Didunia ini tidak ada yang benar-benar bisa kau miliki. Bahkan udara yang kau hirup sekalipun harus dihembuskan kembali..
-Tulisan seseorang
🪵🛖🧺🦦
[Happy Reading]"Nduk, kamu sama Rizhan udah seminggu ini dirumah aja. Kalian ngga ada rencana mau kemana-mana ta?"
"Mas Rizhan kan masih sibuk Mi, sebentar lagi proyek baru untuk Kafe cabangnya juga mau dimulai. Pasti Mas Rizhan bakal sibuk banget,"
"Ya tapi kan kalian itu pengantin baru. Waktunya untuk liburan-liburan dulu. Honeymoon,"
Zunaira meringis. Ia memang suka pergi berlibur. Tapi melihat Rizhan, untuk honeymoon sepertinya itu sulit.
"Kapan-kapan aja gapapa, Mi. Mas Rizhan lagi banyak pekerjaan soalnya. Zunaira ngga enak kalo harus ganggu,"
"Keburu kamu hamil nanti Ra. Kalo udah gitu bukan lagi honeymoon namanya," Umi terkekeh sembari mengorak-arik tumis sayur diwajan.
Zunaira hanya menanggapi dengan senyuman. Ia bingung harus menjawab apalagi.
"Nduk tolong ambilkan jahe disana," Umi menunjuk ke tempat dimana bagian per-bumbuan berada.
Zunaira mengangguk kemudian berjalan kearah yang dituju. Ia pun segera mengambil satu jempol jahe dan mengupas-nya. Setelah itu ia segera memberikannya pada umi.
Saat ini kedua wanita berbeda generasi itu tengah menyiapkan sarapan bersama. Terhitung sudah seminggu sejak resepsi tempo hari, kegiatan rumah tangga seperti ini sudah menjadi rutinitasnya.
"Sekarang udah jam berapa Ra?"
Zunaira menyalakan ponselnya, "hampir jam delapan, Mi."
"Tumben banget Rizhan belum pulang. Biasanya jam tujuh udah dirumah,"
"Mas Rizhan masih ngisi Dars mungkin, Mi?"
Umi menggeleng, "Abi aja sudah pulang, kok. Lagipula biasanya kalo Dars shubuh paling lama cuma sejam."
"Naira susul boleh, Mi? Sekalian mau liat area pesantren, hehe.."
"Boleh, tapi pake niqab ya nduk? Rizhan di area santri ikhwan soalnya."
Zunaira mengangguk semangat, "siap Mi!"
Setelah itu ia pun segera berpamitan dan berlari cepat kearah kamarnya.
Sesampainya dikamar, Zunaira langsung mengganti baju dan memakai khimar panjang. Ia memakai pakaian serba hitam sekaligus niqab Yaman yang menutupi wajah cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duhai Habibi [On Going]
Spiritual"Aku percaya menemukan dan ditemukan memang harus jatuh-bangun-putus asa. Lalu menelan perasaan kecewa berkali-kali. Hanya yang terus berjalan yang akan sampai pada tujuan, hanya yang berserah yang bisa menemukan muara arah. Hanya yang bertalian dal...