10 SKSD PALAPA

342 3 0
                                    

Aku pun juga masih ingat betul siapa cowok ini. Dia adalah mas Joro, si mas bro berkulit hitam dan berotot, yang punya lapak surfing di pantai Kuta Legian. Penggemar anime Jepang yang judulnya ... Bizarre Adventure apa gitu lah, pokoknya anime yang isinya cowok-cowok berotot.

"Lagi ngapain di sini? Koq sendirian aja?" ujarnya padaku.

"Ah, yaa ... gini-gini aja." aku menjawab dengan malas.

"Eh mbaknya kenapa matanya sembab? Abis nangis? Mbaknya kenapa sih koq kayaknya sedih mulu?"

'Ah ini cowok cerewet dan kepo banget sih udah kayak ibu-ibu.' aku mencelos dalam hati. Sebenarnya aku lagi nggak mood buat ketemu siapa-siapa, eh kenapa ada aja orang lewat dan hinggap. Tapi karena mas Joro sudah kedung mengajak ngobrol dan menghiburku, akhirnya aku jadi menceritakan saja seluruh kejadian dan kekacauan yang baru saja kualami.

Aku bahkan agak hiperbolis ketika menjelaskan selang air yang menyembur ke mana-mana sampai bikin salon tante Lulu banjir bandang. Padahal sih kejadiannya nggak sedramatis itu, salonnya memang becek tapi nggak sampai banjir separah itu. Hanya saja aku sungguh tak menyangka, pelanggannya tante itu jadi benar-benar basah kuyup banget.

Mas Joro pun tertawa se-ngakak-ngakaknya. Pokoknya terbahak-bahak seperti baru saja mendengar lawakan stand up comedy kelas dunia. Emang hidupku ini sepertinya lawak banget ya?

"Eh kalau mbaknya nggak ada kegiatan, ikut saya aja yuk main ke tempat teman saya." katanya lagi padaku.

"Ah, serius saya diajak? Tapi kan saya ga kenal siapa-siapa di sana."

"Ya makanya, nanti kenalan. Yuk ..."

Aku menyeruput sisa es boba ku sambil berpikir cepat tentang apa yang ingin kulakukan sekarang. Tapi aku juga sudah tidak ada tujuan mau ke mana-mana.

"Hmm, ya baiklah kalau gitu saya ikut deh." aku pun ikut naik ke boncengan motor mas Joro.

Motor tersebut adalah motor skutik dengan cc besar, mas Joro membawanya dengan pelan dan santai. Dia melewati gang-gang kecil, keluar jalan besar, masuk lagi gang kecil. Pokoknya dia hafal betul jalan-jalan tembusan.

Aku jadi sedikit terhibur diajak jalan-jalan melihat pemandangan lingkungan tempat tinggal orang Bali yang sangat apik, rapih dan bersih. Aku benar-benar kagum dengan kesadaran mayoritas penduduk lokal di Bali dalam hal menjaga kebersihan. Mohon maaf, karena agak beda dengan suasana beberapa kampung-kampung di Jawa—yang orang-orangnya mayoritas masih banyak begitu entengnya buang sampah sembarangan. Di Bali mungkin bukan sekedar karena faktor daerah pariwisata, tapi ... ya memang kesadaran masyarakat saja yang sudah terbiasa hidup bersih.

"Mbak kalau mo nyender di punggung saya ya nyender aja jangan malu-malu. Enakan nyender kan lebih aman." kata mas Joro.

Pede banget nih orang. Tapi kupikir ya ... ngapain aku musti malu, aku juga bukan cewek beneran. Akhirnya aku pun nyender aja pelukan punggung mas Joro, kubiarkan dadaku yang empuk menempel dengannya.

Dia juga kelihatan cuek saja, mungkin karena sudah terbiasa dengan cewek. Apalagi mas bro begini kan mainnya sama bule-bule, pasti sudah tidak asing dengan pergaulan bebas seperti budaya barat. Lain halnya sama kebanyakan cowok-cowok melayu—jangankan ditempel toket—baru lihat belahan nenen dari jauh aja alarm tegangan tinggi udah meraung-raung di balik celana.

Mmm ... tapi bro pantai ini bau badannya enak juga. Bukan bau ketek yang pengit asem bapuk kayak ... you know lah ... 'bau laki'. Kalau Yus lebih seperti wangi sabun mandi, yang ini bau maskulin yang netral tapi tetap nyaman dan nikmat. Bodinya rata dan kencang dari dada sampai perut, pasti karena pengaruh olahraga surfing—terlihat jelas bedanya sama yang kencang karena nge-gym.

TRANSGENDENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang