Pada pagi harinya aku lah yang bangun duluan sebelum Yus. Aku lalu membuatkan kopi juga sarapan roti sandwich telur buat Yus.
"Eh, lo ... udah bangun?" Yus menyapa begitu melihatku di dapurnya.
"Iya Yus, yuk sini sarapan, nih udah gue siapin buat lo." kataku.
Yus nampak seperti kikuk dan malu-malu, mungkin selama ini belum pernah ada wanita lain yang menyambut pagi harinya dengan sarapan yang masih hangat (maklum jomblo). Tapi, lho ... emangnya aku ini cewek ya? Dia kan sudah tahu dari dulu kalau aku ini aslinya cowok.
Kami lalu sarapan berdua.
Setelah sarapan Yus mandi dan aku lanjut membereskan dapur.
Yus mulai sibuk dan membuka warung jam 8:00 pagi. Aku juga bantu menyapu dan membersihkan lantai atas barulah setelah itu gantian aku yang pergi mandi.
Selesai mandi aku sudah berdandan cantik, ku pakai kaus lengan pendek dan celana pendek hotpants, lalu aku pun turun—siapa tau ada yang bisa kubantu-bantu lagi buat Yus.
Suasana di pulau Bali terasa begitu santai dan nyaman, orang-orang di sini tidak ada yang norak dan overthinking dengan aurat. Tapi tetap saja aku memperhatikan kedua bola mata Yus yang selalu mendelik sampai menelan-nelan ludah kalau melihat gaya berpakaianku. Ya wajar lah, pasti selama ini belum pernah ada seorang pun wanita cantik yang putih bening wangy dan seksi—yang menghiasi rumah ini.
Jadi aku sengaja pakai kaus yang agak longgar supaya toketku yang besar dan busung ini tidak terlalu kelihatan menonjol. (Lagi-lagi) padahal kan harusnya Yus tahu betul ... kalau aku ini dulunya cowok.
Yus masih merapihkan barang-barangnya dan aku pun membantunya.
"Lo nggak nyari pegawai Yus?"
"Buat apa? Toko kecil begini, masih bisa gue handle sendiri koq."
Yus memang tidak pernah menyewa pegawai karena tokonya juga tidak besar, paling dia membayar harian saja kalau ada anak muda yang mau bantu untuk merapihkan barang di gudang sepulang belanja. Itu pun dia juga tidak selalu harus pergi belanja, karena sebagian barang ada yang diantarkan oleh supplier.
Di tengah kesibukannya mengurus warung, aku juga sering melihat Yus sibuk di depan laptopnya. Entah apa yang dilakukannya aku tidak begitu memperhatikan, tapi yang pasti itu bukan lagi main game. Mungkin dia ada sebuah project yang bisa dikerjakan lewat laptop. Dia memang kreatif sih, beda banget kan sama gue yang ... ah, otak gue ini isinya apaan sih, nggak jelas.
"Hmm ... jadi Ros ... gimana rencana lo? Apa yang akan lo lakukan sekarang?" tanya Yus.
"Jujur gue juga masih belum tau Yus. Tapi yang udah pasti sih gue harus beresin dulu seluruh hutang-hutang gue."
"Nah, berarti lo musti cari duit donk. Terus lo udah coba cari kerja?"
"Nah itu dia, omong-omong soal kerjaan, lo bisa bantu gue nggak? Kira-kira kerjaan yang cocok buat gue apa ya?"
Gile ya gue, temen yang super ngerepotin banget. Udah numpang tempat tinggal, minta dicariin kerja pula ... kesannya manja banget.
"Ya, lo punya kemampuan apa? Orang kan kerja minimal harus punya kemampuan dalam bidang apa lah gitu." balas Yus.
"Ya gue sih ... nggak tau deh, pokoknya apa aja lah. Lo tau kan, gue cuma lulusan SMA, kuliah gue kan nggak selesai."
"Btw, total utang lo berapa?"
"Yaa ... masih sekitar dua ratus lima puluh jutaan sih."
"Aaa—paaa!!" Yus pun menjerit terkejut.
"Yaa operasi transgender kan nggak murah!" aku langsung membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSGENDENG
Ficción GeneralApa yang terjadi dalam hidup Rosman? Cowok normal koq tiba-tiba malah berangkat ke Negeri Gajah Putih. Dan ... mendadak memutuskan untuk ganti kelamin? Disforia gender?-oh, nggak tuh. Kecewa sama kehidupan? Diputusin cewek? Kenapa sih? Pokoknya Rosm...