bahwa kalau dia itu tidak memiliki perasaan pada mu.

-Fathur.

 

Fathur tetap saja mengikuti Hanum, ia tidak peduli dengan pandangan orang yang melihat dirinya berdua dengan Hanum. Semua yang kenal dengan mereka sudah tahu kalau Fathur menyukai Hanum, namun tidak berani mengungkapkan nya secara langsung, ia lebih memilih untuk pendam. Lagi pula Fathur tahu kalau cinta nya tidak pernah terbalaskan. Alasan Hanum diajak pacaran yaitu tidak di perbolehkan. Fathur memahaminya, toh dirinya salah karena mengajak perempuan untuk ke jalan yang sesat. Kenapa tidak harus menunggu nanti saja?

Fathur sebenarnya tidak membawa kendaraan nya, ia menunggu jemputan dari salah satu teman nya. Sebenarnya ia ingin sekali tidak membawa kendaraan dengan alasan memastikan bahwa Hanum balik sekolah dengan orang tuanya tanpa harus ada orang lain, walaupun itu orang lain Fathur ingin yang mengajak Hanum ialah seorang perempuan.

Alasan Hanum tidak bisa pulang bersama Risa, Fathur pun sudah mengetahui nya. Lagi pula mereka beda arah rumah, Hanum dan Risa rumah nya sangat jauh bahkan harus balik kembali bila balik bersamaan.

Hanum terheran dengan Fathur yang ikut dirinya ke gerbang sekolah untuk menunggu jemputan, Hanum bahkan mikir apakah Fathur menguntit dirinya?

Fathur sedang membuka handphone nya untuk menyuruh teman nya menjemput. Alasan Fathur meminta pada teman nya karena teman nya kebetulan searah walaupun beda sekolah yang ternyata teman nya Fathur lebih dahulu balik sekolah. Apakah laki-laki yang biasa bermain dengan Fathur yang ternyata adalah teman Hanum juga? Tentu tidak.

Hanum melirik-lirik ke arah Fathur. “Lo lagi nunggu siapa?” tanya Hanum memulai topik pembicaraan antara keduanya.

Fathur langsung kembali mematikan handphone nya dan menaruh handphone nya ke dalam saku baju sekolah nya. “Gue nunggu teman,” jawab Fathur sesingkat mungkin. Karena ia juga sudah merasa kesal perasaan nya tidak terbalaskan, setidaknya Hanum memberikan harapan walaupun beberapa kata, namun alasan Hanum tidak memberi harapan kepada orang lain ia takut merasa seperti perempuan yang tidak tahu diri memberi harapan kepada orang lain.

“Nggak bawa motor?”

Fathur menggeleng kepalanya. “Malas bawa motor, sekali-kali pengen coba dijemput. Lo, nunggu siapa?” tanya Fathur balik.

“Nunggu jemputan juga, kan biasanya lo tahu kalau gue itu dijemput.”

“Cewek atau cowok?” tanya Fathur.

Hanum mendengar nya langsung bingung, mengapa laki-laki itu harus menanyakan jemputan nya? Bukan kah Fathur tahu bahwa Hanum sering dijemput dengan orang tuanya? Mengapa harus nanya balik? Padahal tidak usah basa basi.

“Yang tadi nggak usah diingat, nggak baik. Lupakan saja!”

Hanum hanya ber-oh ria saja sambil menunggu jemputan sekali-kali melirik ke arah kanan dan kiri memastikan apakah itu orang tuanya yang jemput dirinya? Namun, yang paling dijemput duluan ialah Hanum. Ibu Hanum yang menjemput nya, ibu Hanum pun melihat laki-laki di samping sang anak. Ibu Hanum yang bernama Hazairin pun melirik ke arah laki-laki yang berdiri di samping Hanum, siapa lagi kalau bukan Fathur.

“Dia siapa, nak?” tanya Hazairin.

Fathur langsung mencium tangan ibu nya Hanum. “Saya teman nya Hanum, Bu. Kebetulan sama lagi nunggu jemputan juga,” ucap Fathur di tengah-tengah ke gugupan nya. Untung saja Fathur tidak menyebutkan hal aneh, bisa-bisa ia di interogasi oleh orang tuanya.

“Iya udah kalau gitu saya dan anak saya duluan ya, kamu hati-hati di jalan ya ...,” ujar Hazairin dengan lembut. Fathur langsung mengangguk kepalanya, ia pun mencium tangan ibu nya Hanum. “Ibu juga hati-hati ya, semoga selamat sampai tujuan.”

MAHASISWA DAN SISWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang