Halaman delapan belas

351 35 46
                                    

“Ada banyak sumber cinta, dan cinta yang tidak mengantarmu pada kecewa, hanyalah cinta Allah untuk hamba-Nya..”

- ف

____________________________________

Tolong tinggalkan jejak ya cintaahh..
Satu vote dari kalian, sangat berharga untukku

Aku bersyukur kalian sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, terimakasih banyakk 😚🫶
____________________________________

🎀🪞🦢🕯️
[Happy Reading]

"Jadi sekarang, apa pembelaan kamu, Zunaira Laiba Atmadja?" Perempuan itu menatap ngeri melihat raut dingin suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi sekarang, apa pembelaan kamu, Zunaira Laiba Atmadja?" Perempuan itu menatap ngeri melihat raut dingin suaminya.

Setelah pulang dari sholat maghrib, Rizhan menagih janji Zunaira untuk menjelaskan alasan kenapa istrinya itu bisa terlambat kembali ke ruangannya.

Zunaira menggaruk hidungnya gatal, ia bingung harus menjelaskan darimana.

"Maaf, Mas," cicitnya.

"Sudah sholat maghrib?" Zunaira mengangguk.

"Kamu terlambat sebelas menit empat puluh tiga detik. Dan siapa perempuan yang kamu bawa tadi?"

'Serius sampe detiknya pun dihitung?' batin Zunaira tak percaya.

Zunaira terkejut mendengar deheman Rizhan yang sedikit keras. "Ada sedikit urusan yang buat aku telat, Mas. Dan dia.. adalah urusan yang kumaksud," jawabnya.

Rizhan mengerutkan dahi, ia bertanya pada Zunaira tentang urusan yang dia maksud, kemudian perempuan itu pun segera menjelaskan apa yang terjadi.

Setelah mendengar dengan seksama, Rizhan mengurung niatnya untuk menegur keterlambatan Zunaira.

Secara garis besar intinya istrinya itu ingin membantu remaja bernama Safira dengan menjadikannya santri di Al Buruj.

Laki-laki itu terdiam sembari mempertimbangkan. Bukan karena Rizhan tidak ingin membantu niat baik Zunaira, namun ia tidak bisa sembarangan dalam memutuskan sesuatu. Terlebih latar belakang Safira yang sedang dicari dan statusnya yang masihlah seorang istri dari Om Wiro.

"Mas, kita bantu aja ya? Aku siap kok bayarin uang masuk dan bulanannya sementara waktu," bujuk Zunaira.

"Bukan itu yang Mas pikirkan, Zey." Rizhan menyandarkan tubuhnya pada kursi sembari menghela nafas. "Mau bagaimanapun, dia masih menjadi istri suaminya. Jika suatu hari Om Wiro itu berhasil menemukan Safira, dia tetap berhak membawa dia pulang."

Duhai Habibi [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang