01 He is a Woman

927 10 1
                                    

Seorang cowok lagi panik-panik sendiri nggak jelas, baru kemarin malam dia landing pulang kembali ke tanah air—tepatnya landing di bandar udara Soekarno Hatta Cengkareng. Dia hanya transit semalam di sebuah hotel kecil yang ada di sekitar bandara, kemudian dia langsung beli tiket pesawat lagi untuk lanjut berangkat ke Denpasar Bali keesokan harinya. Dan sekarang dia sudah berdiri di samping roda berjalan pintu kedatangan bandar udara I Gusti Ngurah Rai Denpasar, untuk menunggu bagasinya keluar dari muatan pesawat yang baru saja membawanya mendarat.

Dia baru saja pulang setelah perjalanan panjang dan menghabiskan hari-harinya menetap sementara waktu di negeri seberang. Abis ngapain tuh? Sepertinya dia habis liburan? ... Oh, nggak juga sih. Negeri tempatnya berpijak memang negeri yang eksotis, tapi di sana dia tidak juga sepenuhnya untuk liburan.

Nah, intinya sih sekarang akhirnya dia sudah bisa kembali pulang ke tanah airnya tercinta. Tapi ... kenapa dia malah kelihatan panik kayak orang bingung?

Pertama; karena alat kelamin lelakinya—benda mungil satu-satunya yang tak mungkin bisa dipasang lagi—apalagi lebih nggak mungkin untuk tumbuh kembali dengan sendirinya—barang tersebut sudah DITEBAS. Buntung, rata dan nggak ada sisa—selain ujung sekuncup mungil sisa bagian glans penisnya yang dijahit di atas saluran kencingnya yang baru, dan sekarang letaknya bersembunyi di balik lipatan sebentuk garis bibir vertikal yang menutup rapat melindungi organ genital dengan segala detail-detail unik yang ada di baliknya. Sekarang di bagian genitalnya juga terdapat celah sempit rapat yang bisa memberi kenikmatan ketika berhubungan seksual dengan lelaki. Ya, karena ... alat kelaminnya—yang tadinya sebatang penis—kini telah dioperasi menjadi kelamin wanita alias vagina.

Kedua; yang membuatnya panik dan cemas lebih parah dari orang lagi kebelet nahan berak di tengah perjalanan; yaitu, karena sekarang dia dikejar-kejar juga oleh debt collector yang akan menagih hutangnya.

Btw, secara teknis sekarang dia udah bukan cowok tulen lagi sih. Ya dulunya boleh lah dia disebut cowok, tapi sekarang ... mana mungkin dia disebut cowok lagi (karena udah nggak punya burung). Ya udah pantes disebut cewek aja lah, meskipun tetep ae asline lanang.

'

'

"Yusman! Lu kudu harus tolongin gue bro, please bro ... gue butuh banget bantuan sekarang ini." sahut si wong–asline–lanang itu. Ia menelepon sahabatnya—teman dekatnya yang pernah kuliah bareng dulu.

"Lu kenapa sih Ros?" tanya temannya yang barusan dipanggil Yusman itu. "Eh, lho koq ... suara lu kayak aneh gitu sih? Lu baik-baik aja?"

"Yusman! Udah jangan banyak tanya dulu, pokoknya gue butuh bantuan banget. Bisa nggak lu jemput gue di airport sekarang?"

"Airport? Lu lagi di Bali sekarang?"

"Iya ... udah jangan banyak tanya dulu, bisa nggak lu tolongin gue?"

Yusman sepertinya terbingung-bingung, tapi dia setuju untuk membantu teman dekatnya itu.

'

Jadi si wong-asline-lanang itu adalah ... AKU. Ya, aku yang mulai sekarang akan kalian panggil sebagai Rosmawati. Namun dulunya aku adalah COWOK bernama Rosman.

Rosmawati adalah identitas baru ku sebagai seorang Transpuan. Diberikan dalam sebuah sertifikat resmi yang menyatakan bahwa jenis kelaminku yang sudah sah sebagai wanita. Ditandatangani oleh team dokter medis yang melakukan operasi, serta praktisi psikologis yang menyatakan kejiwaanku sebagai perempuan dari sebuah rumah sakit di Thailand tempatku dioperasi.

Sertifikat ini nantinya akan kugunakan sebagai syarat agar bisa mengajukan permintaan pengesahan identitas baruku di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di negeri tanah air. Tentunya itu akan melewati proses persidangan yang panjang, tapi aku belum bisa fokus ke sana karena urusanku yang sekarang aja masih ribet.

TRANSGENDENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang