Rintik hujan yang bercampur dengan sedikit gemuruh dari langit membasahi tanah London sore ini. Suasana yang sangat menenangkan bagi sebagian orang, seketika berubah menjadi suasana pilu untuk keluarga de La Cour. Pasalnya, Morgana de La Rose–istri Calvin de La Cour meninggal dunia tadi pagi karena kecelakaan.
"Mommy ... kenapa mommy pergi? Nanti Catherina akan belajar dengan siapa?" racau Catherina de La Rose–putri kedua Morgan dan Calvin yang baru berusia 7 tahun.
Sementara itu, Calvin dan putra sulungnya–Clayton de La Cour hanya bisa memandang pilu pusara Morgan. Mereka berdua tak dapat mengeluarkan air matanya lagi. Semuanya sudah terkuras habis saat di rumah sakit tadi.
Calvin lantas berjongkok di samping putrinya yang masih setia menangis. "Ayo, kita pulang, Sayang. Adikmu Clayra pasti sudah menunggu kita di rumah," ajaknya. Namun, Cath masih bergeming di tempatnya.
Sementara itu, Clayton hanya bisa mengembuskan napasnya. Dia sudah tak sanggup untuk melihat pusara sang ibu lagi. Baginya, Morgan belum tiada. Ini hanyalah mimpi belaka. Jadi, anak lelaki berusia 12 tahun itu memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Tiba-tiba, netranya menangkap sosok gadis mungil tengah berdiri di depan pusara sendirian. Gadis tersebut berdiri tepat di depan pusara milik supir dan pelayan pribadi keluarga de La Cour yang ikut tewas dalam kecelakaan tadi pagi. Clayton meyakini bahwa gadis itu adalah putri mereka.
"Ayo pulang! Hari semakin gelap. Hujannya juga mulai bertambah deras," ajak Calvin dan membuat kesadaran Clayton teralihkan. Untung saja, Catherina sudah mau diajak untuk pulang. Meski sebenarnya gadis itu tidak mau beranjak dari pemakaman.
Calvin dan Catherina pun berjalan mendahului, sedangkan Clayton mengekori dari belakang. Namun entah kenapa, langkah anak itu malah berhenti dan berbalik menghampiri gadis cilik yang belum beranjak dari depan pusara. Clayton merasa iba padanya. Dia beruntung masih punya ayah, sedangkan anak itu? Kedua orang tuanya malah tewas bersama dan meninggalkannya sendirian.
"Ambil ini!" pinta Clayton seraya menyodorkan payung mini pada sang gadis cilik. Gadis tersebut mendongak dan menoleh ke arah Clayton. Sejenak tatapan mereka bertemu.
Mereka ternyata memiliki warna mata yang sama, yaitu hijau. Bedanya, Clayton memiliki warna mata yang lebih gelap, sedangkan milik gadis cilik itu lebih terang. Namun, tatapan gadis tersebut berhasil mengusik Clayton. Alhasil, anak lelaki itu memalingkan pandangannya ke arah lain.
"Terima kasih," ujar sang gadis cilik sambil meraih payung yang disodorkan oleh Clayton. Namun sayang, sedetik kemudian, Calvin memanggil Clayton dan membuat anak tersebut terpaksa meninggalkan gadis itu. Sebelum pergi, Clayton menoleh sejenak ke arahnya seraya menyunggingkan senyum kecil.
Sudah terhitung 5 hari lamanya, Morgan meninggalkan dunia ini. Selama itu pula, Clayton dan Catherina dipaksa untuk belajar mandiri, mengingat Calvin sibuk dengan urusan kantor. Pria itu juga mulai sering pulang telat dan jarang ikut sarapan bersama anak-anaknya.
Namun pagi ini, suasananya agak berbeda. Calvin ikut sarapan bersama Clayton dan Cath. Itu cukup membuat Cath masih merasa diperhatikan dan dipedulikan.
"Oh, iya. Kalian ingat mendiang supir dan pelayan yang ikut tewas bersama dalam kecelakaan tempo hari?" tanya Calvin membuka obrolan.
"Iya, Daddy. Cath ingat. Memangnya ada apa?" jawab Cath sambil mengajukan pertanyaan. Sedangkan Clayton, tak merespons banyak. Dia hanya melirik seraya menganggukkan kepalanya kecil.
"Supir dan pelayan itu adalah sepasang suami istri. Mereka punya seorang anak yang masih berusia 5 tahun. Mereka juga tak punya kerabat atau saudara lain lagi. Jadi, Daddy memutuskan ... untuk mengadopsi anak tersebut," terang Calvin.
Mendengar hal tersebut, Clayton dan Cath menghentikan acara makannya. Lantas, mereka saling berpandangan satu sama lain. Cukup lama, hingga Cath memutuskan kontak matanya terlebih dahulu.
"Jadi ... kita punya adik baru?" tanya Cath polos.
"Ya, bisa dibilang seperti itu. Jadi, Daddy harap kalian bisa akur," jawab Calvin. Pria itu berpikir bahwa Cath akan sedih dan menolak. Akan tetapi, reaksinya di luar dugaan.
"Wah, dia laki-laki atau perempuan, Dad?" tanya Cath kembali dengan tatapan penuh harap.
Calvin mengulum senyum, lalu berkata, "Beruntung sekali, dia sama sepertimu."
Netra hazel Cath seketika berbinar. Dia selalu memimpikan punya saudari yang bisa diajak bermain. Dan impiannya akan segera terwujud juga. Sebenarnya, Cath juga punya adik perempuan bernama Clayra. Akan tetapi, adiknya saat ini masih berusia 3 tahun. Banyak permainan yang belum ramah untuknya.
Berbeda dengan respons Cath, Clayton malah memasang wajah muram. Entah mengapa, dia seperti tidak senang akan kehadiran adik barunya ini. Hm ... atau mungkin dia tidak akan pernah menganggapnya adik?
"Kapan dia akan datang, Dad?" tanya Cath lagi.
"Dia sudah ada di sini. Sekarang dia ada di depan bersama Genny," tukas Calvin.
Tiba-tiba, Cath langsung beranjak dari kursi makannya dan berlari ke arah depan. Pemandangan itu membuat Clayton berdecih dalam hati. Calvin pun segera menyadari tingkah laku putra sulungnya tersebut.
"Daddy tahu, kau tidak suka padanya. Tapi, lambat laun kau pasti akan mengerti dan menerima dia. Semuanya hanya tergantung waktu," ujar Calvin sambil memandang lekat putranya.
Namun, Clayton malah menatap tajam sang ayah. "Ck, kenapa tidak kau taruh saja dia di panti asuhan? Keluarga kita bukan tempat penampungan anak terlantar!" decaknya. Sayangnya, jawaban tersebut memancing kekesalan Calvin.
"Jaga bicaramu, Clay! Daddy tidak setega itu untuk meninggalkan anak sekecil itu di sana. Lagi pula, Andrew sudah menitipkan Ana pada Daddy sebelum dirinya meninggal. Jadi, Daddy harap kau dapat menerimanya walau itu susah!" perintah pria itu.
Sekarang, mood Clayton sudah hancur lebur dan menguap bersama udara. Rasa kesalnya semakin bertambah saat dirinya mendengar langkah kaki Cath dan orang yang baru saja menjadi adik tirinya mendekat. Clayton bahkan enggan untuk sekadar melihatnya.
"Lihat, Kak! Ini saudara baru kita. Namanya Ana," ujar Cath memperkenalkan dengan antusias. Sementara Ana, hanya berdiri canggung karena masih belum beradaptasi. Apalagi, dia agak merasa ngeri dengan tatapan tak mengenakkan dari Clayton.
"Clay!" tegur Calvin pelan, tapi penuh nada penekanan.
Akhirnya dengan sudah payah mengontrol emosi, Clayton pun menurut dan menoleh ke arah Ana. Tatapan gadis itu tak berubah sama sekali, persis seperti pertemuan pertama mereka. Itulah yang membuat Clayton tak bisa menatapnya lama-lama.
"Sudah selesai, aku pergi," pamit anak lelaki itu seraya melangkahkan kaki dengan tegas.
Ana hanya bisa menatap punggung Clayton yang semakin menghilang ditelan jarak. Namun, dalam hati kecilnya dia bertekad untuk mendapatkan hati kakak tirinya itu. Dia tidak mau dibenci oleh siapa pun di rumah barunya ini.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Love [On Going]
Romance💫Broken Hurts II (Anastasia X Clayton NEW VERSION) "Bukankah kita hanya saudara tiri? Jadi tidak masalah, 'kan kalau aku menyukainya?" Anastasia bergumam seraya memandang langit malam yang penuh dengan bintang. Namun, dia tidak tahu kalau suaranya...