07 Sensasi Lintas Gender

566 7 6
                                    

Mmmm ... betapa nyamannya tidurku semalam. Aku merenggangkan kedua tanganku, kuhirup udara pagi kota Denpasar yang masih sejuk. Udara di sini masih tergolong bersih, rasanya tidak jauh beda dengan di Jogja. Mood ku pagi ini juga terasa sangat bagus, aku bangun dengan perasaan yang sangat gembira luar biasa.

Kupikir-pikir sinting juga ya, semalam itu tanpa tedeng aling-aling aku baru saja bercinta dengan sahabat lamaku. Jujur aku sih ... baik-baik saja, karena aku merasa nyaman melakukannya, tapi ... aku malah kepikiran Yus.

Aku jadi menebak-nebak apa yang kira-kira ada dalam pikiran Yusman sekarang? Apakah dia lagi merasa orientasi seks-nya kacau balau? Mungkin dia merasa gay—tapi tidak gay. Nah bingung kan ...

Maksudku, ya aku ini kan dulunya cowok, tapi rupa diriku yang sekarang sama sekali sudah tidak punya lagi aspek kelelakian lagi dalam bentuk apapun (kecuali fakta bahwa aku memang dilahirkan sebagai cowok). Jadi semalam itu ... apa yang Yus rasakan waktu bercinta denganku? Apakah dia merasa bercinta dengan cewek? Atau cowok?

Entahlah, tapi semalam itu ... aku merasa kalau Yus benar-benar puas meraba, menggerayangi dan menikmati seluruh tubuhku. Apalagi ... kalau melihatnya pas lagi nenen di dadaku. Oh, seksi sekali—dia seperti anak bayi besar yang sangat kelaparan.

Mungkin nafsu lelakinya yang selama ini terpendam akhirnya menemukan pelampiasan ketika bersamaku semalam. Aku tahu koq perasaan itu, meskipun seumur-umur aku belum pernah bercinta dengan wanita—sampai burungku pun sudah ditebas. Tapi aku tetap bisa merasakan bagaimana perasaan cowok perjaka yang baru saja merasakan suatu kenikmatan bercinta memadu kehangatan dengan wanita untuk pertama kalinya.

Usai mandi, aku sudah berdandan serta berpakaian. Kuikat rambutku dengan kunciran, kupakai celana legging ketat dan kaus atasan longgar. Dan hari ini jujur saja aku masih belum tau mau ngapain, jadi aku membantu menyapu di depan warung dan merapihkan meja-meja tempat duduk-duduk yang ada di sana.

Dari pagi sudah ada saja yang mampir ke warung Yus; kebanyakan para ibu-ibu yang beli keperluan rumah tangga, kebutuhan dapur, gula, garam, bumbu, kopi, teh, ya semacam itu lah. Ada juga bapak-bapak yang beli rokok.

Gosip dari ibu-ibu sudah beredar kalau ada pendatang di rumah Yus, seorang cewek cantik, seksi dan glowing. Tapi hebatnya orang-orang di sini nggak pernah ada yang julid soal sepasang lelaki dan perempuan yang tinggal bareng. Lagian mau tinggal bareng atau ngapain juga itu kan urusan orang lain—nggak ada yang perlu kita heboh-hebohin.

Para bule-bule yang tinggal di Bali (some—or often, most of them—are living together without married). Kecuali kalau kasusnya ketahuan sebagai pasangan selingkuh apalagi yang selingkuh pelakor atau pebinor. Ya baru deh dilaporin biar digerebek dan diringkus. Meresahkan sih soalnya.

Sepanjang hari aku tidak ke mana-mana, jadi aku hanya menemani Yus di tokonya saja.

Menjelang sore beberapa anak muda datang membeli minuman dingin, snack cemilan, juga voucher hotspot. Awalnya mereka main game online bareng sambil duduk-duduk di meja yang disediakan di depan warung Yus itu.

Yus sudah kenal dan akrab dengan mereka yang biasa belanja di warungnya itu. Mereka anak-anak mahasiswa yang kuliah di kota, semua asli orang Bali. Ada yang memang asli Denpasar, ada juga yang dari Tabanan dan Karangasem.

Tentu saja para anak-anak muda itu melihatku, tapi mereka tidak ada yang berkomentar—hanya cengar-cengir dan tersenyum ramah. Aku pun juga santai saja membalas senyuman mereka. Namun begitu aku masuk ke dalam, barulah samar-samar kudengar suara berbisik-bisik.

Mereka kepo dan bertanya-tanya pada Yus. "Eh, siapa tuh bang? Pacarnya yaa? Ajigile ... sumpah cantik banget!" kata salah satu dari mereka.

"Ah, udah kagak usah ikutan gosip dah elu pada, dia itu—"

TRANSGENDENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang