~7 : Mimpi

318 50 1
                                    

Rumah Sakit

Drap! Drap! Drap!

Kaizo berlari di koridor rumah sakit dengan pantas. Matanya meliar menatap sekeliling koridor, mencari sosok adik sepupunya itu.
Wajahnya terlihat panik dan khawatir. Di dalam hatinya sudah berkali-kali memohon maaf pada BoBoiBoy atas kesalahan yang telah adiknya lakukan.

Setelah 6 menit, sosok yang di cari-cari sedari tadi akhirnya ketemu. Kaizo mempercepatkan langkahnya menghampiri BoBoiBoy yang sedang duduk gelisah di kursi. Ia menepuk pelan pundak pria yang lebih muda darinya itu

"BoBoiBoy!" Sapa Kaizo.  Ia melabuh  duduk di samping pemuda bertopi dino oren tersebut.

Merasa terpanggil, BoBoiBoy menoleh ke arah suara. Ia mengusap wajahnya yang terlihat gusar itu.

"Ah. Ternyata kak Kai." Ucap BoBoiBoy lalu berdiri menghadap Kaizo.

"Bagaimana dengan [Name]?" Tanya Kaizo khawatir.

BoBoiBoy menghela napas berat setelah mendengar pertanyaan itu. Air matanya yang hendak menetes coba ia tahan dari jatuh ke pipinya. Sekali lagi, bibirnya menghembus nafas perlahan. Terlihat ia sangat khawatir dengan keadaan isteri kesayangannya itu.

"Dokter bilang...dia dalam masa kritis sekarang. Ada luka parah di kepalanya akibat benturan saat kecelakaan tadi...." Jelasnya dengan suara sedikit gemetar.

Kaizo mengangguk mengerti. Bahu BoBoiBoy di tepuk perlahan, sekadar memberi semangat.

Hening. Ke duanya diam tak bersuara. Masing-masing memandang ke arah pintu ruangan UGD itu dengan perasaan gundah. Menunggu kabar baik dari sang dokter yang merawat [name]

'Semoga dia selamat, Ya Allah.... hamba sungguh menyayanginya.' Batin BoBoiBoy berdoa.

Setelah lama berdiam diri, Kaizo kembali membuka suara. Wajah gelisah sang adik sepupu, ditatap sekilas.

"Gue...minta maaf."

BoBoiBoy menolehkan kepalanya ke arah Kaizo tatkala mendengar kata-kata itu. Dengan hairan dia membalas.

"...kenapa tiba-tiba minta maaf? Lo nggak punya salah apa-apa sama gue."

Kaizo menatap BoBoiBoy dengan rasa bersalah.
"Gara-gara adik gue, isteri lo kecelakaan." Ujarnya lirih.

BoBoiBoy menggelengkan kepalanya perlahan. Seulas senyum tipis coba dia ukir.

"Tidak apa-apa kak. Ini bukan salah lo. Mau gimana lagi, ini sudah ketentuannya. Gue harus terima." Sahutnya dengan tenang.

"Hmm." Kaizo mengangguk paham.

Dan untuk yang entah ke berapa kali, BoBoiBoy kembali menghembus nafasnya. Bukan karna gelisah. Tetapi kecewa. Kecewa dengan apa yang Fang lakukan pada dirinya dan si isteri hari ini.

"Lo... beneran gapapa?" Tanya Kaizo meminta kepastian.

"Ya. Hanya saja... gue kecewa dengan Fang. Kenapa dia tega bikin [name] kayak gini? [Name] itu baik. Dia nggak pernah berlaku jahat pada sesiapa. Kenapa....?" Ujar BoBoiBoy lirih. Kepalanya tertunduk memandang lantai rumah sakit itu.

Kecewa, gelisah, khawatir, & marah. Semua perasaan itu kini sudah bercampur di dalam hatinya. Bohong saja jika dia tidak marah dengan sikap dan perlakuan fang yang sudah berhasil membuat hidup isterinya yang sudah di antara hidup dan mati itu.

Dan dia tahu, asal mula kejadian ini...

_____________

"Lepaskan saya!"

"Tidak. Kamu harus ikut kami ke kantor polisi."

Di depan rumah milik Kaizo dan Fang, terlihat beberapa polisi sedang berusaha menangkap dan membawa Fang ke kantor polisi. Mereka sedaya upaya mendiamkan Fang yang sedari tadi tidak berhenti memberontak.

"Lepasin saya pak! Saya tidak melakukan apa-apa!" Bentak Fang sembari mencoba melepaskan diri.

"Tidak! Kamu sudah membuat orang kecelakaan. Kamu akan diwawancara nanti." Ujar salah satu polisi di sana dengan tegas.

Fang terdiam sebentar. Namun beberapa saat kemudian ia kembali memberontak.

"Bukan salah saya, pak! Lepaskan saya!"

"Bawa dia."

Para polisi itu mulai mendorong tubuh Fang masuk ke dalam mobil polisi. Segala rayuan dan teriakan Fang, tidak mereka hiraukan. Yang penting, tugas mereka selesai.

__________/

BoBoiBoy memandang tubuh kaku [name] yang terbaring di kasur rumah sakit. Air matanya tidak berhenti mengalir deras ke pipi.

Ia sangat terpukul saat melihat kondisi [name] yang sudah sekarat itu. Doter bilang, mereka tidak bisa membantu merawat [name]. Kini [name] hanya tinggal menunggu waktu untuk pergi.

Pergi... meninggalkan dunia ini buat selamanya...

"O, Oboy." Panggil [name] lirih. Tangan lemahnya berusaha mengusap bulir bening yangsedari tadi mengalir di pipi suaminya itu.

BoBoiBoy memandang ke arah isterinya sembari memegang tangannya yang terlihat pucat itu.

"I iya sayang. Oboy ada di sini." Sahutnya sambil mencium lembut tangan itu.

Bibir [name] bergerak-gerak seakan hendak berkata sesuatu. BoBoiBoy mencoba mendekatkan telinganya dengan mulut sang isteri.

"A apa sayang?" Tanyanya dengan suara gemetar.

"Te...terima kasih, untuk semuanya. A, aku, bahagia...hidup sama kamu. Jangan, menangis ya. K kamu harus kuat." Tutur [name] terbata-bata dengan napasnya yang turun naik dengan pantas.

Tit...tit...tit...

BoBoiBoy mengerling mesin yang berbunyi semakin laju itu. Wajah pucat [name] kembali dipandang. Terlihat dada isterinya sudah berombak tidak beraturan.

[Name] sempat mengukir sebuah senyuman manis untuk BoBoiBoy. Senyuman terakhir.

"Aku...sayang kamu...." [name] sempat menuturkan kalimah syahadat sebelum menghembus nafas terakhirnya.

Tiiiiiiiit!!

Mesin degupan jantung sudah menunjukan garis lurus. Kimi [name] sudah pergi. Pergi meninggalkan BoBoiBoy, dan keluarganya.

"[NAME]!!!"

____________

Hia hia.

Hai semuanya. Aku kembaliii

Gimana hmm? Apakah anda merasa sedih? Hmm? Hmm?

owner of my heartWhere stories live. Discover now