"Jika mencintai langit, bersiap lah untuk menerima segala bentuk mendung, petir, badai juga gemuruhnya."
-tulisan seseorang-
🧀🐣🌕🌤💛
[Happy Reading]"Mas yang itu! Yang agak besar itu,"
"Kanan lagi Mas. Itu loh yang deket kelapa yang masih ijo,"
"Iyakk, kanan dikit lagi!"
"Yang sebelahnya lagi, Mas!"
"NAH BENER!!"
Aisha berjingkrak senang. Setelah sedikit paksaan pada suaminya, laki-laki itu akhirnya berani memanjat pohon kelapa.
Zunaira menahan tawa saat melihat Yusuf memeluk batang kelapa tersebut sangat erat.
Lihatlah suami Aisha itu! Dia seperti cicak.
'Pffttt
Zunaira menyenggol lengan Rizhan untuk memperingati suaminya. Sejak tadi sepasang suami-istri itu hanya bisa menahan tawa nya ketika melihat Yusuf yang sangat tertekan diatas sana.
"Ente gausah ketawa ya Zhan! Seneng liat ana begini?" Yusuf melirik kesal kearah Rizhan.
Rizhan menyeburkan tawa. Setelah melihat wajah sahabatnya itu, ia tak bisa lagi menahan tawa. Apalagi saat melihat wajah pucat sekaligus kesal milik Yusuf.
"Sabar, Suf. Demi anak-istri ente memang harus nekat!" ucap Rizhan tak lupa dengan kekehannya.
Yusuf mendengus. Ia segera memanjat lebih tinggi untuk meraih kelapa yang diinginkan oleh istrinya.
"Kamu ga ikhlas ya Mas?" Aisha merengut.
'gedebug
Satu buah kelapa jatuh.
Yusuf menggeleng pelan. "Aku ikhlas banget humayra, beneran! Apalagi untuk kamu dan baby. Jangankan manjat pohon kelapa, manjat monas pun aku jabanin!" ujarnya sembari mengedip pada Aisha.
"Beneran Mas?!" Aisha menatap semangat, sedangkan Yusuf mulai memucat.
"K-kamu ga serius mau nyuruh aku manjat monas kan?"
Rizhan kembali tertawa melihat raut tidak enak milik Yusuf.
"Mas, jangan ketawa. Kasian temen kamu," Zunaira berbisik pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duhai Habibi [On Going]
Espiritual"Aku percaya menemukan dan ditemukan memang harus jatuh-bangun-putus asa. Lalu menelan perasaan kecewa berkali-kali. Hanya yang terus berjalan yang akan sampai pada tujuan, hanya yang berserah yang bisa menemukan muara arah. Hanya yang bertalian dal...