Part 19

163 6 1
                                    

Marc's POV

Waktu tempuh untuk kembali ke hotel tempat Zarra menginap cukup lama. Sekarang, butiran salju tak banyak seperti tadi. Zarra masih terpejam dibalut jaketku sebagai selimut. Dia tampak cantik dengan hijab coklatnya yang senada dengan warna matanya. Dia bisa menjadi perpustakaanku karena wawasannya yang luas, dia bisa menjadi perempuan yang tangguh dan terkadang di balik ketangguhannya dia tak bisa menyembunyikan kelemahannya.

Aku kembali fokus menyetir. Jalanan yang licin karena hujan salju mengingatkanku akan trek yang basah akibat hujan. Aku lebih suka trek kering untuk balapan. Perubahan cuaca membuatku putar otak lagi untuk mendapat settingan motor yang tepat. Hh rasanya tak ada habisnya kalau membicarakan balapan.

"Marc..." panggil Zarra lirih.

"Ya," jawabku seraya memalingkan wajah kepadanya. Posisinya belum berubah.

"Marc, kamu mau bawa aku ke mana?" Tanyanya.

"Ke hotel tempatmu menginap," jawabku.

"Jangan. Aku belum mau bertemu Adit," sergahnya.

"Terus, aku harus bawa kamu ke mana?" Tanyaku.

"Ke mana aja, terserah kamu. Asal jangan ke hotel tempatku menginap," pintanya.

"Tapi kan bisa saja kamu ke hotel tanpa ketahuan Adit. Kamu pastinya beda kamar dengan dia kan?"

"Iya, aku emang beda kamarlah sama dia. Tapi, gimana kalo dia nungguin aku di lobi. Males ah."

Tangannya masih memegang sebelah kepalanya. Mungkin Zarra merasa pusing.

"Zarra, kita ke mana sekarang? Aku gak banyak tahu tempat-tempat di Granada. Aku takutnya kita disangka apa gitu..."

"Bawa aku ke Cervera, Marc. Kalo kamu gak keberatan."

"Sama sekali nggak, Zarra. Tapi, kamu yakin mau ke sana?"

"Ya."

"Ya udah. Kita ke sana pake mobil ini aja ya, biar Jose sama Alex pake kereta. Ok?"

"Beneran kamu gak keberatan?"

"Iya bener, gapapa kok. Sekarang kita ke hotel tempatku menginap ya. Aku mau beresin barang-barangku dulu."

Zarra hanya mengangguk sambil tersenyum simpul.

Tiga puluh menit kemudian

"Hati-hati, Marc. Zarra, kalo kakakku nakal, pukul aja!" Seru Alex.

"Eh lo pikir gue anak kecil?"

"Ya maaf, bang. Gitu aja sewot."

"Al, cepet cari cewek sana daripada manas-manasin gue aja," bisikku kepada Alex.

"Ah, gampang soal cewek mah! Gue kan ganteng bang, jadi banyak cewek yang klepek-klepek ama gue," jawabnya setengah berbisik.

"Buktiin, dong," ucapku sambil membuka pintu mobil untuk Zarra. Dia tampak tersipu.

"Comot aja cewek di fanclub. Pasti mau kok ama gue," jawabnya sambil tertawa.

"Udah ah gue pergi dulu. Jose jagain si Alex tuh ya."

"Siap, Marc."

Dan kami pun pergi menuju Cervera dengan waktu tempuh lebih kurang 10 jam.

"E più ti penso, e più mi manchi."

"Zarra, kamu baru aja bicara pake bahasa Italia. Kamu bisa? Kalo kamu bisa, ngobrol sama aku pake bahasa Italia aja. Aku kan bisa."

"Hm sedikit kok. Masih pemula."

"Kamu benar-benar merindukanku?"

"Ya."

"Aku juga. E notte fonda e sei lontano. Hai il vuoto intorno senza te."

"Really?"

"Yeah."

7.30 PM

Mobilku baru saja melewati Avinguda Francesc Macía, rumah kakek-nenekku. Tapi, aku tak mampir karena mereka sedang pergi ke Barcelona. Aku akan membawa Zarra menemui kedua orangtuaku. Dia masih tertidur semenjak sejam yang lalu.

Aku berbelok ke Avinguda Guissona, lalu Carrer Estadi, Avinguda Pol. Ind., dan akhirnya sampai di rumahku, Carrer Santa Coloma de Queralt.

"Zarra, kita udah sampai. Bangun, Zarra."

"Hh, sampai? Di rumah kamu?"

"Iya. Ayo masuk. Aku sudah bilang ke mamaku kalau kamu ingin ke sini. Mama sudah menyiapkan sesuatu untuk kita."

"Aduh, aku ngerepotin mama kamu ya? Maafin aku."

"Justru mamaku senang kamu datang. Aku udah jarang bawa temen ke rumah apalagi perempuan. Mama pasti senang ada yang bener-bener bisa diajak ngobrol."

Baru saja aku akan memencet bel, mamaku tepat membukakan pintu rumah untuk kami.

"Marc, és aquest el teu amic?"

"Sí, sí."

Mama terlihat sangat senang dan Zarra memperlihatkan hal yang sama lewat senyum sempurnanya. Mama langsung memeluknya. Ini bagian dari sambutan hangat yang biasa mama berikan.

"Ah, come in. I've prepared something for you."

"Thank you. Grácies. Moltes grácies."

***

Beberapa kalimat ada yang berbahasa Italia (lagu Andrea Bocelli - E Piú Ti Penso) dan Catalan.
*és aquest el teu amic? = apakah ini temanmu?

Puente Romano de CordobaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang