Aku mulai bosan dengan handphoneku, tak ada notifikasi darinya. Jadi, aku lebih fokuskan diriku untuk menyelesaikan tugas kampus yang setinggi Olympus Mons ini. Sekarang, handphoneku lebih sering kugunakan untuk memutar musik.
Shawn Mendes- Stitches sedang aku dengarkan sekarang. Lagu itu jadi lagu kesukaanku yang kesekian.
Di sela derai alunan musik, aku kirim SMS kepada Adit. Aku bilang padanya untuk temani aku ke Cordoba, aku tak mau sendirian lagi untuk bepergian ke negeri orang. Aku butuh tempat yang bisa mengungkit memori masa lalu. Mungkin untuk sebagian orang itu adalah hal yang tak perlu karena bisa mengangkat kembali sakit, pilu, air mata dan semacam itu. Tapi buatku masa lalu bukan hanya kepedihan tapi juga bahagia. Aku ingin kembali ke titik di mana aku bertemu dengannya untuk kali pertama.
Aku akan datang ke tempat itu lagi. Seakan ada malaikat yang membisikkan bahwa aku harus kembali ke sana.
Aku rasa aku tak mau bertemu lagi dengan Marc. Chat saja sudah cukup. Aku tak mau memandangnya lagi dari dekat. Bukankah seharusnya aku menundukkan kepalaku pada sesuatu yang bukan hakku?
Setelah bertemu dengannya, aku menyadari aku mencintainya terlalu dalam dan mencintainya dalam diam lebih dingin daripada gletser di kutub.
Ya, aku mencintainya. Tapi jangan tanyakan seberapa besarnya cintaku cukup Allah yang tahu, betapa bosan Dia mendengar namanya dalam setiap doaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puente Romano de Cordoba
Fiksi PenggemarDi jembatan ini pertama kalinya aku bertemu denganmu, cinta pertamaku yang tak pernah kubayangkan kisahnya menjadi seperti sekarang setelah penantian yang panjang, aku temukan sejarah yang terpendam, aku temukan impianku yang lama kusimpan, aku mene...