24

27 2 0
                                    

Selama beberapa hari, Kaizo tidak membuat ulah. El merasa tenang akan hal itu, tetapi masalah datang kembali.

BRAK!

"Dimana Leana!"

El masuk ke kamar Leana dengan napas yang masih terengah-engah, dia sedang meeting dengan Laksamana dan yang lainnya tadi tetapi mendengar berita bahwa Leana pingsan saat berlatih.

"Sayang, kamu ga papa kan? Mana yang sakit?" El langsung menghampiri Leana dan memegang tangannya.

"Mama... Maaf..."

"Engga, engga! Yang penting kamu gapapa!"

El langsung memeluk Lensa yang matanya sudah memerah. Dari tadi dia menahan tangis.

"Nona bisa di bilang terlalu kelelahan, jika di teruskan begini bisa saja Nona sakit..." Ucap sang Dokter dengan hati-hati.

"Ya, mana obatnya?"

Dokter langsung memberikan obat pada El. El berterimakasih lalu menyuapi obatnya pada Leana.

"Kalian semua keluar." Perintah El. Leo, Orlando, Ashley dan dokter pergi meninggalkan mereka berdua.

"Mama... Hiks, maaf..." Leana mengusap air matany tetapi tetap saja dia terus menangis.

"Mama ga pernah maksa kamu sayang. Kalo kamu ga sanggup juga gapapa."

"Tapi mama marah ga sama Lea? Lea... Udah ngecewain mama..."

"No no! Mama ga marah sayang, mama ga pernah maksa kamu dan Leo jadi pemimpin! Udah, jangan nangis." El duduk menyenderkan punggungnya pada kepala ranjang, Leana terus menerus memeluknya dan terisak. El terus mengelus kepala Leana dengan lembut hingga dia tertidur.

El bergeser sedikit, dan menidurkan Leana. Dia menyalakan lampu tidur dan keluar dari kamarnya.

"Bagaimana keadaan Leana?" Tanya Leo yang sedari tadi menunggu di luar.

"Dia baik-baik aja. Kamu istirahat aja, ada pelayan yang akan menjaga Lea."

Leona mengangguk, El berjalan pergi di ikuti oleh Orlando dan Ashley.

Dia masuk ke ruang kerjanya dan duduk di kursinya. Dia memijat pelipisnya berpikir dengan keras.

"Jika Nona Leana tidak jadi pemimpin, bagaimana Nyonya?" Tanya Ashley.

Orlando terkejut mendengar pertanyaan Ashley.

"Jika aku mengadopsi anak juga itu tidak ada gunanya,  tidak ada darah keluarga Hakim yang mengalir dari tubuhnya. Satu-satunya jalan adalah aku akan menikah."

Orlando dan Ashley meneguk ludahnya kasar. Ashley selalu berpikiran negatif jika El selalu membahas tentang pernikahan.

"Tentunya bukan bersama Kapten itu. Aku juga tidak akan buru-buru, aku akan mencari calon yang tepat. Kalian berdua jangan berpikiran negatif."

Ashley dan Orlando bernapas lega. Setelah beberapa menit El mulai bekerja lagi karena tugas yang dia tinggalkan di meeting tadi. Dia bekerja dan bekerja hingga larut malam.

•••

Keesokan paginya.

"Sayang, kamu udah baikan?" Tanya El.

"Iya..." Jawab Leana dengan agak lemas karena dia terus menangis semalam.

"Ini aaa..." El menyuapi bubur pada Leana. Leana membuka mulutnya dan memakannya.

"Kamu jangan ngerasa bersalah ya? Mama juga ga pernah maksa kamu kok. Udah jangan nangis."

Leana mengangguk.

"Tapi, kalo Lea ga jadi pemimpin. Mama bakal nikah?" Tanya Leana.

"Ya, begitulah. Tapi mama ga bakal nikah sama Kapten itu."

"Oke. Leana izinkan."

El terkekeh.

"Tapi ma... Izinkan Leana jadi Jenderalpasukan ini ya? Ya?"

"Kenapa kamu pengen jadi Jenderal?" Tanya El.

"Itu anu... Lebih enak aja."

"Baiklah. Setelah kamu sembuh ya."

Leana mengangguk.

Selama satu Minggu Leana di rawat, El sering mengunjungi nya. Kadang menyuapi dia makan juga, Leana terus bercerita tentang isi hatinya.

Dia ingin menjadi Pemimpin, tapi dia tidak suka politik dan juga dia tipe tidak bisa mengontrol emosi. Dia paling suka senjata, dan ingin para ksatria di kediaman ini menjadi hebat. Bahkan Leana memberikan sketsa senjata yang cocok untuk ksatria mereka.

"Hm... Sketsanya bagus. Kalo gitu, Minggu depan mama akan pergi ke Station Tapops yang baru, kamu mau ikut? Sekalian kamu belajar strategi."

"Otey!"

Seminggu itu El habiskan dengan bekerja, menjenguk Leana dan melihat kesibukan Leona. Leona menjadi sibuk, dia sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca buku-buku tebal. Pernah beberapa kali El melihatnya tertidur di meja perpustakaan, dan tentunya El menyuruhnya masuk ke kamar dan tidur.

•••

Sekarang adalah hari dimana Station. Leana, El dan yang lainnya menaiki kapal angkasa dan langsung pergi ke Station Tapops dengan kecepatan penuh.

Setelah sampai, kapal angkasa masuk ke pintu utama. Semua alien mop-mop menunduk hormat pada El dan Leana. Di Dek utama, Laksamana Tarung dan Maskmana menjelaskan beberapa hal yang di ganti di Station Tapops saat ini. Leana menyimak nya dengan baik, El hanya menyilangkan tangannya dan mendengarkan penjelasan Laksamana Tarung.

"Ah ya, dan saya akan perkenalkan dia Varshan. Kapten Varshan, dia anak muridku." Ujar Laksamana Tarung.

Seorang Lelaki setara dengan Kaizo dan Ramenman, rambutnya agak sedikit panjang berwarna coklat, dan matanya hijau terang seperti tumbuhan.

"Dia Kapten yang di tugaskan bertahun-tahun yang lalu." Lanjut Laksamana Tarung.

'Varshan? Seperti pernah dengar.' Batin El.

"Perkenalkan saya Varshan." Varshan menunduk hormat pada El. El membalasnya dengan mengangguk.

Setelah itu meeting berlanjut. El merasa Kapten Varshan terus melihatnya, tapi itu hanya perasaan El saja.

Setelah meeting selesai, El dan Leana langsung pergi ke kediaman Hakim kembali. Sebelum itu, dia berpamitan dengan Laksamana dan yang lainnya.

⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰

𝗪𝗮𝘁𝘁𝗽𝗮𝗱: 𝗲𝗹_𝘃𝘆𝗮
𝗧𝗶𝗸𝗧𝗼𝗸: 𝗸𝟭𝗺.𝗲𝗹

𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗽𝗮 𝘁𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗲𝗷𝗮𝗸 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗩𝗼𝘁𝗲, 𝗟𝗶𝗸𝗲 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗼𝗺𝗲𝗻!
𝗠𝗮𝗮𝗳 𝗷𝗶𝗸𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝘁𝘆𝗽𝗼 𝗼((*^▽^*))𝗼
𝗗𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝘁𝗲𝗿𝘂𝘀 𝘆𝗮!
𝗦𝗲𝗲 𝘆𝗼𝘂 𝗶𝗻 𝘁𝗵𝗲 𝗻𝗲𝘅𝘁 𝗰𝗵𝗮𝗽𝘁𝗲𝗿

Whitered Flower✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang