TRANSGENDENG

11 Protisusi Live Vibes

Kerja sama mami Titin? Kerja jadi apa? ... Villa girl? Housekeeping? Cleaning service? ... Aku nggak mau sampai membuat kekacauan lagi deh. Pikirku dalam hati.

"Kira-kira mami mau menawarkan pekerjaan seperti apa buatku?"

"Yaa ... kerja kayak cewek-cewek yang barusan kamu lihat di luar itu lah."

"Mak–sud mami ..."

"Me–la–ya–ni ... le–la–ki." jawab mami Titin.

"Ee–h, melayani cowok? PROSTITUSI maksudnya?" serta merta saja dengan polosnya aku menyebut.

Mami dan mas Joro pun saling bertukar pandang, kemudian ... "Gyaa–kakakakakk!!" Keduanya langsung sama-sama tertawa ngakak lagi.

"Yaa mungkin kamu bisa bilang gitu, tapi ... tempat saya ini bukan tempat biasa seperti macamnya di rumah bordil murahan atau yang kayak di panti pijat plus plus." ujar mami. "Di sini saya hanya menjual sesuatu yang sifatnya eksklusif. Dan saya tidak pernah menyebut gadis-gadis saya sebagai 'wanita penghibur', itu kesannya terlalu murahan. Tapi kita menyebutnya 'pendamping', atau bisa dibilang Elite Companion."

"Tapi tetap aja kan ujung-ujungnya ... berjualan seks."

"Seks ya? Hmm ... seks itu terlalu cabul dan saru. Dan kesannya ... murahan. Saya lebih suka menyebutnya hiburan yang sensual." balas mami.

"Sesuatu yang sensual itu dapat dinikmati dan diresapi dalam durasi yang panjang dan lama. Pokoknya membawa kebahagiaan, kegembiraan, dan kesenangan hakiki sepanjang hari. Sebuah kepuasan dunia yang mewah dan glamor. Seperti yang saya bilang, tempat saya ini bukan sekedar tempat esek-esek macam rumah seks murahan."

"Asal kamu tau ... di tempat ini saya hanya mempekerjakan cewek-cewek yang istilahnya; kualitas top tier. Para gadis di sini—semuanya saya sendiri yang menyeleksi secara pribadi. Jadi kita bukan main di kelas murahan yang melayani tamu macam di rumah-rumah bordil atau panti pijat. Kita sangat selektif dalam memilih client, dan tempat ini juga sangat dijaga kerahasiaannya. Kita promosi lewat jalur-jalur tertentu seperti media sosial, tapi dengan sangat hati-hati sekali."

Sebenarnya ya sama aja lah ... prostitusi juga, pikirku dalam hati. Bedanya ini bintang lima kualitas springbed, dengan kamar mandi wangi yang dilengkapi jacuzzi, bathtub dan shower air panas air dingin. Bukan kualitas macam gang senggol beralas matras kapuk, kamar mandi bau lumut, yang hanya pakai gayung dan ember.

"Kamu mau tau, berapa yang kamu dapatkan kalau kamu melayani tamu dalam satu malam?"

Mami lalu menarik wajahku mendekat dan membisikkan sejumlah angka di telingaku yang membuatku mendelik terkejut sekaligus tergiur.

"Eh, sayang sekali kalau kamu punya modal pesona kecantikan dan keindahan tubuh tapi semua itu nggak digunakan sebagaimana mestinya." kata mami padaku. "Gunakan pesona kecantikan dan keindahan tubuh kamu untuk memeras uang sebanyak-banyaknya dari lelaki."

"Dan kamu tau?" kata mami lagi, sambil mendekat dan menatap kedua bola mataku dalam-dalam. "Nafsu birahi lelaki ... itu adalah sesuatu yang selalu bisa dimanfaatkan—dan nggak pernah ada habisnya dari jaman ke jaman. Sejarah telah membuktikan hal itu. Keindahan tubuh dan kecantikan wanita adalah hiburan yang tiada pernah membosankan bagi lelaki. Sekarang ya tinggal kamu aja yang harus pintar memanfaatkan hal itu."

Edyan, tuh kan bener dugaan gue ... dia ini emang mami-mami rumah bordil. Bukannya aku nggak ngerti tentang dunia hiburan seperti ini, di Thailand pendidikanku soal prostitusi boleh kukatakan sudah sangat cukup jauh.

Tapi aku ingat temanku Cherry yang berprofesi sebagai professional sex therapist itu juga pernah berkata padaku; 'Sekali seumur hidup kamu harus terlibat dunia hiburan seperti prostitusi, karena di dunia hiburan itu kamu akan membuat orang lain senang. Dan menyenangkan orang lain itu artinya akan mendatangkan karma baik buat kehidupan kamu.' Entah dari mana dia mendapatkan doktrin tersebut.