Dua Puluh Lima

44 4 0
                                    

Dulu, Gita sempat bertanya-tanya kenapa Skala mirip sekali dengan Farrel. Bukan hanya cara bocah cilik itu memperlakukannya, bukan itu masih nanti, karena yang pertama kali terlihat adalah wajah. Jika dilihat-lihat, putranya semakin mirip dengan mantan suaminya secara fisik.

"No panggil Papa lagi ke Papanya Mas Keenan ya, Nak" serunya ketika membantu putranya bersiap.

Hari ini mereka akan ke Tokyo, ke tempat Yola. Tidak ada acara penting, hanya dia ada janji bertemu dengan seseorang.

"Kalena Papanya Mas Keenan bukan Papa Kala?"

Gita mengangguk, "Iya."

"Papa Kala yang di kamalnya Akung?"

Gita refleks menoleh ke Papanya yang sedang merapikan tali sepatunya.
Saat itu dirinya sedang mengikat cepol rambut putranya yang mulai panjang.

"Mama?" panggilnya sambil menarik-narik ujung kardigannya. Skala berbalik menghadapnya.

"Akung bilang gitu?"

Skala mengangguk, "Bajunya sama kaya Mama di gambal. Kata Akung, Papa tinggalnya jauh..."

"Hmm" Gita mengiyakan, "Iya, Papa tinggalnya jauh."

Dia tidak berniat menyembunyikannya dari Skala. Baginya, Skala berhak tahu siapa Papanya, kenapa tidak disini dan kenapa tempat tinggalnya jauh. Sudah dia persiapkan penjelasan paling sederhana yang setidaknya bisa ditangkap oleh akal anak yang baru lewat tiga tahun ini. Tapi saat berhadapan langsung dan menyaksikan sepasang mata yang menatapnya tanpa ada kesan menuntut itu dirinya gamang. Putranya hanya bertanya, tapi bahkan banyaknya jawaban yang dia persiapkan seolah tidak ada yang pas.

"Dulu Papa sama Mama tinggal bersama, kaya Papa sama Mamanya Mas Keenan. Tapi sesuatu terjadi dan kami nggak bisa tinggal sama-sama lagi" jelasnya pelan.

Skala melingkarkan kedua tangan ke lehernya, minta digendong.

"Nanti boleh ketemu Papa?"

Lagi, Gita mengangguk "Boleh. Nanti kalau waktunya udah tepat, pasti Skala ketemu Papa."

"I love you, Mama."

Dan itu!
Bagaimana Skala bisa melakukan hal yang serupa seperti yang biasa Farrel lakukan? Skala juga suka sekali mencium kelopak matanya dengan cara yang sama. Darimana dia belajar melakukannya? Kali lain dirinya juga mendapati Skala yang jadi begitu manja, suka peluk-peluk tiba-tiba. Suka menempelinya kemana-mana, dari memasak, menyelesaikan kerjaan, belanja dan sebagainya. Jadi selain fisik, apa sikap seseorang juga diturunkan? Seseorang yang tidak saling kenal dan bertemu, kenapa seperti terikat dan sangat dekat.

***

Tokyo, 20 November.
Farrel membaca pesan dari nomor baru di kontaknya. Reyhan Aditya. Teman sekelas Arikh sejak kuliah, pemilik Dendeng Aceh yang menghuni sebagian isi kopernya. Sejak kemarin malam orang itu sudah bertanya banyak hal, dari mulai berangkat jam berapa dari Jakarta, nginep dimana, berapa lama disini, selain workshop dari kantor apa ada acara lain. Untuk ukuran orang yang baru kenal, ini terlalu berlebihan bukan?

Gw msh d ats, wait.
+6287885152xxx

Ok.
-Farrel V.

Sori ya🙏
+6287885152xxx

Gpp.
-Farrel V.

Farrel memutuskan untuk kembali ke kamar selagi menunggu teman Arikh selesai dengan pekerjaannya hari ini. Reza, dari tim interior desain pamit keluar untuk jalan-jalan. Sementara dirinya yang sedang malas dan kebetulan ada urusan lebih memilih tinggal di kamar. Ponselnya berdering, dari Mama.

Epiphany (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang