12. Terbongkarnya Rahasia

293 35 1
                                    

Koreksi jika ada typo!

Happy Reading🌷

Ana menguap lebar sambil meregangkan ototnya di kursi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ana menguap lebar sambil meregangkan ototnya di kursi. Gadis itu berangkat pagi-pagi sekali. Bahkan, dia berangkat sebelum orang-orang yang ada di mansion bangun. Tentu saja, dia bermaksud untuk kabur dari interogasi sang ayah, sekaligus kakaknya.

Mengingat Clayton, Ana sontak mengerutkan dahinya. Dia menopang dagu seraya berpikir keras. Untuk apa kakaknya itu ikut campur dalam masalahnya kali ini? Apakah ada sesuatu yang disembunyikan pria tersebut? Biasanya dia, 'kan masa bodoh dengan dirinya.

Namun, lamunannya harus buyar karena ponselnya tiba-tiba berdering. Ana mengambil benda pipih tersebut dan melihat orang yang menghubunginya. Tertera nama Elle di layar. Dengan segera, gadis itu menggeser tombol panggilan ke hijau.

"Halo, ada apa, El?" tanya Ana.

"Hei, Tuan Putri. Apa kau sudah di kantor? Tiba-tiba aku ingin mengajakmu sarapan di kantin bawah," balas Elle di seberang telepon.

Tanpa basa-basi, Ana mengiyakan saja. Kebetulan gadis itu juga belum sarapan. Sungguh sebuah keberuntungan!

"Ya, aku sudah di kantor. Aku turun dulu kalau begitu," timpalnya seraya menutup panggilan dari Elle.

Ana pun bangkit dari kursi sambil membawa botol minumnya. Kakinya mulai melangkah ke arah pintu. Namun, ketika jaraknya dengan pintu sekitar 1 meter, tiba-tiba benda tersebut terbuka lebar dan menampilkan sosok pria yang membuat perasaan Ana kacau.

"Mau ke mana kau?" tanya Clayton menyelidik.

Mata Ana seketika membelalak lebar. Ha? Kenapa kakak berangkat sepagi ini? Bukannya dia akan berangkat pukul 7 kurang 15 menit, ya? Ini, 'kan masih jam 6, batinnya.

"A—aku mau pergi sarapan. Elle sudah menungguku di bawah. Permisi," pamit Ana kikuk. Kemudian, gadis itu berjalan dan melewati Clayton tanpa berkata apa pun lagi. Hatinya sudah bertekad untuk menghapus perasaan gila pada kakaknya sendiri mulai saat ini.

Sayangnya, belum ada 5 langkah Ana berjalan, tiba-tiba lengannya dicekal oleh Clayton. Sentuhan pria itu membuat tubuhnya merinding seketika. Jantungnya kembali berdetak kencang. Oh, ya ampun! Sekarang apa lagi ini? Jeritnya dalam hati.

"Kenapa kau kabur tadi pagi? Apakah sopan jika pergi tanpa berpamitan seperti itu?" tanya Clayton lagi dengan nada datar.

Setelah mendengar itu, Ana meneguk ludahnya kasar. Dia tak berani menoleh ke belakang, apalagi menatap wajah kakaknya. "Aku tidak kabur. Aku hanya tak mau membangunkan papa dan mengganggunya," sanggahnya pelan.

Jawaban tersebut malah membuat Clayton terkekeh. Lalu, dia menarik lengan adiknya ke belakang, hingga mereka berdua saling berhadapan. Tatapan kedua insan itu akhirnya bertemu. Yang satu tatapannya berisi emosi, yang satu lagi tatapannya penuh kepolosan. Sungguh sebuah perbandingan yang kontras.

Wrong Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang