Empat

68 2 0
                                    

Diserahkannya yogurt kemasan yang baru dibuka pada anak laki-laki disampingnya. Arjuna meraih lalu duduk di sebelah Ayahnya. Lalu pandangannya beralih pada sahabatnya yang lain. Lima menit lalu Malika rewel dan membuat Nugo menyerah. Sekarang pria itu putus asa dan menyerahkan bayi perempuan yang belum genap satu tahun itu pada ibunya.

"Nanti Mama kesini?"

"Hm, nanti sebentar lagi" jawab Nathan sambil mendekatkan air mineral dalam gelas ke depan putranya. Tepat saat itu sebuah chat masuk, dari Gita.

Dmn? Msh lma?
-Sagita

                          Pujasera, ada Gadis.Km dmn?
                           -Farrel V.

Ok, wait.
-Sagita.

Lima menit kemudian dirinya menemukan Gita dari kejauhan. Perempuan itu melambaikan tangan tapi tidak langsung menghampirinya. Ada Gadis disana, yang tengah melatih putrinya berjalan, karena sahabatnya lebih memilih menikmati tahu gejrotnya daripada keriwehan anaknya.

"Gita sendiri?"

"Menurut lo?" tanyanya nggak habis pikir. Nathan bertanya seolah tidak menyaksikan bagaimana perempuan itu datang kesini.

"Emang kalau udah sama ibunya beda yah, pusing gue kalau Malika udah nangis. Nggak ngerti apa maunya..." celoteh Nugo begitu sampai langsung mengambil tempat disebelahnya.

"Liatin aja, dia bisa begitu berjam-jam. Punggung gue sampe teriak-teriak" tambahnya saat melihat pengasuh Malika berganti, dari Gadis ke istrinya.

"She loves child. Lo gimana?"

"Belum kepikiran" jawabnya sambil menatap pemandangan didepan sana.

"Sebulan nikah aja gue di berondong pertanyaan kapan punya momongan. Orang tua elo ngga rewel?"

"Engga"

"Orang tua Gita?"

"Apa lagi itu" diliriknya sahabatnya yang hanya menatapnya heran.

"Keren sih, padahal elo anak tunggal"

"Belum ada omongan kesana"

"Dia ngga suka anak kecil jadi biarin aja, kan cita-citanya mau tinggal di panti jompo. Mana ngajak-ngajak!" kali ini Nathan yang menimpali. Dan memang benar. Dia ngga terlalu suka anak kecil. Jika Nugo baru menyadarinya akhir-akhir ini, dia sudah merasakannya jauh-jauh sebelumnya. Untungnya Gita cuku kooperatif dan ngga rewel soal ini. Sepertinya mereka sepakat kalau punya anak itu butuh komitmen dan keinginan bersama.

*** 

Gita tengah menyinkronkan ponsel dengan aplikasi musik di mobilnya. Sementara seseorang di pintu belakang bersandar dengan memejamkan mata.

"Capek banget Nay?"

"Hm"

"Jadi setelah lulus mau kuliah dimana?" tanyanya sambil membagi fokus, antara jalanan dan perempuan di sampingnya.

"Ngga bisa? Pake punyaku aja coba, Yang"

Gita mulai mendumel karena koneksinya lagi-lagi terputus. Sejak tadi istrinya sibuk dengan aplikasi pemutar musik di depannya yang hanya tersambung beberapa menit lalu terputus. Masalahnya perempuan itu sedang sangat menikmati lagu yang diputar jadi kesal karena koneksinya terputus dan terjeda.

"Hapeku aja" ulangnya lagi.

"Kenapa sih? Aku rongsokin nanti kamu yah!" serunya menyerah, lalu mengambil ponselnya dari car organizer.

Epiphany (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang