Part 3

228 23 1
                                    

Tiga hari telah kulewati di Cordoba, sekarang aku di Alhambra, Granada. Sungguh, ini istana yang indah. Ketika aku sampai di The Last Moor's Sigh, kukeluarkan ponselku untuk mengabadikan momen ini lewat Instagram. Setelah itu, aku mengecek Twitterku. Ada satu notifikasi dan satu DM. Marc. Dia follback aku dan DM itu darinya. Kalau sekarang aku ada di kamarku, pasti udah jerit-jerit kayak jeritan fans umur 12-13 tahunan yang kenceng.
Zarra aku baru nemuin twitter kamu kemarin. Sekarang kamu di mana? Granada? Maaf kejadian waktu itu, nanti aku jelasin.

Memangnya kenapa dengan kejadian itu. Perempuan itu kan pacarnya. Kubalas DM itu.

Iya, gapapa. Makasih udah follback aku. Aku di Alhambra, Granada.

Kupandangi lagi langit yang biru. Langit yang sama yang pernah dipandang oleh Sultan terakhir Granada, tepat di sini, The Last Moor's Sigh, sebelum terusir dari Granada dan langit yang sama yang pernah dipandang Marc. Sebelum aku bertemu dengannya, dia memang sudah berkeliaran di benakku tapi beda rasanya dengan sekarang.

Marc POV

Aku telah salah memilih. Fiona ternyata munafik. Awalnya, dia sangat sayang dan perhatian denganku tapi setelah kurang lebih setahun berlalu, dia hanya memanfaatkanku untuk ketenarannya di kampus dan pekerjaannya sebagai model. Saat di Austin beberapa waktu yang lalu, aku memergokinya sedang berciuman dengan seorang cowok yang aku kenal, Andrew teman sekampusnya. Tapi, aku masih diam, aku butuh banyak bukti supaya dia tak bisa menyangkal. Aku harap hari ini segera berakhir dan dia pulang ke Amerika. Aku harus menenangkan diri sebelum GP Inggris di Silverstone nanti.

***

Akhirnya Fiona punya alasan untuk pulang ke Amerika. Tugasnya menumpuk dan terbengkalai karena dia pergi shopping ke Paris dan Italia sebelum hari Rabu terbang ke Inggris untuk menemaniku. Dia pikir aku tidak tahu dengan isi ponselnya. Aku tahu passwordnya dan aku mengecek sms, chat, dan foto-fotonya. Dugaanku benar, Fiona dan Andrew menjalin hubungan di belakangku dengan sangat rapi hingga aku merasa seperti orang bodoh yang begitu saja percaya padanya. Aku melihat Fiona dari luar bukan dari dalam.

Akhirnya, aku menyuruhnya kembali ke rutinitasnya sebagai seorang mahasiswa dan dia menurut setelah sebelumnya dia mendebatku.

***

Setelah press conference GP Inggris, aku langsung mengajak Alex makan-siang-yang-terlambat di Nandos. Agak jauh sih, tapi tak apa sekalian merayakan kemenanganku setelah aku gagal podium di GP Ceko.

Aku ceritakan semuanya ke Alex. Jawabannya tak bertele-tele tapi mendalam, "I think the most beautiful things in the world must be felt with the heart, cannot be seen or touched. Go to Granada, Brother."

Of course I will.

***

Alhamdulillah bisa lanjutin cerita ini lagi setelah lama gak diupdate gara-gara lupa password-_-
Hope you enjoy it. Gracias:)

Puente Romano de CordobaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang