🌻🌻🌻
[Happy Reading]"AAA ANAK CIAPA INIII?!" Ammura memekik gemas ketika melihat Zunaira menggendong Ishaaq kearah ruang keluarga.
"Anak Mimi Nura dan Ayah Dzul dong!" jawab Zunaira dengan suara seperti anak kecil.
"Darimana dapet kostum baby bear itu, Ra? Kayaknya Ishaaq ngga punya deh," tanya Ammura ketika Zunaira mendekat.
"Kemarin waktu ke mall Naira ngeliat kostum ini, Amm. Lucu gitu.. akhirnya langsung ku beli aja deh.." Zunaira tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya. "Naira inget kalo Ammura punya bayi, jadi sengaja Naira beli beberapa untuk Ishaaq."
"Liat Amm! Lucu kann??" Zunaira memperlihatkan Ishaaq pada Ammura.
"Aaa.. Shukran jazilan onci Zuu.."
Zunaira tertawa dan mengangguk kecil. Ia mendudukkan diri didekat Ammura yang sedang memegang mushaf.
"Jiddah kemana, Amm?" tanya Zunaira setelah beberapa saat.
"Di jam-jam menjelang Maghrib, Jiddah pasti ada di mihrab,"
"Sampai kapan, Amm?"
"Nanti jika sudah masuk waktu sholat, Jiddah akan keluar dan berkumpul di mushola rumah untuk sholat berjamaah." Zunaira mengangguk paham.
Perempuan itu menoleh kearah jam digital yang menggunakan nomor arabic di sisi kanannya. 'Ini beneran udah jam 17.46?' batinnya tak percaya.
Ia pun meminta izin kepada Ammura untuk bebersih dan mengambil wudhu karena sebentar lagi telah masuk waktu sholat. Ammura pun mengizinkan, kemudian mengambil alih gendongan Ishaaq dari Zunaira.
"Maaf ya Amm.. Zunaira ngga inget waktu, soalnya di luar masih lumayan terang. Kirain masih jam lima, hehe.." ujarnya merasa tak enak.
Ammura tersenyum menanggapi. "Kenapa minta maaf? Justru Ammura yang seharusnya berterima kasih karena sudah membantu membersihkan Ishaaq. Terimakasih yaa,"
Zunaira mengangguk sembari tersenyum. Setelah itu ia pun bergegas menuju kamar yang ditunjuk untuk ia dan Rizhan.
Sesampainya di kamar, Zunaira menghela nafas kasar. Ia tidak tahu dimana baju yang Jiddah katakan tadi. Lalu bagaimana dirinya bisa membersihkan diri sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Duhai Habibi [On Going]
Spirituelles"Aku percaya menemukan dan ditemukan memang harus jatuh-bangun-putus asa. Lalu menelan perasaan kecewa berkali-kali. Hanya yang terus berjalan yang akan sampai pada tujuan, hanya yang berserah yang bisa menemukan muara arah. Hanya yang bertalian dal...