Halaman delapan

372 48 15
                                    

.. pena itu terus menari, membentuk goresan indah sebagai ungkapan hati sang penulis.

biarkan dunia mengenalmu sebagai bentuk keindahan, yang tak bisa ku suarakan..

- kurmakurmaa -

‧₊˚🖇️✩ ₊˚🎧⊹♡
[Happy Reading]

‧₊˚🖇️✩ ₊˚🎧⊹♡[Happy Reading]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Diantara angin darat yang berhembus juga ombak laut yang tak lelah mengikuti arus, seorang gadis delapan belas tahun tengah mendudukkan diri diatas hamparan pasir putih.

Memandang sendu kearah lautan yang tak pernah berhenti menggerakkan sang air, setitik air mata yang telah ditahan sejak tadi kini luruh seketika.

Dengan mendekap buku bersampul merah hati, ia melepas segala rasa sesak yang menghinggapi.

Bercerita adalah salah satu cara untuk mengurangi beban perasaan. Namun sayangnya tidak semua orang memiliki kesempatan untuk merasakan kegiatan itu. Bukan karena tidak ada yang mau mendengarkan, tapi karena memang beberapa dari mereka tidak pernah merasa benar-benar didengarkan.

Orang-orang seperti itu justru lebih banyak mendengarkan dibandingkan mengatakan sesuatu.

Sama hal nya dengan gadis yang menjadi tokoh dalam narasi ini.

Baginya, tak peduli berapa banyak orang-orang yang berada disekitarnya itu tidak merubah sebuah fakta bahwa tak ada satupun dari mereka yang berkenan untuk ia bebani dengan ceritanya. Karena itu gadis ini lebih memilih menyimpan semua isi hatinya sendirian, membiarkan hanya Allah yang selalu mengerti tanpa harus menjelaskan apa-apa.

Setelah mengeringkan airmata, jari lentiknya mulai membuka tiap lembaran buku tersebut. Sebatang pena hitam sederhana yang tergeletak disamping gadis itu kini telah berada dalam genggamannya. Ujung runcing sang pena mulai menari membentuk ukiran huruf yang kian menjadi kalimat untuk mengatakan isi hatinya.

Tahukah engkau tuan?

Mengabadikan mu dalam tulisan adalah cara terbaikku dalam mencintaimu.

Sebab, meski kelak raga ini tak lagi berpijak pada hamparan bumi, seluruh generasi selanjutnya akan tetap mengenalmu.

Melalui bait kata yang terlukis indah diatas kertas yang ku ciptakan, biarkan Dunia mengenalmu sebagai bentuk keindahan yang tak bisa kusuarakan.

Gadis itu kembali meletakkan pena-nya setelah menyelesaikan tulisan tersebut. Kedua sudut bibirnya tertarik tipis membentuk sebuah senyuman sederhana.

Duhai Habibi [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang