Farrel benar-benar sibuk akhir-akhir ini. Bukan saja lembur di kantor, tapi pria itu jadi sering pergi ke luar kota bahkan luar negeri. Minggu kemarin dia ke Lampung, ada perusahaan baru yang membutuhkan jasanya untuk membuat akses jalan dari perusahaan ke perkebunan kopi dan kelapa sawit. Sejak lulus kuliah dia dan Arikh bercita-cita ingin membuat perusahaan konsultasi konstruksi. Konsultasi ini berfokus pada perencanaan pembangunan yang meliputi perencanaan struktural sampai pada pengawasan pelaksanaan proyek. Biasanya Farrel hanya melakukan konsultasi sedangkan sisanya diambil alih oleh sepupunya. Tapi beberapa bulan ini sedang banyak permintaan jadi pria itu juga harus ikut membantu.
Suaminya pulang dua hari, hanya untuk berangkat lagi tadi pagi. Arikh sedang sibuk dengan proyek pembangunan ruang terbuka hijau di daerah Jakarta Selatan."Pergi terus nanti aku lupa mukamu. Lupa punya suami!"
Farrel tersenyum kemudian memeluknya, "Masa aku udah keren gini gampang dilupain sih. Habis ini aku nggak kemana-mana, biar Arikh yang kerja keras, enak aja!"
"Deal!" jawabnya dengan suara keras, tapi masih teredam dalam pelukan suaminya.
***
"Hah?"
"Iya Mba, saya panik karena Mba Gita ngga bisa dihubungi. Jadi saya minta tolong Mba Raina, sekarang ibu dibawa Mas Arikh sama Mba Raina ke rumah sakit"
"Oke Bi, makasih ya"
Sebelum orang diseberang menjawab, Gita sudah memutuskan panggilan. Lalu beralih menelfon Arikh dua kali tapi tidak diangkat, kali ini dicobanya menghubungi Raina. Cukup lama sampai akhirnya diangkat.
"Mama gimana Ka?"
"Lagi ditangani dokter Git. Kita berdoa semoga Mama baik-baik aja yah."
Rania menyampaikan apa yang dia dengar dari dokter kemudian menyebutkan nama rumah sakit yang biasa Mama mertuanya datangi untuk kontrol. Tanpa babibu Gita memelesat ke tempat yang tidak jauh dari lokasi pertemuannya dengan Aziz tadi pagi.
Farrel sedang berada di Thailand sejak seminggu lalu. Ada urusan kerjaan dengan salah satu induk perusahaan yang membantu bisnisnya dengan Arikh selama ini. Sementara Papa mertuanya sedang di Lampung. Kemarin pagi kabar duka datang dari Paman Farrel yang sudah menetap di Lampung sejak sepuluh tahun lalu. Sepupu Farrel dan istrinya meninggal karena kecelakaan. Kondisi Mama yang memang sedang tidak terlalu sehat akhirnya membiarkan suaminya berangkat sendiri.
Awalnya dia tidak setuju dan meminta ijin menginap di rumahnya sendiri selagi Farrel di luar negeri. Setidaknya selama seminggu, tapi ternyata ngga diijinkan. Malas berdebat lebih panjang akhirnya dia menurut, toh pria itu masih memberinya ijin pulang saat weekend. Itupun tidak dia lakukan karena nggak mungkin dia setega itu meninggalkan Mama mertuanya sendirian di rumah. Dia hanya ijin menemui Aziz sebentar membahas soal kerjaan. Teman sekantornya itu baru bertemu klien dan keukeuh ingin menyampaikan revisi secara langsung, biar lebih jelas katanya.
Arikh keluar untuk mengangkat telfon begitu dirinya masuk ruang ranap. Mama sudah tidur saat dirinya datang. Mungkin karena efek obat. Setengah jam lalu dokter mengatakan Mama terkena serangan jantung dan harus di rawat inap sekitar 3-4 hari.
"Duduk, Git. Arikh pulang sebentar buat ambil baju-baju Mama" Rania menepuk sisi sofa di sebelahnya.
"Farrel udah bisa dihubungi?"
Gita menggeleng kemudian pandangannya beralih, dari Mama ke perempuan di sampingnya."Papa baru bisa kesini nanti malam atau besok pagi."
Ganti Rania yang mengangguk.
Arikh baru kembali sekitar pukul delapan, setelah mengantar Rania pulang dan menyerah karena dirinya keukeuh ingin tetap disini. Sementara sepanjang sore hingga menjelang malam Farrel masih belum ada kabar. Dia sengaja tidak menyuruh Arikh pulang dan membiarkannya sendiri menjaga Mama. Pasti akan sangat canggung. Dan memang pria itu tidak menawarkan opsi aneh itu. Dirinya baru turun setelah berdebat dengan Arikh yang memintanya istirahat dan mencari makan. Mama sudah tidur lagi dan pria itu berjanji langsung mengabarinya saat terjadi sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany (Tamat)
Teen FictionEpiphany~sebuah momen dimana seseorang menyadari akan sesuatu yang berharga untuknya.