12 Private Call

342 3 1
                                    

Mungkin tawaran mami Titin kemarin bisa kupertimbangkan. Maksudku ... ya seperti yang mami bilang, ini bukan seperti kerja di panti-panti pijat gang senggol, apalagi macam di rumah bordil murahan kan? Tapi katanya ini prostitusi elit yang terselubung dengan sangat rapih dan elegan. Apalagi aku punya aset keindahan tubuh serta kecantikanku, mungkin memang seharusnya kugunakan dengan cara seperti ini.

Ya, sementara ini nampaknya aku tidak punya pilihan lain. Lagipula, kira-kira apa yang harus kutakutkan? Maksudku, aku akan kehilangan apa? Perawan?

Aku mencoba meyakinkan diriku agar kuat mental. Aku sampai jadi sering menonton film-film porno yang sekiranya bisa mempengaruhi semangatku (aku kan mudah terpengaruh). Supaya aku bisa menjadi wanita pemberani yang berjiwa perek dan menyukai petualangan seks. Tapi ini bukan artinya aku ingin sungguhan menjadi seorang pelacur seumur hidupku, ini hanya sesuatu yang bersifat sementara saja.

Ada sebuah film yang lumayan kusukai, film tersebut adalah film porno kategori semi, judulnya 'Private Call'. Jadi ceritanya si cewek harus menyamar sebagai pelacur demi dapat membongkar kasus pembunuhan yang terjadi di sebuah tempat prostitusi elit. Tentu saja mau tidak mau di sana dia harus rela bercinta dengan siapapun yang menginginkan dirinya. Pokoknya siap dicabuli secara bergiliran oleh para lelaki hidung belang di sana.

Ya ... aku harus bisa bermental seperti itu, toh ini kan hanya sementara saja sampai hutangku lunas. Dan aku merasa kalau aku pasti bisa. Apalagi mendengar jumlah bayaran yang disebutkan mami barusan, setidaknya hanya butuh 6 bulan hutangku sudah lunas. Mungkin aku bakal butuh sedikit tambahan lagi untuk membayar bunga-bunganya juga, tapi itu bisa kucari nanti.

Aku bahkan juga sampai menelepon temanku si Cherry, aku menghubunginya menggunakan WhatsApp Call. Dia pun juga memberi masukan padaku; "Kalau memang kamu harus terlibat dalam urusan bisnis seks, tetap nikmati seks itu sebagai seks. Kalau kamu melakukannya karena terpaksa rasanya akan tidak enak, dan kamu akan tidak bisa merasakan kepuasan di sana. Tanamkan saja dalam pikiranmu, bahwa kamu memang sangat menyukai dan menikmati seks."

Temanku yang satu itu benar-benar memang sangat menggeluti profesinya sebagai sex therapist. Kalau kalian ke Pattaya, kalian wajib mencoba memakai jasanya, tapi kalian harus tahu kalau tarif yang dipatoknya akan sangat mahal, karena kualitas pelayanannya terjamin sangat berkualitas, pokoknya recommended lah.

Aku lantas menghubungi mami Titin dan langsung diajak ketemuan lagi olehnya. Singkatnya aku datang ke villanya dan di sana kami bicara secara empat mata. Mami menjelaskan dengan ringkas, segalanya tentang bisnis yang dijalaninya.

Simplenya sih ini nggak jauh beda sama yang namanya Companion Girl, intinya aku akan menjadi gadis penghibur untuk client-clientnya mami. Tapi karena ini mainan kelas elit, jadi kami bukan boneka seks murahan yang bakal digilir untuk melayani berpuluh-puluh lelaki secara bergantian—seperti yang terjadi di rumah-rumah bordil bertarif murahan. Di sini masing-masing cewek bakal punya client-client langganannya. Dan biasanya kalau sudah punya langganan, kita akan dibooking selama client tersebut stay, jadi kita hanya fokus melayani satu tamu itu saja.

Dilayani secara spesial seperti ini sifatnya sangat eksklusif, oleh karena itulah bayarannya sangat mahal dan tidak bisa ditawar-tawar.

"Oke Mam, saya berminat join." ujarku.

"Bagus, dua hari lagi kamu silahkan datang ke sini jam 2 siang." kata mami.

"Baik mami ... makasih." ujarku.

'

* * *

'

"Yus, gue punya kabar baik nih, mulai besok gue punya kerjaan baru. Tapi jam kerja gue bakal nggak tentu, bisa kadang dari siang, bisa kadang dari sore. Yang pasti gue bakal sering pulang larut malam bahkan dini hari. Jadi gue rasa ... ini sudah saatnya gue mencari tempat tinggal sendiri deh, supaya gue nggak ngerepotin lo lagi."

TRANSGENDENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang