Duhai Habibi [On Going]

Halaman tujuh belas

Kata mereka, pergilah ketempat dimana kamu bisa terus dicintai tanpa jeda..

Dan aku selalu menemui Allah sejak itu.

-tulisan seseorang-
(Hafidzahullah)

____________________________________

Jangan lupa tinggalkan jejak yaaa 🫶
Karena..

"Dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain. (HR. Thabrani)

Xixixixi!! 😚
____________________________________

✧🕌°.⋆☾📿⋆✧
[Happy Reading]

"Tiga puluh menit sebelum maghrib kamu harus sudah kembali ke sini ya? Jangan terlambat."

Perempuan dengan gamis caramel itu menghela nafas lelah, "iya, Mas.. iyaa," ucapnya jengah. Ini sudah kesekian kalinya Rizhan mengatakan hal yang sama. Padahal ia tidak akan pergi jauh, hanya berada di taman sebelah bangunan itu saja, jaraknya pun tidak sampai seratus meter.

Saat ini keduanya sudah berada ditempat tujuan utama mereka, yaitu Bukha De Cafe. Sebuah kafe bernuansa campuran antara Timur Tengah dan Nusantara itu berdiri kokoh didekat keramaian kota sekaligus berdekatan dengan pantai yang berjarak kurang lebih hanya satu kilometer dari sana.

Setelah yakin, Rizhan pun mengizinkan istrinya untuk keluar. Selagi laki-laki itu memulai meeting dengan beberapa orang yang menjadi partner bisnisnya, Zunaira ingin berjalan-jalan sebentar di taman. Tadinya perempuan itu ingin pergi ke kawasan pantai yang tak terlalu jauh untuk melihat sunset, namun Rizhan melarangnya. Ia tidak boleh pergi jauh tanpa laki-laki itu katanya.

Zunaira pun berjalan santai menuju pintu keluar. Langkahnya berhenti pada sebuah pembatas dibelakang taman. Karena lokasi bangunan kafe Rizhan berada ditempat yang cukup tinggi, darisana ia bisa melihat kawasan pantai beserta matahari yang mulai condong kearah barat.

Sembari menikmati suasana taman yang asri, juga pemandangan menakjubkan dari arah pantai, perempuan yang hampir berusia dua puluh satu tahun itu duduk manis dengan beberapa buah roti dan segelas susu. Ia menikmati keindahan alam ditemani oleh semilir angin sepoi-sepoi yang menambah kesan syahdu disana.

Bermenit-menit berlalu, Zunaira merasa enggan beranjak dari sana. Ia ingin menunggu sampai matahari benar-benar tenggelam di garis cakrawala.