وَّخَلَقْنٰكُمْ اَزْوَا جًا"Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan,"
(QS. An-Naba' 78: Ayat 8)
✨🌸🌷💞💌
"Naira, buka matamu nak. Para MUA akan kesulitan merias kalo kamu tidur terus kaya gitu," Ibu Naira- Maryam menggoyangkan lengan kanan Naira agar putrinya tetap terjaga. Ia sendiri heran dengan sikap anaknya yang terlalu santai itu, sudah tau besok hari Pernikahannya dimana dia harus bangun pagi untuk persiapan, tapi semalam ia malah begadang sampai pukul 00.30, ntah apa saja yang ia kerjakan hingga tidur selarut itu.
Naira menguap dan langsung menutupnya dengan punggung tangan kirinya yang sedang dihias. Sekarang lihat lah, bibirnya itu penuh dengan manik-manik yang digunakan untuk menghias henna ditangannya. Bisa dipastikan jika sekarang para mba mba MUA ingin menabok kepala gadis itu.
"Ya Allah Nairaaa!!" Ibu gadis itu tidak bisa berkata-kata lagi. Daripada harus menasehati anaknya itu, lebih baik suaranya ia gunakan untuk meminta maaf kepada para MUA tersebut.
APA? Naira tidak salah kan? Menutup mulut ketika menguap adalah sunnah, apakah ia harus mengambil tangan mereka untuk menutupnya?
"Mba Naira tolong kerjasamanya ya, ini sudah hampir setengah lima dan make up belum selesai." ucap salah satu mba MUA yang terlihat sudah lelah.
"Aku diem aja dari tadi padahal," jawabnya sembari mengerucutkan bibir.
"Naira nurut! Ibu aja udah selesai, masa kamu yang dari jam tiga tadi belum selesai juga."
"Iya Bu, iyaa.."
Setelah perjuangan panjang, tepat pukul 04.49 dimana kumandang Adzan subuh mulai terdengar, para perias pun telah menyelesaikan tugasnya.
Satu persatu dari mereka mulai merapihkan peralatan make up, dan pergi untuk melaksanakan sholat subuh di mushola rumah di kediaman Zunaira.
Dan Zunaira? Dia sedang haid, makanya tidak ikut sholat. Tapi tenang saja, dia tidak tidur lagi kok. Sekarang dia sedang membuka sebuah buku yang terlihat cukup tua. Berhubung dia sendiri dalam ruangan itu, dia bisa membaca tiap tulisan didalamnya dengan tenang tanpa takut dibaca oleh orang lain.
Buku itu adalah buku catatan yang ia beli di Supermarket lima tahun yang lalu. Di buku itulah ia menulis segala hal yang ingin ditulisnya. Dari mulai masalah, perasaan, hingga cita-cita dan impiannya.
Gadis itu membuka lembar demi lembar yang ditulis nya sejak dulu. Senyumnya mereka setiap ia membuka lembar demi lembar nya. Ada perasaan bangga karena ia berhasil melewati semua masalah yang ia curahkan dalam buku itu. Tangannya terus membuka lembaran itu hingga ia berhenti pada sebuah halaman dengan judul 'Habibi'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duhai Habibi [On Going]
Spiritual"Aku percaya menemukan dan ditemukan memang harus jatuh-bangun-putus asa. Lalu menelan perasaan kecewa berkali-kali. Hanya yang terus berjalan yang akan sampai pada tujuan, hanya yang berserah yang bisa menemukan muara arah. Hanya yang bertalian dal...